MAKALAH
KOMUNIKASI
PEMERINTAHAN
Disusun Oleh :
NAMA : HARIYANTO HAMID
NPP : 24. 1744
KELAS : F-3
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Makalah Komunikasi
dan Koordinasi Pemerintahan.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semua pihak.
Jatinangor, Oktober
2014
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu
pihak kepada pihak lain agar terjadi saling memengaruhi di antara keduanya.
Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. pabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan
gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
dengan bahasa nonverbal.
Komunikasi
atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti
'sama'. Communico, communicatio atau communicare yang
berarti membuat sama (make to common). Secara sederhana komuniikasi
dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang
menerima pesan. Oleh sebab itu,
komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang
lainnya (communication depends on our ability to understand one another).
Pada awalnya,
komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal
kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi.Seiring
dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif
yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang
terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan.
Manusia
berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman.
Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi
dapat berupa interaktif, komunikasi
transaktif|transaktif, komunikasi bertujuan|bertujuan, atau komunikasi tak
bertujuan|tak bertujuan.
Melalui komunikasi, sikap dan
perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh
pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang
disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.Walaupun
komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini
menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi
digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan
peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio. Televisi, telepon,
satelit dan jaringan komuter seiring dengan industrialisasi bidang usaha yang
besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah
memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi
masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan
tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu
sendiri.
. Lembaga-lembaga publik,
khususnya pemerintah memiliki beragam cara dan metode untuk mengomunikasikan
program dan citra lembaganya kepada publik dan masyarakat luas. Saat ini banyak
strategi dan program komunikasi disusun sendiri ataupun dengan bantuan pihak
ketiga yang diarahkan untuk mengedukasi publik. Beberapa produk telah bisa
dilihat oleh publik dan masyarakat luas dalam bentuk iklan, advetorial,
features, dan kegiatan komunikasi langsung. Mungkin bagi sebagian pihak hal
inilah yang dimaknai sebagai bagian dari pemasaran ala pemerintah (government
marketing).Terlepas dari definisi dan kegiatan lainnya. Kegiatan dalam
pemasaran ala pemerintah tentu tak bisa mengabaikan komunikasi publik.
Komunikasi publik merupakan istilah lain dari kampanye publik yang menggunakan
media, pesan, mengorganisasikan akitivitas komunikasi demi tercapainya tujuan
individu atau kelompok tertentu dalam satuan waktu tertentu (Liliweri,
2008).Rancangan aktivitas tersebut bertujuan mempengaruhi perubahan persepsi
dan sikap individu, kelompok, atau masyarakat. Untuk memaksimal peluang
mencapai sukses komunikasi publik maka para perancang mengkoordinasikan
pemanfaatan media dengan komunikasi antarpersonal, atau memanfaatkan saluran
komunikasi yang berbasis pada komunitas.Ciri spesifik komunikasi publik adalah
perhatian penting pada konteks public affairs. Artinya, setiap rencana
dan aktivitas dalam komunikasi publik harus dapat didayagunakan untuk
memecahkan masalah sosial – kemasyarakatan, yang sebagian besar kebijakannya
dipegang oleh pemerintah, maupun sektor swasta. Secara sederhana, komunikasi
publik merupakan ancangan sebuah sistem komunikasi sosial yang bisa
didayagunakan untuk memecahkan kompleksitas masalah sosial akibat perkembangan
sistem informasi.
Umumnya,
komunikasi manusia berkaitan dengan pembuatan makna dan pertukaran
pemahaman. Salah satu model komunikasi mempertimbangkan dari
perspektif transmisi informasi dari satu orang ke orang
lain. Pada kenyataannya, banyak sarjana komunikasi mengambil ini
sebagai definisi kerja , dan menggunakan Lasswell's pepatah, "yang mengatakan
apa kepada siapa di mana saluran dengan apa yang berlaku," sebagai sarana
circumscribing bidang teori
komunikasi. Di antara mereka yang berlangganan model transmisi
adalah mereka yang mengidentifikasi diri dengan ilmu komunikasi , dan menemukan akarnya dalam studi dan propaganda
media massa awal abad 20.Sebuah model komunikasi sederhana denganpengirim mentransfer pesan yang berisi informasike penerima.komentator lain mengklaim bahwa ritual proses komunikasi ada, orang tidak artifisial
divorcible dari konteks sejarah dan sosial tertentu. Tradisi ini terutama
terkait dengan ulama awal interaksionisme simbolisfenomenologis
Ada
definisi kerja tambahan komunikasi untuk mempertimbangkan bahwa pengarang
seperti Richard A. Lanham (2003) dan sejauh Erving Goffman (1959) telah
menyoroti. Ini merupakan kemajuan dari upaya untuk mendefinisikan Lasswell
komunikasi manusia hingga abad ini dan merevolusi ke dalam model
konstruksionis. Constructionists percaya bahwa proses komunikasi itu
sendiri hanya pesan yang ada. kemasan tidak dapat dipisahkan dari konteks
sosial dan sejarah dari mana ia muncul, maka substansi untuk melihat dalam
teori komunikasi adalah gaya untuk Richard Lanham dan kinerja diri untuk Erving
Goffman.Lanham memilih untuk melihat komunikasi sebagai saingan di atas
meliputi penggunaan model CBS (yang dikejar untuk lebih
model transmisi). model CBS berpendapat bahwa kejelasan, singkatnya, dan
ketulusan adalah satu-satunya tujuan untuk wacana prosa, maka
komunikasi. Lanham menulis, "Jika kata masalah juga, jika seluruh
jajaran motif manusia dipandang sebagai menjiwai wacana prosa, maka analisis
retorika membawa kita ke pertanyaan penting tentang gaya prosa" (Lanham
10). Hal ini mengatakan bahwa retorika dan gaya pada dasarnya penting,
mereka tidak kesalahan untuk apa kita benar-benar berniat untuk mengirimkan. Proses
yang kita membangun dan mendeskonstruksi makna analisis layak.
Erving
Goffman melihat kinerja diri sebagai kerangka paling penting untuk memahami
komunikasi. Goffman menulis, "Apa yang tampaknya diperlukan individu
adalah bahwa ia belajar cukup potongan ekspresi untuk bisa 'mengisi' dan
mengelola, lebih atau kurang, setiap bagian bahwa ia mungkin diberikan"
(Goffinan 73) Goffman adalah menyoroti pentingnya ekspresi. Kebenaran
dalam kedua kasus adalah artikulasi pesan dan paket sebagai satu. Pembangunan
pesan dari konteks sosial dan historis adalah benih sebagai adalah pesan yang
sudah ada adalah untuk model transmisi. Oleh karena itu setiap melihat ke
dalam teori komunikasi harus mencakup kemungkinan disusun oleh para sarjana besar
seperti Richard A. Lanham dan Erving Goffman bahwa gaya dan kinerja adalah proses
keseluruhan.Komunikasi berdiri begitu mendalam berakar pada manusia perilaku dan struktur masyarakat yang sarjana mengalami kesulitan memikirkan hal itu
sementara atau tingkah laku tidak termasuk kegiatan sosial. Karena teori
komunikasi tetap merupakan bidang yang relatif muda penyelidikan dan
mengintegrasikan diri dengan disiplin lain seperti filsafat, psikologi, dan
sosiologi, yang mungkin belum bisa mengharapkan konsensus konseptualisasi
komunikasi di seluruh disiplin ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
Rumitnya penyelenggaraan pemerintahan di era otonomi adalah
minimnya instrumen pendukung hubungan fungsional antara pusat dan daerah ,
kesulitan dan hambatan manajemen ini secara tidak langsung menggeroghoti
pencapaian visi pemerintah pusat sehingga banyak sekali program-program
strategis yang dicanangkan pemerintah tertuang dalam rencana pembangunan lima
tahunan dan program tahun tidak berjalan sesuai harapan .
Secara harfiah hubungan fungsional adalah adanya hubungan
atau bagian dari komunikasi karena faktor proses , sebab akibat atau karena
kepentingan yang sama, faktor proses misalnya dari pengolah bahan baku ke bahan
setengah jadi baru ke produk , bisa saja terjadi karena faktor sebab akibat
misalnya air laut menguap yang terkena matahari kemudian menimbulkan awan dan
hujan atau karena faktor kepentingan atau urus.Dalam komunikasi penyelenggaraan
pemerintahan antara organisasi Pusat baik kementerian atau lembaga non
kementerian atau lembaga lainnya pada umumnya menempatkan hubungan fungsional
melekat pada tentang struktur dan fungsi organisasi, hal ini berdampak bahwa
hubungan fungsional antara Pusat dan Daerah sangat dipengaruhi oleh faktor
hubungan antarmanusia, jika memiliki hubungan antar manusia terbangun dengan
baik maka akan berjalan dengan baik tetapi sebaliknya jika terjadi kebuntuan
disana-sini maka komunikasi dan proses penyelenggaraan program terbengkalai dan
bahkan ada yang keluar dari budaya organisasi. ” Sebenarnya disinilah antara
lain terjadinya kebuntuhan komunikasi yang menyebabkan kegagalan program di
daerah contoh ; program penanggulangan kemiskinan , program KB, program
swasembada pangan dll . [1].Secara teori Komunikasi organisasi diberi batasan
sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling
bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horisontal.
[2]. Gaya komunikasi organisasi Enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs
dan Sylvia Moss Gaya komunikasi mengendalikan.Gaya komunikasi mengendalikan
(dalam bahasa Inggris: The Controlling Style) ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran
dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini
dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications
Pihak – pihak yang memakai controlling style of communication
ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka
untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian
untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian
pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan
untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak
khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha
menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi
pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
Gaya komunikasi dua arah
The Equalitarian Style Aspek penting gaya komunikasi ini
ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini
ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan
maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way communication). Dalam
gayakomunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap
anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana
yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan
setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. The Structuring Style Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. The Structuring Style Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of
Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang
mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan
Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien
adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan
tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4.
The Dynamic style Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan
agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya
berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of
communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor
yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5.
The Relinguishing Style Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk
menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk
memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi
perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan
dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang
bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti
serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya.
6. The Withdrawal Style Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
6. The Withdrawal Style Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam
deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan:Saya tidak ingin dilibatkan
dalam persoalan.Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari
tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari
berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai
dalam konteks komunikasi organisasi. Berikut ini adalah tabel mengenai gaya
komunikasi.
Mengalihkan persoalan.
jadi
yang dimaksud dengan Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi
(Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya
berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan
yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan,
jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi
yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih
kepada anggotanya secara individual.Komunikasi Organisasi juga dapat
didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi
terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang
satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
·
PROSES KOMUNIKASI ORGANISASI
KOMUNIKASI INTERNAL
Pertukaran
gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam
struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan
vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan. Empat Dimensi
Komunikasi organisasi
1. Downward communication Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah: a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction) b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale) c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices) d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Ada 4 metode dalam penyampaian informasi kepada para pegawai menurut Level (1972): 1. Metode tulisan 2. Metode lisan 3. Metode tulisan diikuti lisan 4. Metode lisan diikuti tulisan
2. Upward communication Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
1. Downward communication Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah: a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction) b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale) c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices) d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Ada 4 metode dalam penyampaian informasi kepada para pegawai menurut Level (1972): 1. Metode tulisan 2. Metode lisan 3. Metode tulisan diikuti lisan 4. Metode lisan diikuti tulisan
2. Upward communication Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
Komunikasi
ke atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir
kecil manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi
dari bawah. Sharma (1979) mengemukakan 4 alasan mengapa komunikasi ke atas
terlihat amat sulit: 1. Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran
mereka 2. Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang
dialami pegawai 3. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan
pegawai 4. Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada
apa yang disampaikan pegawai
3.
Horizontal communication Yaitu komunikasi yang berlangsung di antara para
karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus
komunikasi horisontal ini adalah: a) Memperbaiki koordinasi tugas b) Upaya
pemecahan masalah c) Saling berbagi informasi d) Upaya pemecahan konflik e)
Membina hubungan melalui kegiatan bersama
4.
Interline communication Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi
melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam
komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan
dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas-saluran
yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu berhubungan
dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk
membimbing komunikasi lintas-saluran.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masyarakat yang
sedang mengalami transisi seperti kita saat ini, tentu terjadi banyak perubahan
yang mengagetkan. Sesuatu yang dulu mustahil sekarang hampir
"kebablasan," misal terjadinya pergantian kepala daerah di tengah
jalan akibat tuntutan masyarakatnya. Atau perebutan aset daerah akibat
sempitnya pemahaman tentang Otda. Dengan adanya Otda seolah-olah masyarakat
daerah berhak melawan keinginan pusat, karena mereka merasa pemilik daerah yang
sesungguhnya, sehingga selalu mengedepankan pendekatan "menolak" apa
pun produk kebijakan pusat. Padahal menurut Harris (dalam Teguh Yuwono, 2001)
bahwa Otonomi Daerah yang tepat tidak lain adalah desentralisasi, sehingga
daerah masih merupakan bagian dari pusat.
Terdapat lima
fungsi pokok yang tetap dipegang pemerintah pusat, yakni: fungsi koordinasi,
supervisi, stabilisasi, alokasi dan distribusi sumber daya serta fungsi
evaluasi. Berbagai fungsi tersebut memang perlu dikomunasikan secara kontinyu
pada masyarakat di daerah. Apalagi bahwa dua tahun pelaksanaan Otda (sejak tahun
2000), masyarakat kita juga sedang dalam kondisi transformatif. Dengan demikian
terdapat relasi yang cukup signifikan antara gencarnya pelaksanaan Otda dengan
suasana transformatif masyarakat. Maka diperlukan peran komunikasi yang tepat
sasaran untuk keduanya.Menurut Dr Wilbrur Schramn (1982) peran dan tugas
komunikasi pada proses transformasi masyarakat adalah; pertama, menyampaikan
informasi secara jujur dan obyektif pada masyarakat serta menjadi forum untuk
menciptakan ruang publik yang membahas apa saja informasi yang telah diterima
masyarakat. Karena berkait dengan pelaksanaan Otda tentu informasi seputar
transparansi pengelolaan pemda serta suri teladan anggota DRPD.
Kedua,
menciptakan ruang yang memberikan kesempatan pada masyarakat "ikut ambil
bagian" dalam proses pengambilan keputusan. Substansinya komunikasi yang
dijalankan melalui media menjadi arena mengagregasi dan menyuarakan aspirasi
masyarakat tentang apa yang harus dilakukan untuk daerahnya. Untuk sementara
komunikasi menjadi media yang "mengambilalih" fungsi parpol yang
dirasa terputus dengan masyarakat pasca pemilu. Media massa bisa menjadi
instrumen yang akan terus berusaha mendekatkan realitas sesungguhnya di tengah
masyarakat kepada anggota DPRD maupun pemerintah daerah yang akan mengambil
kebijakan tertentu, sehingga diharapkan tidak terjadi lagi kesenjangan harapan
antara masyarakat dengan elite daerahnya , yang bisa membawa kesenjangan
pelaksanaan atas apa yang menjadi keputusan bersama.
Ketiga,
menciptakan pendidikan sosial bagi warga masyarakat guna mewujudkan masyarakat
terdidik yang berwawasan luas dan intelek. Perlu diketahui sebagian terbesar
penduduk Indonesia hidup di daerah pedesaan dan hanya sekitar 35 persen yang
terdidik, itu pun dari kalangan elite. Kondisi demikian tentu menjadi tantangan
tersendiri dalam pelaksanaan Otda, dimana komunikasi memainkan peran penting di
dalamnya.
Melalui komunikasi perlu
dilontarkan pesan-pesan yang bisa mendidik masyarakat dari segi wawasan
intelektualitas maupun etika moralnya.
B.
SARAN
Ada dua kondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan
komunikasi lintas-saluran: 1. Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas
saluran harus meminta izin terlebih dahulu dari atasannya langsung 2. Setiap
pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus memberitahukan
hasil komunikasinya kepada atasannya . Berdasarkan beberapa teori tersebut
untuk mendudkung keberhasilan fubungan fungsional antara Pusat dan Daerah
minimal ada tiga persyaratan : Pertama ; ada kepentingan yang sinergis yang tergambarkan
dalam sinergitas visi dan visi , Kedua : ada komunikasi secara organisasi yang
tgerimplementasi dalam sistem penyelenggaraan . Ketiga : membangun hubungan
antar manusia secara intensif dan terus menerus .
No comments:
Post a Comment