BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
"Kemampuan
adalah apa yang seseorang boleh lakukan. Motivasi menentukan apa yang seseorang
lakukan. Sikap pula menentukan bagaimana baik seseorang lakukannya." - Lou Holtz
Perkataan
MOTIVASI sejak akhir kurun kedua puluh sudah menjadi sesuatu yang lumrah. Namun
kini, masih ramai yang kurang faham tentang apa yang dimaksudkan dengan
perkataan MOTIVASI.
Jadi,
ringkasnya, oleh kerana perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan atau
pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerak utama
baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yang diinginkannya sama
ada secara negatif atau positif.
Maka saat ini kami akan mencoba
membahasa beberapa hal tentang motivasi, diantaranya: Pengertian
motivasi, hadits yang membahas tentan motivasi, dan ayat Al-Qur’an yang
membahas
tentang motivasi.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di ats maka kami merumuskan beberapa rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:
1.
Apa pengertian
motivasi?
2.
Bagaimana hadits
tentang motivasi belajar beserta kandungannya?
3.
Bagaimana hadits
tentang pentingnya niat mencari ilmu?
4.
Bagaimana Ayat
Al-Qur’an tentang motivasi belajar beserta kandungannya?
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah di atsa maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
pengertian motivasi.
2.
Untuk mengetahui
hadits tentang motivasi belajar beserta kandungannya.
3.
Untuk mengetahui
hadits tentang pentingnya niat mencari ilmu.
D.Metode Pennulisan
Metode
yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi pustaka yaitu
mengumpulkan sumber dan referensi pada bubku-buku yang relefan. Kami juga
menggunakan metode browsing internet..
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang
menggerakkan individu untuk berbuat.Jadi suatu kekuatan atau keinginan yang
datang dari dalam hati nurani manusia untuk melakukan suatu perbuatan tertentu.
Motivasi
adalah sesuatu yang menggerak dan mengarahtuju seseorang dalam
tindakan-tindakannya sama ada secara negatif atau positif.
Tujuan
atau motif adalah sama fungsinya dengan matlamat, wawasan, aspirasi, hasrat
atau cita-cita. Jadi, wawasan, cita-cita, impian, keinginan atau keperluan seseorang
itu malah bagi sesebuah negara merupakan pendorong utama yang menggerakkan
usaha bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang dihajatkan.
Lebih
penting sesuatu yang ingin dicapai, dimiliki, diselesaikan atau ditujui, lebih
serius dan lebih kuatlah usaha seseorang, sesebuah keluarga, organisasi,
masyarakat atau negara untuk mencapai apa juga matlamat yang telah ditetapkan.
Jadi, dengan matlamat atau hasrat yang lebih penting atau besar, lebih kuatlah
pula dorongan atau motivasi seseorang itu untuk berusaha bagi mencapai
matlamatnya.
Apabila hati dan pikiran seseorang bersih dari hal-hal yan dilarang maka
motivasi itu akan mudah muncul sehingga ia akan mudah juga dalam melakukan
sesuatu perbuatan tertentu tanpa harus memikirkannya terlebih dahulu. Salah
satunya adalah adanya motivasi dalam belajar, dengan hati bersih maka ilmu akan
mudah diterima dan ilmu tersebut dapat melekat dipikiran dan hatinya sehingga
menjadi ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
B.Hadits tentang Motivasi Belajar beserta
Kandungannya
عن
عمروبن عوف رضى الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: إنى أخاف
على امتى من ثلاث زلةعالم ومن هوى متبع ومن حكم جائز. (روه البزار)
“ Dari Amru bin Auf r.a. berkata :
Saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda : Sesungguhnya yang saya takuti yang
bakal membahayakan umatku dari tiga perkara, yaitu tergelincirnya orang yang
berilmu, hawa nafsu yang dituruti, hokum yang zalim (curang atau tidak adil
). “
( Diriwayatkan oleh Al-Bazzar) .
عن
معاذ رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: أنتم اليوم على بينة من ربكم تأمرون با لمعروف وتنهون عن المنكر
وتجاهد ون فى الله, ثم يظهر فيكم السكرتان سكرة حب الجهل وسكرة حب العيش وستحولون
عن ذلك فلا تأمرون بالمعروف ولا تنهون عن المنكر ولا تجا هدون فى سبيل الله القا
ئمون بالكتاب والسنة لهم أجر خمسين صديقا قالوا يا رسول الله منا ومنهم ؟ قال : بل
منكم . رواه أبو نعيم .
“ Dari Mu’adz, beliau berkata :
Rasulullah saw. Bersabda : ‘Kamu sekalian sekarang berada di atas tanda bukti
dari Tuhanmu ; Kamu menyuruh orang pada kebajikan, melarang dari kemungkaran,
dan berjuang membela agama Allah ; kemudian akan timbul di kalangan kamu semua
dua macam kemabukan, yaitu mabuk cinta kebodohan dan mabuk cinta kemewahan
hiidup. Disebabkan itu kamu semua akan berpindah haluan ; Lalu kamu tidak mau
lagi menyuruh orang pada kebajikan, tidak mau melarang orang dari kemungkaran
dan tidak berani berjuang membela agama Allah. Pada masa itu orang-orang yang
tegak berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah, bagi mereka pahala lima puluh
shiddiqin. ‘Mereka ( para sahabat ) bertanya : ‘Ya, Rasulullah ; adakah dari
kalangan kami atau mereka. ‘Beliau menjawab : Tidak, bahkan dari kalangan kamu
sekalian ‘. “ (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim ).
Pelajaran yang terkandung dalam
hadits tersebut
Dalam hadits tersebut terkandung
beberapa pelajaran penting :
1.
Ada perbedaan antara generasi umat islam masa sahabat dengan generasi masa
sekarang. Mereka generasi sahabat memahami betul Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah saw., sedangkan generasi sekarang tidak demikian.
2.
Mereka, para sahabat dahulu memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam tugas
amar makruf dan nahi munkar serta perjuangan membela agama Allah ; sedangkan
generasi sekaranng kurang memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi
seperti para sahabat.
3.
Orang yang tidak mau belajar dan hanya senanng kemewahan hidup dianggap
orang yang mabuk, tidak mempunyai kesadaran untuk hidup. Lebih-lebih orang yang
bodoh tentang agama islam, cepat atau lambat pasti mengalami kemabukan itu.
Jika orang itu berpangkat dan menduduki jabatan, pasti akan mabuk dengan
jabatannya. Orang kaya yang tidak mengerti agama, pasti akan mabuk dengan
kekayaannya. Demikian pula para sarjana, akan mabuk dengan kesarjanaannya. Dan
lain sebagainya.
4.
Orang-orang yang konsekuen berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah dalam
situasi sekarang, mendapat penilaian yang tinggi di hadapan Allah dan
Rasul-Nya.
5.
Dalam hadits tersebut terkandung motivasi yang tinggi terhadap kita, umat
islam, untuk giat mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah serta ilmu0ilmu yang lain.
Yang berguna bagi kehidupan dunia dan dapat mnejadi bekal di akhirat kelak.
6.
Dalam hadits itu pula tersurat anjuran untuk hidup zuhud, tidak rakus
dengan hidup keduniaan dan lebih meningkatkan rasa tanggung jawab sosial serta
mempertinggi semangat juang membela agama Allah.
C. Haadist tentang Pentingnya Niat dan Kandungannya
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
وَمُسْلِمَةٍ
Artinya: “Menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan muslim
perempuan”.
اُطْلُبُ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلَى الَّحْدِ
Artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang
lahat”.
فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ
لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ. (رواه ابو داود والترمذى والنسائى وابن ماجة عن ابى
الدرداى)
Artinya: “Kelebihan orang yang berilmu dari orang yang beribadah (yang
bodoh) bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dan semua bintang-bintang
yang lain.”(Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu
Majah dari Abu Darda).
Dalam hadits-hadits ini sangat jelas sekali memberikan motivasi kepada
manusia bahkan mewajibkan kepada tiap-tiap muslim baik laki-laki maupun
perempuan untuk selalu belajar dan menuntut ilmu dan kedudukan orang yang
berilmu itu melebihi daripada orang yang beribadah (yang bodoh) yang tanpa ilmu
pengetahuan bagaikan bulan di antara bintang-bintang.
D. Ayat Al-Qur’an Tentang Motivasi
$pkš‰r'¯»tƒtûïÏ%©!$#(#þqãZtB#uä#sŒÎ)Ÿ@ŠÏ%öNä3s9(#qßs¡¡xÿs?†ÎûħÎ=»yfyJø9$#(#qßs|¡øù$$sùËx|¡øÿtƒª!$#öNä3s9(#sŒÎ)urŸ@ŠÏ%(#râ“à±S$#(#râ“à±S$$sùÆìsùötƒª!$#tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uäöNä3ZÏBtûïÏ%©!$#ur(#qè?ré&zOù=Ïèø9$#;M»y_u‘yŠ4ª!$#ur$yJÎ/tbqè=yJ÷ès?׎Î7yzÇÊÊÈ
“ Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Mujaadilah [58]:11)
Sebab turunnya ayat ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Muqatil bin
Hibban, ia berkata, "Pada suatu hari, yaitu hari Jumat Rasulullah SAW.
berada di Suffah mengadakan pertemuan di suatu tempat yang sempit, dengan
maksud menghormati pahlawan-pahlawan perang Badar yang terdiri dari orang-orang
Muhajirin dan Ansar. Beberapa orang pahlawan perang Badar itu terlambat datang
di antaranya Sabit bin Qais. Para pahlawan Badar itu berdiri di luar yang
kelihatan oleh Rasulullah mereka mengucapkan salam, "Assalamu' alaikum
Ayyuhan Nabiyyu warahaturlahi wabarakatuh", /4 Nabi SAW. menjawab salam,
kemudian mereka mengucapkan salam pula kepada orang-orang yang hadir lebih
dahulu dan dijawab pula oleh mereka. Para pahlawan Badar itu tetap berdiri,
menunggu tempat yang disediakan bagi mereka, tetapi tidak ada yang
menyediakannya.Melihat itu Rasulullah SAW.merasa kecewa, lalu mengatakan,
"berdirilah, berdirilah". Berapa orang yang ada di sekitar itu
berdiri, tetapi dengan rasa enggan yang terlihat di wajah mereka.Maka orang-orang
munafik memberikan reaksi dengan maksud mencela Nabi SAW.mereka berkata,
"Demi Allah, Muhammad tidak adil, ada orang yang dahulu datang dengan
maksud memperoleh tempat duduk di dekatnya, tetapi di suruh berdiri agar tempat
itu diberikan kepada orang yang terlambat datang." Maka turunlah ayat ini.
Dari ayat
ini dapat dipahami:
1. Para
sahabat berlomba-lomba mencari tempat dekat Rasulullah agar mudah mendengar
perkataan beliau yang beliau sampaikan kepada mereka.
2. Perintah
memberikan tempat kepada orang yang baru datang, adalah merupakan anjuran,
sekiranya hal ini mungkin dilakukan, untuk menimbulkan rasa persahabatan antara
sesama yang hadir.
3.
Sesungguhnya tiap-tiap orang yang memberikan kelapangan kepada hamba Allah
dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka Allah akan memberi kelapangan
pula kepadanya di dunia dan di akhirat nanti.
Memberi kelapangan kepada sesama muslim dalam pergaulan dan usaha mencari
kebaikan dan kebaikan, berusaha menyenangkan hati saudara-saudaranya, memberi
pertolongan dan sebagainya termasuk yang dianjurkan Rasulullah SAW. Beliau
bersabda:
لايزالاللهفيعونالعبدمادامالعبدفيعونأخيه
Artinya:
Allah selalu menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya.
(H.R.
Bukhari dan Muslim, lihat Tafsir Al Maragi, hal. 16, juz 28, jilid X)
Ayat ini menerangkan bahwa jika kamu disuruh Rasulullah SAW.berdiri untuk
memberikan kesempatan kepada orang tertentu agar ia dapat duduk atau kamu
disuruh pergi dahulu hendaknya kamu berdiri atau pergi, karena ia ingin
memberikan penghormatan kepada orang-orang itu atau karena ia ingin menyendiri
untuk memikirkan urusan-urusan agama, atau melaksanakan tugas-tugas yang perlu
diselesaikan dengan segera.
Berdasarkan ayat ini para ulama berpendapat bahwa orang-orang yang hadir
dalam suatu majelis hendaklah mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam
majelis itu atau mematuhi perintah orang-orang yang mengatur majelis itu.
Jika dipelajari maksud ayat di atas ada suatu ketetapan yang ditentukan
ayat ini, yaitu agar orang-orang menghadiri suatu majelis baik yang datang pada
waktunya atau yang terlambat itu, selalu menjaga suasana yang baik, penuh
persaudaraan dan saling bertenggang rasa dalam majelis itu. Bagi yang terdahulu
datang hendaklah memenuhi tempat yang agak di muka, sehingga orang yang datang
kemudian tidak perlu melangkahi atau mengganggu orang yang telah terdahulu
hadir dim bagi orang yang terlambat datang hendaklah merasa rela dengan keadaan
yang ditemuinya, seperti tidak dapat tempat duduk. Inilah yang dimaksud dengan
sabda Nabi SAW.:
لايقمالرجلمنمجلسهولكنتفسحواوتوسعوا
Artinya:
Janganlah seseorang menyuruh berdiri, dari
tempat-tempat duduk temannya yang lain, tetapi hendaklah ia mengatakan: lapangkanlah
atau geserlah sedikit. (H.R. Bukhari Muslim dll)
Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang
yang beriman, yang taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan
perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya, berusaha menciptakan
suasana damai, aman dan tenteram dalam masyarakat, demikian pula orang-orang
yang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah.
Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling
tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman, berilmu dan ilmunya itu diamalkan
sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian Allah SWT menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang
dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya, siapa yang durhaka
kepada-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil, sesuai dengan perbuatan yang
telah dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan
jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka.
Tafsir /
Indonesia / DEPAG / Surah Al Mujaadilah 11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Merujuk
kepada apa yang telah kami uraikan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
Motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang
menggerakkan individu untuk berbuat.Jadi suatu kekuatan atau keinginan yang
datang dari dalam hati nurani manusia untuk melakukan suatu perbuatan tertentu.Dan
yang menggerak dan mengarahtuju seseorang dalam tindakan-tindakannya sama ada
secara negatif atau positif.
Ada beberapa pelajaran penting yang bisa di ambil
dari uraiaan di atas, di antaranya:
1.
Ada perbedaan antara generasi umat islam masa sahabat dengan generasi masa
sekarang.
2.
Mereka, para sahabat dahulu memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam tugas
amar makruf dan nahi munkar serta perjuangan membela agama Allah.
3.
Orang yang tidak mau belajar dan hanya senanng kemewahan hidup dianggap
orang yang mabuk, tidak mempunyai kesadaran untuk hidup.
4.
Orang-orang yang konsekuen berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah dalam
situasi sekarang, mendapat penilaian yang tinggi di hadapan Allah dan
Rasul-Nya.
5.
Dan juga terkandung motivasi yang tinggi terhadap kita, umat islam, untuk
giat mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah serta ilmu-ilmu yang lain. Yang berguna
bagi kehidupan dunia dan dapat mnejadi bekal di akhirat kelak.
3.2 Saran
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa
manusia adalah makhluk yang paling istimewa di antara makhluk-makhluk yang
lainnya, karena manusia memiliki akal.Oleh sebab itu marilah kita menggunakan
anugrah akal tersebut dengan sebaik-baiknya, agar kita menjadi manusia yang
bernanfaat bagi orang lain, salah satunya dengan mencari ilmu dan
mengajarkannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-‘Asyqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar.
(2000). فتحالباريبشرحصحيحالبخاري. Beirut: Darul Fikr.
Al-Bukhari, Abi Abdillah bin Ismail.
(1978). صحيحالبخاريالجازالأوّل. Indonesia: Maktabah
Daru Ihya Al-Kitab Al-‘Arabiyah.
Ayyub, Hasan. (1994). Etika Islam menuju
Kehidupan yang Hakiki. Bandung: Trigenda Karya.
Khalid, Muhammad Khalid. (1995).
Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah. Bandung: Diponegoro.
Qadir,
A. Hassan. (2007). Ilmu Musthalah Hadits. Bandung: Diponegoro.
Shonhadji,
Abdullah. (1979). Tarjamah Durratun Nasihin. Semarang: Almunawar.
http://ikadi.org/ibrah/wasiat-imam-syafii-pendidik-1249013421.htm
http://haditsshahih.blogspot.com/2009/02/keutamaan-orang-yang-mengetahui-dan.html
No comments:
Post a Comment