KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Makalah dengan judul “Teori
Pembangunan”.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semua pihak.
Jatinangor, Januari 2016
Penulis,
DAFTAR ISI
1. TEORI PEMBANGUNAN MODERNISASI
2. TEORI PEMBANGUNAN STRUKTURAL
3. TEORI PEMBANGUNAN KETERGANTUNGAN
5. TEORI
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa berada
dalam proses perubahan sosial dengan kata lain perubahan sosial merupakan
gejala yang melekat disetiap kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari
kehidupan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia, dimana pada masa lalu dalam
kehidupan keluarga suami merupakan tulang punggung dan mempunyai posisi yang
dominan dalam berbagai urusan dalam rumah tangga, termasuk juga dalam hal
ekonomi keluarga, sehingga apabila suami tidak bekerja maka suatu keluarga
dalam ekonomi akan mengalami kesulitan. Sedangkan dalam masyarakat modern saat
ini posisi seorang suami tidak terlalu dominan.
Perubahan-perubahan sosial yang
terjadi dalam mayarakat dapat diketahui dengan cara membandingkan keadaan
masyarakat pada waktu tertentu dengan keadaan dimasa lampau.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat akan menimbulkan
ketidaksesuaian antara unsur-unsur yang ada pada masyarakat. Sehingga akan
mengubah sturktur dan fungsi dari unsur-unsur sosial masyarakat tertentu.
Permasalahahan selanjutnya yang akan
dibahas dalam hal ini adalah modernisasi. Modernisasi merupakan
persoalan-persoalan yang berhubungan erat dengan pembagian aktivitas untuk
mengisi waktu-waktu senggang dan sebagainya. Awal proses modrenisasi biasanya
berupa industrialisasi yang dampak negatifnya dapat menimbulkan pengangguran,
mulai pudarnya nilai dan norma serta upacara tradisi pada masyarakat dan
sebagainya.
Modernisasi pada hakekatnya atau
dalam pelaksanaanya menggunakan unsur-unsur yang datang dari masyarakat
luar. Terkadang kita selalu keliru dalam membedakan modernisasi debgab
westernisasi. Sebetulnya yang membedakan istilah tersebut adalah dalam
prosesnya dimana modernisasi pada hakekatnya menggunakan teknologi dan ilmu
pengetahuan yang berasal dari barat. Sedangkan westernisasi adalah segala hal
tata cara kehidupan kebarat-baratan.
Pada makalah ini kami akan coba
mengemukakan beberapa teori yang berkaitan dengan perubahan sosial dan
pembangunan. Kemudian setelah itu kami pun akan mencoba menganalisa masalah
dampak buruk internet serta solusi atas masalah itu.
B. Rumusan Masalah
Adapun
batasan masalah dalam makalah ini adalah:
- Bagaimana teori pembangunan Modernisasi?
- Bagaimana teori pembangunan Struktral?
- Bagaimana teori pembangunan Ketergantungan?
- Bagaimana teori pembangunan Pasca Ketergantungan?
- Bagaimana teori pembangunan Berkelanjutan?
- Bagaimana teori pembangunan Manusia?
- Bagaimana teori pembangunan Modernisasi?
C. Tujuan
Makalah inii
dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
- Untuk mengetahui teori pembangunan Modernisasi
- Untuk mengetahui teori pembangunan Struktral
- Untuk mengetahui teori pembangunan Ketergantungan
- Untuk mengetahui teori pembangunan Pasca
Ketergantungan
- Untuk mengetahui teori pembangunan Berkelanjutan
- Untuk mengetahui teori pembangunan Manusia
- Untuk mengetahui teori pembangunan Modernisasi
BAB II
PEMBAHASAN
1. TEORI
PEMBANGUNAN MODERNISASI
Model/strategi pembangunan yang
pasca Perang Dunia II sampai sekarang masih menjadi sorotan dan menjadi topik
perbincangan kalangan akademisi yakni model pembangunan nasional (national
building) di Negara-negara dunia ketiga. Pembangunan adalah proses perubahan
yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan manusia (Portes
1976). Perubahan yang direncakan dalam pembangunan mencakup seluruh sistem
sosial masyarakat mulai dari ekonomi, politik, infrastruktur, pertahanan,
pendidikan, teknologi, kesehatan. Perubahan dalam system ekonomi misalnya
terjadinya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, perubahan basis ekonomi
dari importir menjadi eksportir (produksi berbasis pada ekspor), peningkatan
penerimaan devisa dari seluruh aktivitas ekonomi,dll. Dari aspek politik,
pembangunan biasanya ditandai dengan adanya stabilitas politik dalam negeri.
Sedangkan pembangunan pada aspek pertahanan diindikasikan dengan terjaminnya
keamanan nasional. Adapun beberapa indikator pembangunan yang banyak digunakan
oleh lembaga-lembaga internasional, diantaranya; Kekayaan Rata-rata (GDP dan
GNP, Perkapita), Distribusi pendapatan (pemerataan), kualitas kehidupan, kerusakan
linkungan dan keadilan sosial dan berkesinambuangan.
Ada beberapa Negara di kawasan
Amerika Utara, Asia, Afrik, Amerika Latin dan Eropa Barat yang melakukan
pembangunan nasional dengan mengadopsi teori modernisasi. Dengan karakteristik
nasional yang berbeda-beda menggunakan satu model yakni modernisasi tentunya
akan menghasilnya hasil yang berbeda
pula. Negara-negara di Kawasan Amerika Utara dan Eropa Barat telah berhasil
melakukan pembangunan secara evolusi pada abad ke 18 dengan model/konsep pembangunan
yang sama (konsep modernisasi).
Pada perkembangannya kemudian,
keberhasilan pembangunan yang diterapkan pada negara-negara di Eropa ini
memberikan pemikiran lanjut untuk melakukan ekspansi pasar ke negara-negara
dunia Ketiga, dan banyak memberikan bantuan untuk pembangunannya; dalam
kenyataannya, keberhasilan yang pernah diterapkan di Eropa, ternyata banyak
mengalami kegagalan di negara-negara dunia Ketiga. Kemudian, mereka mencoba
memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah berdasarkan cara pandang
mereka. Adapun asumsi dasar teori modernisasi seperti yang terlihat ada table
di bawah ini.
ASUMSI
TEORI MODERNISASI TENTANG KONDISI DAN PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
ASUMSI TENTANG |
URAIAN |
Pola sejarah perekonomian dunia |
Kemiskinan
dunian terjadi sejak tiga abad yang lalu; Revolusi
industri telah menciptakan Negara-negara kaya di dunia pertama (Eropa Barat
dan Amerika Utara); Industrialisasi
akan merambat ke Negara-negara dunia ketiga, melalui proses difusi; Semua
masyarakat di dunia pada akhirnya akan mencapai kemakmuran |
Sumber penyebab kemiskinan global |
Karakteristik bangsa-bangsa di
dunia ketiga yang telah menciptakan kemiskinan seperti: Tidak memiliki modal untuk
industrialisasidan investasi di sector ekonomi modern. Tidak punya teknologi untuk
industrialisasi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Pola budaya tradisional yang
menghambat etos kerja,kreativitas dan inovasi Angka kelahiran dan pertumbuhan
penduduk yang tinggi |
Peranan Negara-negara kaya dalam ekonomi global |
Negara-negaar kaya dapat membantu
Negara-negara miskin melalui: Program pengendalian angka
kelahihan/keluarga berencana; Transfer teknologi dan bantuan
pendidikan untuk meningkatkan produksi pangan dan industrialisasi Investasi melalui penanaman modal
asing (PMA) Bantuan dana/ hutang luar negeri |
Dengan
melihat asumsi dasar tentang penyebab kemiskinan di dunia ketiga seperti pada
tabel diatas maka, para ahli seperti W.W.Rostow mengemukakan beberapa solusi
untuk menciptakan suatu pertumbuhan ekonomi. Salah satu solusi yang dikemukakan
oleh Rostow yakni Negara-negara berkembang memerlukan bantuan investasi dari
Negara-negara kaya (melaui PMA). Di samping itu, untuk investasi dalam negeri,
Negara berkembang memerlukan bantuan dalam bentuk hutang luar negeri, selain
bantuan teknologi, peningkatan tingkat pendidikan dan penurunan angka
kelahiran. Strategi industrialisasi
diarahkan kepada produksi barang-barang subtitusi impor pada tahap awal,
kemudian disusul oleh produksi berorientasi ekspor.
Solusi lain yang ditawarkan oleh teori
modernisasi yakni pembagian kerja secara internasional (spesialisasi produk
Negara) misalnya dengan pembagian Negara industri dan Negara agraris. Hal ini
dimaksudkan agar cost production
dapat ditekan sehingga harga lebih murah dan setiap Negara yang melakukan
perdagangan internasional mendapatkan keuntungan dan meleburkan diri dalam
ekonomi dunia.
Solusi di atas pun, pada kenyataanya
hanya sebuah teori yang tidak diimplementasikan dalam perdagangan
internasional. Setiap Negara cenderung memproduksi beberapa produk yang juga
diproduksi oleh Negara lain. Negara yang unggul dalam produk tertentu misalnya
komoditi jagung dan gandum, tentu tidak mau melakukan spesialisasi produk
tersebut. Dengan dasar pemikiran bahwa komoditas jagung dan gandum memiliki nilai
jual lebih rendah dibandingkan dengan nilai jual teknologi seperti televisi. Konsep
spesialisasi diatas bukan merupakan suatu konsep yang baru. David Ricardo
terlebih dahulu mengusulkan konsep yang hampir sama. Akan tetapi, pada
kenyataanya konsep tersebut tidak efektif untuk diberlakukan dalam perdagangan
internasionl.
Studi
Kasus: Pembangunan Thailand dan India
Perekonomian dunia selalu memberikan
kejutan-kejutan besar, seperti yang terjadi di Negara-negara Amerika Latin pada
awal 1960-an. Beberapa Negara seperti Brasil, Argentina, Chili, Venezuela dan
beberapa Negara lainnya menikmati pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi.
Negara-negara tersebut pada umumnya memiliki GNP yang meningkat dengan cepat
dari tahun ke tahun, seperti Brasil yang memiliki GNP mencapai. Namun,
pertumbuhan ekonomi mereka tidak disertai dengan pemerataan pendapatan,
peningkatan kualitas hidup dan keadilan sosial dan berkesinambungan serta
pembangunan yang berkesinambungan. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi
Negara-negara Amerika Latin tidak berlangsung lama dan dengan mudah mengalami
resesi ekonomi pada awal 1980-an. Resesi ekonomi yang melanda Negara-negara
Amerika Latin ternyata berimbas pada pertumbuhan ekonomi Asia.
Meski terkena efek krisis generasi
pertama dari Amerika Latin, namun perkonomian Negara-negara di Asia tetap
menunjukkan pertumbuhan yang gemilang. Pembangunan negara-negara di Asia yang
mengandalkan Penanaman Modal Asing (PMA), bantuan asing berupa hutang luar
negeri, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDA). Secara umum mereka mengadopsi
teori modernisasi. Dalam jangka waktu yang singkat ekonomi Asia menunjukkan
pertumbuhan yang sangat signifikan. Hal tersebut terlihat dari GNP beberapa
negara seperti Thailand, Korea Utara, Malaysia, Singapura, Indonesia, yang
meningkat sekitar 8-12% per tahunnya.
Keberhasilan pertumbuhan ekonomi
khusunya Thailand sekitar 10% pertahunnya, ternyata bukan jaminan bagi
keberhasilan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Sama seperti pertumbuhan
ekonomi negara-negara Amerika Latin, pertumbuhan ekonomi Thailand juga tidak di
sertai oleh pemerataan pendapatan, peningkatan kualitas hidup, kerusakan
lingkungan dan keadilan sosial yang berkesinambungan. Sehingga kejayaan
pertumbuhan ekonomi hanya bertahan dalam jangkat waktu yang cukup singkat
antara 1980-an -1998. Tepatnya 1 Juli 1998, ekonomi Thailand ambruk ditandai
dengan jatuhnya Bath pada titik terendah sepanjang 18 tahun. Pembangunan
ekonomi Thailand yang sepenuhnya mengandalkan investasi asing berakhir dalam
seketika oleh ulah para spekulan. Proses pemulihan ekonomi pun berlangsung
dengan sangat lambat karena stabilitas politik dan keamanan juga tidak
mendukung.
Besar kemungkinan penerapan
modernisasi di Thailand tampak kurang serasi, karena pemahaman akan konsep
modernisasi ini tidak seperti yang dimaksudkan oleh konsep itu sendiri. Karena
itu pula landasan berpikir dan penggunaan teori dalam konsep pembangunan
masyarakat dengan modernisasi tampaknya kurang mendasar. Tidak mengherankan
apabila kemudian pembangunan yang telah dilakukan selama bertahun-tahun itu
bisa terpuruk seketika oleh peristiwa moneter, yang keadaan itu bisa
menunjukkan bahwa model pembangunan adalah tidak mendasar dan berakar pada
masyarakat Thailand.
Berbeda halnya dengan India yang
baru mulai melakukan reformasi ekonomi sejak 1991 dengan meliberalisasi pasar
dalam negerinya serta member peluang lebih besar pada investor asing untuk
masuk. Kebijakan mereka juga mengikuti Teori Modernisasi. Reformasi ekonomi ini
mulai terlihat hasinya dengan kemampuan India mempertahankan pertumbuhan
ekonomi rata-rata 7 % sejak 1994. Word Bank dalam laporannya tahun 2005
menyebutkan kalau India telah masuk di urutan 12 negara paling kaya di Dunia
dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mencapai 786 milliar dolar AS dan
melampaui Rusia, Australia dan Meksiko. Keberhasilan ekonomi lainnya terlihat
pada cadangan mata uang asing India pada tahun 2005 mencapai 143 milliar dollar
AS telah jauh melampaui hutang luar negerinya sebesar 122 milliar dolar AS.
Pada tahun 2007 India adalah negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tercepat
kedua di dunia setalah Republik Rakyat
Cina yang mencapai 9,2%.
2.
TEORI
PEMBANGUNAN STRUKTURAL
Model pembangunan strukturalis pada
awalnya muncul sebagai tantangan terhadap “kebijaksanaan konvensional” model monoteris
neo klasik, karena jelas bahwa model konservatif yang mengemuka ini tidak
menjelaskan ketidakmampuan negara-negara Amerika Latin berkembang sendiri.
Penting juga diketahui bahwa gagasan strukturalis yang diformulasikan di
negara-negara pinggiran dan mendominasi ECLA dari awal tahun 1950-an baru
diterima oleh kalangan akademik barat pada awal tahun 1960-an.
Berbeda dengan neo klasik yang
mengecilkan dampak negatif faktor-faktor eksternal dan menekankan segi positif
dari perdagangan internasional. Strukturalis sejak awal telah pesimis
menanggapi keuntungan yang mengalir dari perdagangan bebas yang dinyatakan oleh
neo klasik. Teoritisi srukturalis menekankan pemecahan masalah pada tingkat
lokal masing-masing negara.
Bagi sebagian besar teoritisi strukturalis,
ketergantungan pada negara luar merupakan hambatan yang sampai pada tingkat
tertentu, bisa diatasi dengan usaha masing-masing tingkat tertentu, bisa
diatasi dengan usaha masing-masing negara melalui penerapan teknologi modern.
Strukturalis cenderung menggunakan pandangan tentang pembangunan yang
stagnasionis untuk menjelaskan keprihatinan mereka mengindentifikasikan
hambatan-hambatan struktural yang menghambat faktor-faktor dinamis: atau
kekuatan-kekuatan yang mampu mentransformasikan negara-negara tertentu.
Dibandingkan dengan teori neoklasik, teori strukturalis lebih konsisten pada
ekonomi politik tradisional. Selain menuntut redistribusi pendapatan, dan
berharap bahwa strategi ini akan mengurangi ketidakpuasan dan menyalurkan
energi ke usaha-usaha yang lebih produktif, teori strukturalis masih melihat
perubahan dan pembangunan yang terjadi dalam kerangka konseptual kapitalisme
yang longgar. Oleh karena itu, teori strukturalis melihat struktur sosial yng
menghambat pembangunan sebagi konsekuensi cara kerja sistem ekonomi yang cacat
dan bukan merupakan penyimpanan intrinsik dari sistem itu sendiri.Teori
strukturalis dan teori neo klasik sama-sama menyakini prinsip-prinsip usaha
bebas dan persaingan bebas. Perbedaan menyolok dari keduanya adalah, bahawa
teori strukturalis memiliki pengertian yang lebih rinci dan secara empiris
lebih mendasar mengenai, mengapa suatu pembangunan berhasil atau gagal. Teori
strukturalis juga menyakini bahwa menjalankan perubahan pasar secara mendasar
bisa dilaksanakan dan memang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
mendasar seperti redistribusi pendapatan dan untuk mempertahankan perekonomian
yasng padat karya (full employment). Teoritisi strukturalis menjelaskan
ketidakmampuan negara bangsa mengembangkan industri yang mandiri dalam konteks
cara kerja sistem internasional dan nasional yang cacat. Tindakan tegas pada
tingkat nasional lebih banyak tergantung pada faktor-faktor seperti pembatasan
pertumbuhan penduduk, peningkatan tabungan nasional, penerapan teknologi yang
tepat, pengurangan kantong-kantong modal asing yang tidak sejalan dengan
pembangunan nasional tanpa menghentikan modal asing yang dinamis.
Pemahaman
Menurut Para Tokoh
Arthur
Lewis
Teori structural sendiri mengacu
pada teori pembangunan yang disampaikan oleh Arthur Lewis, pembahasannya lebih
pada proses pembangunan antara daerah kota dan desa, diikuti proses urbanisasi
antara kedua tempat tersebut. Selain itu teori ini juga mengulas model
investasi dan system penetapan upah pada sistem modern yang juga berpengaruh
pada arus urbanisasi yang ada. Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu
negara pada dasarnya terbagi menjadi dua :
1. Perekonomian
tradisional
Lewis
berasumsi bahwa daerah pedesaan dengan perekonomian tradisional mengalami
surplus tenaga kerja. Surplus tersebut erat kaitannya dengan basis utama
perekonomian tradisional. Kondisi masyarakat berada pada kondisi subsiten
akibat perekonomian yang subsisten pula yang ditandai nilai produk marginal
dari tenaga kerja yang bernilai nol. Kondisi ini menunjukkan bahwa penambahan
tenaga kerja justru akan mengurangi total produksi yang ada, sebaliknya dengan
mengurangi tenaga kerja justru tidak mengurangi total produksi yang ada. Dengan
demikian, nilai upah riil ditentukan oleh nilai rata-rata produk marginal, dan
bukan produk marginal dari tenaga kerja itu sendiri.
2. Perekonomian
industri
Sektor
industri berperan penting dalam sektor ini dan letaknya pula di perkotaan. Pada
sektor ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas sangat tinggi termasuk input
dan tenaga kerja yang digunakan. Nilai marginal terutama tenaga kerja, bernilai
positif dengan demikian daerah perkotaan merupakan tempat tujuan bagi para
pencari kerja dari daerah pedesaan. Jika ini terjadi maka penambahan tenaga
kerja pada sektor-sektor industri akan diikuti pula oleh peningkatan output
yang diproduksi. Dengan demikian, industri perkotaan masih menyediakan lapangan
pekerjaan bagi penduduk desa. Selain lapangan kerja yang tersedia tidak kalah
menarik tingkat upah di kota yang mencapai 30%, dan ini kemudian menjadi
ketertarikan bagi penduduk desa dalam melakukan urbanisasi.
Karl
Marx
Teori struktural ini sering dianggap
bersumber pada teori yang dilontarkan oleh Karl Marx, terutama teorinya tentang
bangunan bawah atau base, dan bagunan atas atau superstructure. Dalam salah
satu karyanya, “Marx Dab Engels” pernah menyatakan bahwa masa depan dari teori
Negara-negara yang terbelakang dapat dilihat pada Negara-negara yang sudah
maju. Bagi Marx, dunia akan berkembang menuju kapitalisme global. Oleh karena
itu tidak dapat dihindari lagi, seluruh Negara di dunia akan menjadi Negara
kapitalis. Masyarakat terdiri atas berbagai komponen yang memiliki
perbedaan-perbedaan kepentingan bahkan cenderung konflik.
Teori pembangunan struktural menitikberatkan
pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang
berkembang, yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada
sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, dan sangat
didominasi oleh sektor industri dan jasa. Kemiskinan yang terdapat di Negara
Dunia ketiga yang mengkhususkan pada produksi pertanian adalah akibat dari
struktur perekonomian dunia yang eksploitatif sehingga surplus dari negara
tersebut beralih ke Negara Industri maju.
Kebanyakan Negara yang sedang
berkembang merupakan bangsa yang baru saja lepas dari penindasan Negara lain
dan berusaha mencoba beralih dari keterbelakangan sebagai masyarakat agraris
yang mengalami kemunduran ekonomi menjadi masyarakat masyarakat industry-teknokratis
yang terus berkembang. Kerjasama internasional, revolusi teknologi, perdebatan
terhadap strategi-strategi pembangunan yang tepat, serta koeksistensi tradisi
dan modernitas akan melahirkan suatu tantangan dan kesempatan untuk mengubah
struktur suatu negara.
3.
TEORI PEMBANGUNAN KETERGANTUNGAN
Teori Ketergantungan atau
dikenal teori depedensi (Dependency Theory) adalah salah satu teori yang
melihat permasaalahan pembangunan dari sudut Negara Dunia Ketiga. Menurut Theotonio Dos Santos, Dependensi
(ketergantungan) adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi negara–negara
tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi
negara–negara lain, di mana negara–negara tertentu ini hanya berperan sebagai
penerima akibat saja.
Aspek penting dalam kajian sosiologi adalah
adanya pola ketergantungan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lainnya dalam kehidupan berbangsa di dunia. Teori Dependensi lebih menitik
beratkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara
pinggiran. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori dependensi mewakili
"suara negara-negara pinggiran" untuk menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju.
Teori Ketergantungan Menurut Para Ahli:
·
Menurut
Paul Baran
Menurut Paul
baran adalah seorang pemikir Marxisme yang
menolak pandangan Marx tentang pembangunan dinegara-negara dunia
ketiga. Bila Marx mengatakan
bahwa sentuhan negara-negara kapitalis maju
kepada negara-negara pra-kapitalis yang terbelakang akan membangunkan
negara-negara yang terakhir ini untuk berkembang, seperti negara-negara
kapitalis di Eropa. Baran
berpendapat lain, baginya, sentuhan ini akan mengakibatkan negara-negara
kapitalis tersebut terhambat kemajuannya dan akan terus hidup dalam
keterbelakangan.
Dengan
pendapatnya yang berbeda dengan Marx, Baran menyatakan bahwa perkembangan
kapitalisme di negara-negara pinggiran, berbeda dengan perkembangan kapitalisme
di negara-negara pusat. Di negara pinggiran sistem kapitalisme seperti
terkena penyakit kretinisme. Orang yang dihinggapi penyakit ini tetap
kerdil dan tidak bisa besar. Menurut baran kapitalisme di negara-negara
pusat bisa berkembang karena adanya tiga prasyarat:
·
Meningkatnya
produksi diikuti dengan tercabutnya masarakat petani di pedesaan.
·
Meningkatnya
produksi komoditi da terjadinya pembagian kerja mengakibatkan sebagian orang
menjadi buruh yang menjual tenaga
kerjanya sehingga sulit menjadi kaya, dan sebagian lagi menjadi majikan yang
bisa mengumpulkan harta.
·
Mengumpulnya
harta di tangan para pedagang dan tuan tanah.
A.
Bentuk - Bentuk Teori Ketergantungan
Dos
Santos menguraikan ada 3 bentuk ketergantungan:
1).
Ketergantungan Kolonial
·
Terjadi
penjajahan dari negara pusat ke negara pinggiran.
·
Kegiatan
ekonominya adalah ekspor barang-barang yang dibutuhkan negara pusat.
·
Hubungan
penjajah – penduduk sekitar bersifat eksploitatif negara pusat.
·
Negara
pusat menanamkan modalnya baik langsung maupun melalui kerjasama dengan
pengusaha lokal.
2).
Ketergantungan Teknologis-Industrial
·
Bentuk
ketergantungan baru.
·
Kegiatan
ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah untuk negara
pusat.
·
Perusahaan
multinasional mulai menanamkan modalnya di negara pinggiran dengan tujuan untuk
kepentingan negara pinggiran.
3).
Ketergantungan Teknologis-Industrial
·
Bentuk
ketergantungan baru.
·
Kegiatan
ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah untuk negara
pusat.
·
Perusahaan
multinasional mulai menanamkan modalnya di negara pinggiran dengan tujuan untuk
kepentingan negara pinggiran.
B. teori ketergantungan secara garis besar bisa dibagi
menjadi dua macam
1) Teori Depensi Klasik
Teori ini digagas oleh Andre Gunder Frunk, yang menyatakan
bahwa kapitalisme global akan membuat ketergantungan masa lalu dan sekarang
oleh karena itu negara yang tidak maju dan berkembang harus memutuskan hubungan
dengan negara maju supaya negara berkembang bisa maju.
2) Teori Depensi Modern
Teori ini digagas oleh Fernando Henrigue Cardoso, teori ini
menyatakan bahwa antara negara yang satu dengan lainnya perlu kerjasama dengan
melihat karakteristik histori dari daerah tersebut.
C. Kelemahan dan Kekuatan Teori Ketergantungan
Menurut Robert A. Packenham, teori ketergantungan itu
memiliki kelemahan dan kekuatan. Packenham menyebutkan ada 6 kelemahan dari
teori ketergantungan, antara lain:
1. Menyalahkan hanya kapitalisme
sebagai penyebab dari ketergantungan.
2. Konsep-konsep inti, termasuk konsep
ketergantungan itu sendiri àkurang didefinisikan secara jelas.
3. Hanya didefinisikan sebagai konsep
dikotomi.
4. Sedikit sekali dibicarakan tentang
proses yang memungkinkan sebuah negara dapat lepas dari teori tersebut.
5. Selalu dianggap sebagai sesuatu yang
negatif.
6. Kurang membahas dengan teori lain
(otonomi).
Packenham juga mengatakan disamping kelemahan terdapat juga
kelebihan dari teori ketergantungan, kelebihannya antara lain:
1.
Menekankan aspek internasional
2.
Mempersoalkan akibat dari politik luar negeri.
3.
Membahas proses internal dari perubahan di negara-negara
pinggiran.
4.
Menekankan pada kegiatan sektor swasta dalam hubungannya
dengan kegiatan perusahaan-perusahaan multinasional.
5.
Membahas hubungan antar klas yang ada di dalam negeri.
6.
Mempersoalkan bagaimana kekayaan nasional ini dibagikan antar
klas-klas sosial, antar daerah, dan antar negara.
Teori Pasca Ketergantungan merupakan reaksi terhadap Teori Ketergantungan, tetapi belum memiliki nama
sendiri sebagai satu kelompok. Teori ini bisa disebut sebagai Teori tentang Pembangunan, yang dimana
muncul setelah adanya Teori Ketergantungan.
Teori Liberal
Teori liberal pada dasarnya tidak banyak dipengaruhi
oleh teori ketergantungan, teori liberal tetap berjalan seperti sebelumnya
yakni mengukuti asumsi-asumsi bahwa modal dan investasi adalah masalah utama
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Kritik terhadap teori liberal pada umumnya
berkisar pada ketajaman definisi dari teori ketergantungan. Definisi yang ada
dianggap terlalu kabur, sulit dijadikan sesuatu yang operasional. Tanpa
kejelasan dan ketajaman konsep-konsep dasarnya, teori ketergantungan lebih
merupakan sebuah retorika belaka. Agar konsep ketergantungan dapat di pakai
untuk menyusun teori, maka ada dua kriteria yang harus dipenuhinya, yaitu:
·
Gejala
ketergantungan ini harus hanya ada di negara-negara yang ekonominya mengalami ketergantungan dan tidak di negara yang tidak tergantung dengan negara
lain.
·
Gejala ini
mempengaruhi perkembangan dan pola pembangunan di negara-negara yang
tergantung.
Dari penelitiannya terhadap aspek ekonomi dan
sosiopolitik dari gejala ketergantungan, Lall melihat bahwa gejala ini juga
terdapat di negara-negara yang dianggap tidak tergantung. Misalnya tentang
dominasi modal asing. Dalam hal ini, Kanada dan Belgia akan lebih tergantung
daripada India atau Pakistan. Tetapi sulit sekali memasukkan Kanada dan Belgia
ke dalam kelompok negara-negara yang tergantung, karena tingkat kemakmurannya
yang tinggi. Baik dominasi maupun ketergantungan merupakan gejala yang umum
yang ada di negara-negara pusat maupun pinggiran.
Teori liberal pada dasarnya tidak banyak dipengaruhi
oleh teori ketergantungan. Teori liberal tetap berjalan seperti sebelumnya,
yakni mengikuti asumsi-asumsi bahwa modal dan investasi adalah masalah utama
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Teori yang dianut oleh para ahli ekonomi
ini lebih mengembangkan diri pada keterampilan teknisnya, yakni bagaimana
membuat table input-output yang baik, bagaimana mengukur keterkaitan diantara
berbagai sector ekonomi dan sebagainya. Tentu saja bukan tidak berguna. Tetapi,
yang kurang dipersoalkan adalah bagaimana faktor politik bisa dimasukkan ke
dalam model mereka.
5.
TEORI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Menurut
Brundtland Report dari PBB, pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan
(lahan, kota, bisnis, masyarakat, dan sebagainya) yang berprinsip “memenuhi
kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”.
Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan
adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan
pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Arti
Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan pada hakikatnya adalah perubahan
lingkungan, yaitu mengurangi resiko lingkungan atau dan memperbesar manfaat
lingkungan.
Pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan pada hakekatnya tidak bisa dilepaskan
dari pembangunan manusia itu sendiri. Manusia merupakan subjek sekaligus objek
pembangunan. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya peningkatan
kualitas secara bertahap dengan memperhatikan faktor lingkungan. Pembangunan
berwawasan lingkungan dikenal dengan pembangunan Berkelanjutan.
Hakikat
Pembangunan Berkelanjutan
a.
Dilakukan
secara merata dan adil
b.
Memelihara
keanekaragaman hayati yang ada
c.
Menggunakan
pendekatan integrative
d.
Bersifat
jangka panjang
e.
Memenuhi
kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan pemenuhan kebutuhan generasi
mendatang dan mengaitkan bahwa pembangunan ekonomi harus seimbang dengan
konservasi lingkungan.
f.
Pembangunan
yang dilaksanakan tidak terjadi atau mampu meminimalkan kerusakan dan
pencemaran lingkungan,
g.
Pembangunan
yang dilaksanakan mendasar pada nilai – nilai kemanusiaan serta memperhatikan
moral atau nilai yang di anut dalam masyarakat. Pembangunan yang dilaksanakan
mampu memperluas lapangan dan kesempatan kerja
h.
Pembangunan
yang dilaksanakan harus memiliki sifat fundamental dan ideal serta berjangka
pendek dan panjang.
Ciri-ciri Pembangunan Berkelanjutan
1.
Pendapatan perkapita
2.
Struktur ekonomi
3.
Urbanisasi
4.
Angka Tabungan
5.
Indeks Kualitas Hidup
6.
Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
7.
Pertumbuhan ekonomi
Pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau menurunkan
kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pembangunan
berkelanjutan mencakup sinergi tiga aspek yaitu:
Aspek
ekonomi
Aspek
sosial ,dan
Aspek
budaya didalam pembangunan.
1.
Pendapatan perkapita
Pendapatan
per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun GDP. Indikator ini merupakan bagian
kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat termasuk pemerataan akses terhadap
sumber daya ekonomi.
2.
Struktur ekonomi
Telah
menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan mencerminkan
transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial.
Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan
permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan
investasi dan perluasan tenaga kerja.
3.
Urbanisasi
Urbanisasi
dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di wilayah
perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Di Negara-negara industri, sebagain
besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di Negara-negara yang
sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan
fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu indikator pembangunan.
4.
Angka Tabungan
Perkembangan
sektor manufaktur/industri selama tahap industrialisasi memerlukan investasi
dan modal. Dalam masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini
dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah.
5.
Indeks Kualitas Hidup
IKH
atau Physical Qualty of life Index digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat.
Indeks
ini dihitung berdasarkan kepada :
a.
Angka rata-rata harapan hidup,
b.
Angka kematian bayi,
c.
Angka melek huruf.
Dalam
indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian bayi akan dapat
menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan
keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan
yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang
memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Oleh karena itu, indeks
ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai
hasil dari pembangunan.
6.
Indeks Pembangunan Manusia
(Human
Development Index) Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah
pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan hendaknya
ditujukan kepada pengembangan SDM.
7.
Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi dianggap sebagai factor penting dalam kehidupan manusia, Indeks ini
dibuat dengagn mengkombinasikan tiga komponen, (1) rata-rata harapan hidup pada
saat lahir, (2) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU, (3)
pendapatan per kapita. Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan
kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan knowledge, attitude
dan skills, disamping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan
lingkungannya.
Pembangunan
di Indonesia
Perjalanan
kemerdekaan Indonesia selama ini selalu penuh dengan pembangunan yang
mengiringinya. Sampai saat inipun pembangunan pasti terus dilakukan sebagai
bentuk pengaruh perkembangan zaman yang ada. Pembangunan di Indonesia yang
diawali pada masa Orde Lama terus berlanjut walaupun dengan berbedanya masa
kekuasaan selanjutnya yaitu Orde Lama yang dilanjutkan dengan masa Reformasi.
Pada
masa Orde Lama pembangunan memang baru dimulai. Penataan akan sistem
pembangunan pun mulai sedikit demi sedikit diarahkan. Namun, keadaan politik
mulai terguncang dan stabilitas negara terganggu akibat masalah yang ada.
Pemerintahan pun beralih pada penguasaan Orde Baru. Sistem pemerintahan pun
mulai diarahkan dengan mencanangkan program pembangunan.
Pembangunan
yang awalnya memang berjalan baik dan dirasakan berdampak positif, akhirnya
menjadi ladang untuk melakukan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Penjalaran selanjutnya berakibat pada utang luar negeri yang dilakukan
kolega-kolega dalam praktek KKN dan juga pihak swasta yang tidak bertanggung
jawab. Akhirnya, utang tersebut beralih pada rakyat Indonesia. Keadaan ini
diperparah dengan peran media massa dan juga pengawasan ketat dalam hal politik
sehingga banyak batasan-batasan dalam pengetahuan tentang keadaan pemerintahan,
sampai akhirnya dimulailah gerakan reformasi menuntut perubahan yang lebih
baik.
Era reformasi pun sampai kini sedang berlangsung. Perubahan akan sistem
pembangunan dilakukan untuk memperbaiki ketimpangan dalam pemerintahan yang
lama. Program-program baru pun mulai bergulir dan memberikan pengaruh yang
berbeda dengan bentuk pemerintahan yang lebih demokratis.
Masalah
Pembangunan di Indonesia
1.
Masalah kependudukan
2.
Masalah kemiskinan
4.
Masalah Keamanan dan Ketertiban
3.
Masalah kualitas lingkungan hidup
1. Masalah kependudukan
Permasalahan
Penduduk (Kuantitas dan Kualitas) : Suatu pembangunan dapat berhasil jika
didukung oleh subjek pembangunan, yakni penduduk yang memiliki kualitas dan
kuantitas yang memadai.
a.
Permasalahan kuantitas penduduk di Indonesia :
Jumlah
penduduk di Indonesia berada pada urutan keempat terbesar setelah Cina, India,
dan Amerika Serikat. Permasalahan dalam kepadatan penduduk adalah persebarannya
yang tidak merata. Susunan penduduk memberikan konsekuensi terhadap hal-hal
berikut : Penyediaan fasilitas kesehatan, Penyediaan fasilitas pendidikan bagi
anak usia sekolah, Penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk kerja dan
penyediaan fasilitas sosial lainnya yang mendukung perkembangan penduduk usia muda.
b. Permasalahan Kualitas Penduduk di Indonesia
·
Tingkat
Kesehatan : Kondisi kesehatan di Indonesia masih belum ada kemajuan.
Dibandingkan dengan Negara yang lain Indonesia masih tertinggal jauh. Kondisi
demikian terjadi karena masih rendahnya pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan yang ada masih belum memenuhi kebutuhan seluruh penduduk.
·
Tingkat
pendidikan : Kemajuan pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari lama sekolah
dan tingkat elek huruf penduduk.
·
Lama
sekolah penduduk Indonesia masih tergolong rendah. Artinya, tingkat pendidikan
masyarakat Indonesia rata-rata masih berada pada taraf pendidikan dasar.
Tingkat melek huruf yaitu seseorang dikatakan melek huruf jika orang tersebut
dapat membaca atau tidak buta huruf. Kemajuan tingkat melek huruf di Indonesia
tergolong rendah.
·
Tingkat
Pendapatan per Kapita adalah rata-rata pendapatan penduduk suatu Negara dalam
satu tahun. Pendapatan perkapita secara umum menggambarkan kemakmuran suatu
Negara.
2. Masalah kemiskinan
Kemiskinan
merupakan salah satu contoh ketidakadilan yang dialami suatu kelompok
(masyarakat pra sejahtera). Ketidakadilan itu terlihat dari tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan mereka untuk bertahan hidup dalam kesehatan yang baik,
sulitnya mendapat akses ke pelayanan publik (sanitasi sehat, air bersih,
pengelolaan sampah ) rumah sehat, pelayanan pendidikan dan sebagainya.
Ketidakadilan juga terlihat dari tidak adanya akses kepemilikan hak atas tanah
yang mereka huni. Sebagai akibat itu semua, sulit bagi mereka untuk mendapat
akses ke pekerjaan yang baik dan stabil. Ketidakadilan itu menyebabkan
masyarakat miskin tetap miskin dan mengancam proses pembangunan yang
berkelanjutan.
3.
Masalah kualitas lingkungan hidup
Pembangunan
dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup manusia. Di lain
pihak, pembangunan yang makin meningkat akan memberikan dampak negatif, berupa
resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, yang mengakibatkan rusaknya
struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan. Kerusakan
ini pada akhirnya akan menjadi beban yang malah menurunkan mutu hidup manusia,
sehingga apa yang menjadi tujuan pembangunan akan sia-sia.
4. Masalah Keamanan dan Ketertiban
Permasalahan
ini diperberat dengan masalah ketertiban karena tidak disiplinnya masyarakat.
Hal ini tercermin dengan jelas antara lain dalam disiplin berlalu lintas. Saat
ini juga semakin sering terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah,
terutama di kota-kota besar. Hal ini dapat terjadi karena berbagai hal seperti
tidak adanya sosialisasi dari pemerintah, kurangnya pelibatan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan, kurangnya pemamhaman akan hak-hak dan tanggung
jawab masyarakta dalam pembangunan dan lain sebagainaya.
Strategi Pembangunan Berkelanjutan
1.
Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial
2.
Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman
3.
Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan Integratif
4.
Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panjang
Weber adalah seorang yang selalu
disebut sebagai pelopor kajian tentang pengaruh daya psikokultural dalam perkembangan ekonomi suatu bangasa. Dia
berusaha mengembalikan tesisi Marx yang mmengatakan bahwa superstruktur (ideology
dan agama) ditentukan infrastruktur (hubungan ekonomi dan cara produksi). Bagi
Weber, salah satu factor penting perkembangan ekonomi kapitalis justru terletak
pada aspek superstruktur, yaitu daya psikokultural.
Menurut Weber, akar dari pencapaian
ekonomi Eropa adalah seperangkat nilai dan sikap yang terkandung dalam etika
protestan (khususnya aliran calvinisme) yaitu kerja keras, hemat, jujur,
rasionalitas dan sederhana. Keseluruhan nilai dann sikap ini disebut
asceticism. Inilah yang disebut dengan daya psikokultural.
Nilai dan sikap lain yang terkandung
dalam etika protestan adalah “calling” artinya pemenuhan kewajiban yang
diletakan diatas bahu seseorang individu oleh kedudukannnya dalam dunia ini.
Aspek psikokultural yang lainnya lagi adalah “election” (yaitu kepercayan bahwa
Tuhan telah memberkahai sejumlah kecil orang). Berkah dari tTuhan ini terlihat
dari kemakmuran dan kekayaan yang telah dicapai oleh orang-orang terpilih
tersebut. Mereka yang tindakannya terdorong oleh ketiga daya psikokultural di
atas disebut golongan wirausaha (entrepreneur).
Jadi dapat disimpulkan bahwa daya
psikokultural yaitu :
a.
Salah satu factor penting dari
perkembanga ekonomi kapitalis terlretak pada aspek superstruktu (ideology dan
agama).
b.
Kerja keras, hemat, jujur, rasionalitas
dan sederhana (asceticism).
c.
Pemenuhan kewajiban yang diletakan
diatas bahu seseorang individu oleh kedudukannya dalam dunia (calling).
d.
Berkah dari Tuhan, terlihat dari
kemakmuran dan kekayaan yang dicapai oleh orang orang terpilih.
Arthur Lewis
Arthur Lewis adalah seorang ahli
ekonomi pertama yang memerhatikan secara
serius dimensi social dan cultural dari pembangunan ekonomi. Dia menghubungkan
factor-faktor psikokultural yang mendorong kemunculan para wirausaha dengan
masalah lingkungna social dan politik yang subur bagi pertumbuhan ekonomi. Bagi
Arthur Lewis, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh sikap terhadap kerja,
terhadap jumlah dan pemilikan anak, terhadap penemuan baru, terhadap orang
asing, terhadap pencarian pengalaman hidup dan lain lain. Semua sikap ini
membentuk satu kekuatan psikokultural yang dahsyat bagi perkembangan ekonomi.
Evertt Hagen
Daya psikokultural menurut Evertt
Hagen yang pertama adalah prilaku inovatif. Prilaku inovatif ini berasal dari
nilai dan sikap mental yang khas. Satu bangsa akan tetap tertinggal di belakang
jika terlalu sedikit anggotanya yang memiliki nilai dan sikap mental inovatif
ini. Mereka yang mamiliki nilai dan sikap mental inovatif ini disebut
innovational personality.
Kebalikan dari innovatinal personality
adalah authoritarian personality. Masyarakat pedesaan pertanian yang pada
umumnya beku dan mandek didominasi oleh authoritarian personality ini. Dalam
masyarakat ini orang merasa puas apabila mereka telah member kewenangan dan
tunduk kepada penguasa. Sebaliknya, para penguasa yang pada umunya tinggal di
kota merasa mencapai kepuasan dalam tindakan mereka dalam menguasai rakyat
jelata. Situasi social poltis di mana orang memperoleh kepuasan dan ketenangan
dengan cara menginjak kebawah dan menjilat ke atas ini adalah bertentangan
dengan innovatinal personality, yang pada gilirannya menghambat bagi jalan
menuju kekemajuan ekonomi.
Inovasi memerlukan kreatifitas.
Manusia yang kreatif adalah seseorang yang selalu siap dalam mengamati dunia
sekelilingnya dan percaya akan evaluasi yang dibuatnya terhadap pengalaman
hidupnya. Manusia seperti ini susuah untuk muncul dalam sebuah masyarakat yang
didominasi oleh authoritarian personality.
Gunnar Myrdal
Gunnar Myrdal adalah seorang ahli
ekonomi yang paling serius dalam mengkaji akar psikokultural dari perkembangan
ekonomi. Bagi Myrdal factor psikokultural tidak hanya melahirkan prilaku
enterpereneurial, tapi juga memasuki, membantuk, dan mendominasi dimensi
politik, ekonomi, social, dan lain-lain dari seluruh sisitem nasional. Factor
psikokultural tersebut seperi sikap toleran, rasionalitas dan masih banyak
lagi.
David McClelland
David McClelland mengatakan bahwa
satu jenis daya mentalitas seseorang yang disebut sebagai “n achievement”
adalah factor penting bagi kemajuan usaha orang tersebut. Daya psikokultural
ini adalah berbentuk semacam gagasan, motivasi, semangat, dorongan, untuk
melakukan pekerjaan tidak hanya dengan hasil yang baik, tapi dengan hasil yang
lebih baik, lebih baik, terus lebih baik. Jadi, kata kunci dalam daya
psikokultural ini adalah berbuat yang lebih baik dan bermanfaat untuk banyak
orang.
Alex Inkeles
Menurut Inkeles manusia modern
adalah manusia yang siap untuk meninggalkan pola pikir tradisional jika
diperlukan. Factor psikokultural menurut Inkeles yaitu terdapat pada manusia
modern. Di antaranya :
-
Memiliki pola pikir terbuka pada
inovasi dan perubahan, dan siap untuk menerima pengalaman baru.
-
Mempunyai pandangan yang luas
terhadap sejumlah masalah dan isu yang terjadi, tidak hanya di lingkungan kecil
tapi juga di lingkungan yang lebih luas.
-
Mempunyai pandangan yang lebih
demokratis, bersedia dan menghargai
kepercayaan, sikap dan pendapat yang berlainan.
-
Lebih berorientasi ke masa kini dan
masa depan, menghargai tepat waktu, disiplin kerja dan hidup teratur.
-
Menjalankan kehidupan secara
berencana dan terorganisasi.
-
Percaya kepada keampuhan ilmu dan
teknologi.
-
Percaya bahwa kehidupan alam dunia
dapat di atur dan diperhitungkan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kemajuan ekonomi merupakan komponen
utama pembangunan, tetapi bukan satu-satunya komponen. Proses pembangunan harus
mampu membawa umat manusia melampaui pengutamaan materi dan aspek-aspek
keuangan dari kehidupan sehari-hari. Pembangunan harus difahami sebagai suatu
proses yang multidimensional, yang melibatkan segenap pengorganisasian dan
peninjauan kembali atas sistem-sistem ekonomi dan sosial secara keseluruhan.
Selain peningkatan pendapatan dan output, proses pembangunan itu juga berkenaan
dengan serangkaian perubahan yang bersifat mendasar atas struktur-struktur
kelembagaan, social, dan administrasi, sikap-sikap masyarakat dan bahkan
seringkali juga merambah adat-istiadat, kebiasaan, dan system kepercayaan yang
hidup dalam masyarakat yang bersangkutan.
Lima teori utama yang menyoroti soal
pembangunan, yang acapkali saling bersaing satu sama lain mengenai sejarah
terakhirdan evolusi intelektual didalam pemikiran akedemik mengenai bagaimana
dan mengapa pembangunan itu dapat berlangsung, atau tidak dapat berlangsung.
Masing-masing pendekatan memiliki
keungulan dan kelemahannya sendiri, namun kenyataan akan masih adanya
kontroversi, baik itu secara idealogis. Teoritis, maupun empiris. Justru
menjadi bidang studi tersebut semakin menantang dan memikat. Ilmu ekonomi
pembangunan tidak memiliki doktrin-doktrin
atau paradigm baku yang telah diterima secara universal.
DAFTAR REFRENSI
Abraham, M. F. Perspective on Modernization: Toward a General Theory of Third World
Development. (1980). America: University Press of America.
Bryant, C. & White, L. G. Managing Development in The Third World.
(1982). Westview Press Inc.
Dharmawan, L. Alih Fungsi Lahan Pertanian di Jateng Mengkhawatirkan. (2013).
Diakses pada 2 November 2013, dari http://metrotvnews.com.
Libra, C. Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia. Diakses pada 4 November 2013,
dari http:// coretan.libra.blogspot.com.
Nugroho, A. Kondisi Kekinian Ekonomi Dunia. (2013). Diakses pada 1 November
2013, dari http://aryonugrohosusanto.blogspot.com.
Pratiwi, Y. D. Dari Konversi Lahan Pertanian Hingga Ketahanan Pangan, Kritik
Pembangunan Nasional. (2013). Diakses pada 2 November 2013, dari http://
lembagakeris.net.
Putri, E. Perubahan dan Pertumbuhan
Struktur Ekonomi. (2012). Diakses pada 1 November 2013, dari http://
eryputri.blogspot.com.
Ronald, Y. W. Lahan Pertanian Tersisa 1,7 Hektar. (2013). Diakses pada 3 November
2013, dari http:// beritakotamakassar.com.
The Broery Country. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi. (2011).
Diakses pada 3 November 2013, dari http:// broeryhantoro.blogspot.com.
http://www.scribd.com/doc/21844724/teori-pembangunan-pertumbuhan-linear-auto-saved
http://andriworldwide.blogspot.com/2011/05/makalah-pertumbuhan-ekonomi.html
No comments:
Post a Comment