Thursday, October 16, 2014

MAKALAH KOMUNIKASI PEMERINTAHAN



MAKALAH
 KOMUNIKASI PEMERINTAHAN









Disusun Oleh :
NAMA           : HARIYANTO HAMID
NPP                : 24. 1744
KELAS          : F-3




INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Makalah Komunikasi dan Koordinasi Pemerintahan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga  makalah  ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Jatinangor,   Oktober  2014

Penulis,



BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling memengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. pabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti 'sama'. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to common). Secara sederhana komuniikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan.  Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand one another).
Pada awalnya, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi.Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, komunikasi transaktif|transaktif, komunikasi bertujuan|bertujuan, atau komunikasi tak bertujuan|tak bertujuan.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio. Televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industrialisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri.
. Lembaga-lembaga publik, khususnya pemerintah memiliki beragam cara dan metode untuk mengomunikasikan program dan citra lembaganya kepada publik dan masyarakat luas. Saat ini banyak strategi dan program komunikasi disusun sendiri ataupun dengan bantuan pihak ketiga yang diarahkan untuk mengedukasi publik. Beberapa produk telah bisa dilihat oleh publik dan masyarakat luas dalam bentuk iklan, advetorial, features, dan kegiatan komunikasi langsung. Mungkin bagi sebagian pihak hal inilah yang dimaknai sebagai bagian dari pemasaran ala pemerintah (government marketing).Terlepas dari definisi dan kegiatan lainnya. Kegiatan dalam pemasaran ala pemerintah tentu tak bisa mengabaikan komunikasi publik. Komunikasi publik merupakan istilah lain dari kampanye publik yang menggunakan media, pesan, mengorganisasikan akitivitas komunikasi demi tercapainya tujuan individu atau kelompok tertentu dalam satuan waktu tertentu (Liliweri, 2008).Rancangan aktivitas tersebut bertujuan mempengaruhi perubahan persepsi dan sikap individu, kelompok, atau masyarakat. Untuk memaksimal peluang mencapai sukses komunikasi publik maka para perancang mengkoordinasikan pemanfaatan media dengan komunikasi antarpersonal, atau memanfaatkan saluran komunikasi yang berbasis pada komunitas.Ciri spesifik komunikasi publik adalah perhatian penting pada konteks public affairs. Artinya, setiap rencana dan aktivitas dalam komunikasi publik harus dapat didayagunakan untuk memecahkan masalah sosial – kemasyarakatan, yang sebagian besar kebijakannya dipegang oleh pemerintah, maupun sektor swasta. Secara sederhana, komunikasi publik merupakan ancangan sebuah sistem komunikasi sosial yang bisa didayagunakan untuk memecahkan kompleksitas masalah sosial akibat perkembangan sistem informasi.
Umumnya, komunikasi manusia berkaitan dengan pembuatan makna dan pertukaran pemahaman. Salah satu model komunikasi mempertimbangkan dari perspektif transmisi informasi dari satu orang ke orang lain. Pada kenyataannya, banyak sarjana komunikasi mengambil ini sebagai definisi kerja , dan menggunakan Lasswell's pepatah, "yang mengatakan apa kepada siapa di mana saluran dengan apa yang berlaku," sebagai sarana circumscribing bidang teori komunikasi. Di antara mereka yang berlangganan model transmisi adalah mereka yang mengidentifikasi diri dengan ilmu komunikasi , dan menemukan akarnya dalam studi dan propaganda media massa awal abad 20.Sebuah model komunikasi sederhana denganpengirim mentransfer pesan yang berisi informasike penerima.komentator lain mengklaim bahwa ritual proses komunikasi ada, orang tidak artifisial divorcible dari konteks sejarah dan sosial tertentu. Tradisi ini terutama terkait dengan ulama awal interaksionisme simbolisfenomenologis
Ada definisi kerja tambahan komunikasi untuk mempertimbangkan bahwa pengarang seperti Richard A. Lanham (2003) dan sejauh Erving Goffman (1959) telah menyoroti. Ini merupakan kemajuan dari upaya untuk mendefinisikan Lasswell komunikasi manusia hingga abad ini dan merevolusi ke dalam model konstruksionis. Constructionists percaya bahwa proses komunikasi itu sendiri hanya pesan yang ada. kemasan tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dan sejarah dari mana ia muncul, maka substansi untuk melihat dalam teori komunikasi adalah gaya untuk Richard Lanham dan kinerja diri untuk Erving Goffman.Lanham memilih untuk melihat komunikasi sebagai saingan di atas meliputi penggunaan model CBS (yang dikejar untuk lebih model transmisi). model CBS berpendapat bahwa kejelasan, singkatnya, dan ketulusan adalah satu-satunya tujuan untuk wacana prosa, maka komunikasi. Lanham menulis, "Jika kata masalah juga, jika seluruh jajaran motif manusia dipandang sebagai menjiwai wacana prosa, maka analisis retorika membawa kita ke pertanyaan penting tentang gaya prosa" (Lanham 10). Hal ini mengatakan bahwa retorika dan gaya pada dasarnya penting, mereka tidak kesalahan untuk apa kita benar-benar berniat untuk mengirimkan. Proses yang kita membangun dan mendeskonstruksi makna analisis layak.
Erving Goffman melihat kinerja diri sebagai kerangka paling penting untuk memahami komunikasi. Goffman menulis, "Apa yang tampaknya diperlukan individu adalah bahwa ia belajar cukup potongan ekspresi untuk bisa 'mengisi' dan mengelola, lebih atau kurang, setiap bagian bahwa ia mungkin diberikan" (Goffinan 73) Goffman adalah menyoroti pentingnya ekspresi. Kebenaran dalam kedua kasus adalah artikulasi pesan dan paket sebagai satu. Pembangunan pesan dari konteks sosial dan historis adalah benih sebagai adalah pesan yang sudah ada adalah untuk model transmisi. Oleh karena itu setiap melihat ke dalam teori komunikasi harus mencakup kemungkinan disusun oleh para sarjana besar seperti Richard A. Lanham dan Erving Goffman bahwa gaya dan kinerja adalah proses keseluruhan.Komunikasi berdiri begitu mendalam berakar pada manusia perilaku dan struktur masyarakat yang sarjana mengalami kesulitan memikirkan hal itu sementara atau tingkah laku tidak termasuk kegiatan sosial. Karena teori komunikasi tetap merupakan bidang yang relatif muda penyelidikan dan mengintegrasikan diri dengan disiplin lain seperti filsafat, psikologi, dan sosiologi, yang mungkin belum bisa mengharapkan konsensus konseptualisasi komunikasi di seluruh disiplin ilmu.












BAB II
PEMBAHASAN

Rumitnya penyelenggaraan pemerintahan di era otonomi adalah minimnya instrumen pendukung hubungan fungsional antara pusat dan daerah , kesulitan dan hambatan manajemen ini secara tidak langsung menggeroghoti pencapaian visi pemerintah pusat sehingga banyak sekali program-program strategis yang dicanangkan pemerintah tertuang dalam rencana pembangunan lima tahunan dan program tahun tidak berjalan sesuai harapan .
Secara harfiah hubungan fungsional adalah adanya hubungan atau bagian dari komunikasi karena faktor proses , sebab akibat atau karena kepentingan yang sama, faktor proses misalnya dari pengolah bahan baku ke bahan setengah jadi baru ke produk , bisa saja terjadi karena faktor sebab akibat misalnya air laut menguap yang terkena matahari kemudian menimbulkan awan dan hujan atau karena faktor kepentingan atau urus.Dalam komunikasi penyelenggaraan pemerintahan antara organisasi Pusat baik kementerian atau lembaga non kementerian atau lembaga lainnya pada umumnya menempatkan hubungan fungsional melekat pada tentang struktur dan fungsi organisasi, hal ini berdampak bahwa hubungan fungsional antara Pusat dan Daerah sangat dipengaruhi oleh faktor hubungan antarmanusia, jika memiliki hubungan antar manusia terbangun dengan baik maka akan berjalan dengan baik tetapi sebaliknya jika terjadi kebuntuan disana-sini maka komunikasi dan proses penyelenggaraan program terbengkalai dan bahkan ada yang keluar dari budaya organisasi. ” Sebenarnya disinilah antara lain terjadinya kebuntuhan komunikasi yang menyebabkan kegagalan program di daerah contoh ; program penanggulangan kemiskinan , program KB, program swasembada pangan dll . [1].Secara teori Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horisontal. [2]. Gaya komunikasi organisasi Enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss Gaya komunikasi mengendalikan.Gaya komunikasi mengendalikan (dalam bahasa Inggris: The Controlling Style) ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications
Pihak – pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.

Gaya komunikasi dua arah
The Equalitarian Style Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way communication). Dalam gayakomunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. The Structuring Style Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic style Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. The Relinguishing Style Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal Style Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan:Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan.Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi. Berikut ini adalah tabel mengenai gaya komunikasi.

Mengalihkan persoalan.
jadi yang dimaksud dengan Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.Komunikasi Organisasi juga dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
·         PROSES KOMUNIKASI ORGANISASI

KOMUNIKASI INTERNAL
Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan. Empat Dimensi Komunikasi organisasi
1. Downward communication Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah: a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction) b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale) c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices) d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Ada 4 metode dalam penyampaian informasi kepada para pegawai menurut Level (1972): 1. Metode tulisan 2. Metode lisan 3. Metode tulisan diikuti lisan 4. Metode lisan diikuti tulisan
2. Upward communication Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
Komunikasi ke atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah. Sharma (1979) mengemukakan 4 alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit: 1. Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka 2. Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami pegawai 3. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai 4. Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai
3. Horizontal communication Yaitu komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah: a) Memperbaiki koordinasi tugas b) Upaya pemecahan masalah c) Saling berbagi informasi d) Upaya pemecahan konflik e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama
4. Interline communication Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas-saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu berhubungan dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas-saluran.







BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Masyarakat yang sedang mengalami transisi seperti kita saat ini, tentu terjadi banyak perubahan yang mengagetkan. Sesuatu yang dulu mustahil sekarang hampir "kebablasan," misal terjadinya pergantian kepala daerah di tengah jalan akibat tuntutan masyarakatnya. Atau perebutan aset daerah akibat sempitnya pemahaman tentang Otda. Dengan adanya Otda seolah-olah masyarakat daerah berhak melawan keinginan pusat, karena mereka merasa pemilik daerah yang sesungguhnya, sehingga selalu mengedepankan pendekatan "menolak" apa pun produk kebijakan pusat. Padahal menurut Harris (dalam Teguh Yuwono, 2001) bahwa Otonomi Daerah yang tepat tidak lain adalah desentralisasi, sehingga daerah masih merupakan bagian dari pusat.
Terdapat lima fungsi pokok yang tetap dipegang pemerintah pusat, yakni: fungsi koordinasi, supervisi, stabilisasi, alokasi dan distribusi sumber daya serta fungsi evaluasi. Berbagai fungsi tersebut memang perlu dikomunasikan secara kontinyu pada masyarakat di daerah. Apalagi bahwa dua tahun pelaksanaan Otda (sejak tahun 2000), masyarakat kita juga sedang dalam kondisi transformatif. Dengan demikian terdapat relasi yang cukup signifikan antara gencarnya pelaksanaan Otda dengan suasana transformatif masyarakat. Maka diperlukan peran komunikasi yang tepat sasaran untuk keduanya.Menurut Dr Wilbrur Schramn (1982) peran dan tugas komunikasi pada proses transformasi masyarakat adalah; pertama, menyampaikan informasi secara jujur dan obyektif pada masyarakat serta menjadi forum untuk menciptakan ruang publik yang membahas apa saja informasi yang telah diterima masyarakat. Karena berkait dengan pelaksanaan Otda tentu informasi seputar transparansi pengelolaan pemda serta suri teladan anggota DRPD.
Kedua, menciptakan ruang yang memberikan kesempatan pada masyarakat "ikut ambil bagian" dalam proses pengambilan keputusan. Substansinya komunikasi yang dijalankan melalui media menjadi arena mengagregasi dan menyuarakan aspirasi masyarakat tentang apa yang harus dilakukan untuk daerahnya. Untuk sementara komunikasi menjadi media yang "mengambilalih" fungsi parpol yang dirasa terputus dengan masyarakat pasca pemilu. Media massa bisa menjadi instrumen yang akan terus berusaha mendekatkan realitas sesungguhnya di tengah masyarakat kepada anggota DPRD maupun pemerintah daerah yang akan mengambil kebijakan tertentu, sehingga diharapkan tidak terjadi lagi kesenjangan harapan antara masyarakat dengan elite daerahnya , yang bisa membawa kesenjangan pelaksanaan atas apa yang menjadi keputusan bersama.
Ketiga, menciptakan pendidikan sosial bagi warga masyarakat guna mewujudkan masyarakat terdidik yang berwawasan luas dan intelek. Perlu diketahui sebagian terbesar penduduk Indonesia hidup di daerah pedesaan dan hanya sekitar 35 persen yang terdidik, itu pun dari kalangan elite. Kondisi demikian tentu menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan Otda, dimana komunikasi memainkan peran penting di dalamnya.
Melalui komunikasi perlu dilontarkan pesan-pesan yang bisa mendidik masyarakat dari segi wawasan intelektualitas maupun etika moralnya.

B.     SARAN
Ada dua kondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan komunikasi lintas-saluran: 1. Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin terlebih dahulu dari atasannya langsung 2. Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus memberitahukan hasil komunikasinya kepada atasannya . Berdasarkan beberapa teori tersebut untuk mendudkung keberhasilan fubungan fungsional antara Pusat dan Daerah minimal ada tiga persyaratan : Pertama ; ada kepentingan yang sinergis yang tergambarkan dalam sinergitas visi dan visi , Kedua : ada komunikasi secara organisasi yang tgerimplementasi dalam sistem penyelenggaraan . Ketiga : membangun hubungan antar manusia secara intensif dan terus menerus .

No comments:

Post a Comment

buku bimbingan

                                                                                                                                            ...

082126189815

Name

Email *

Message *