BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan
kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha
atau tindakan (Murray dalam Bherm, 1996).
Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air,
keamanan dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan
kesehatan.
King (1987, dalam Potter, 2005) mengatakan bahwa pemenuhan
kebutuhan dasar manusia berfokus pada tiga sistem yakni, sistem personal,
interpersonal, dan sistem sosial.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan
psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki,
kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu
kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter
dan Patricia, 1997). Beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih mendasar
daripada kebutuhan lainnya. Oleh karena itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi
sebelum kebutuhan lainnya. Kebutuhan dasar manusia seperti makan ,air, keamanan
dan cinta merupakan hal yang penting bagi manusia. Dalam mengaplikasikan kebutuhan
dasar manusia tersebut dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan
dasar manusia dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia kesehatan.
Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi
pada rentang sehat-sakit.
Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama, walaupun
masing-masing memiliki latar belakang sosial, budaya, persepsi, dan pengetahuan
yang berbeda. Manusia akan memenuhi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tingkat
prioritas masing-masing. Kebutuhan dasar yang harus segera dipenuhi adalah
kebutuhan dasar dengan tingkat prioritas yang paling tinggi/utama. Walaupun
kebutuhan dasar umumnya harus dipenuhi, sebagian dari kebutuhan tersebut dapat
ditunda. Adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar, yang dipengaruhi oleh
stimulus internal maupun eksternal. Kebutuhan dasar saling berhubungan dan
saling mempengaruhi. Manusia dapat merasakan adanya kebutuhan dan akan
beruasaha memenuhinya dengan segera (Asmadi, 2008).
1.2.Permasalahan
Berdasarkan penjelasan pada latar
belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud Teori Kebutuhan oleh
Maslow
2. Apa yang dimaksud Teori Aktualisasi
Diri David Mc Clelland ?
1.3.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui Teori Kebutuhan oleh Maslow
2.
Untuk
mengetahui Teori Aktualisasi David Mc Clelland
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Teori Kebutuhan Maslow
· HIERARKI DARI KEBUTUHAN MANUSIA MENURUT MASLOW
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan
menerima dirinya. Salah satu hal menarik di awal karirnya adalah ketika melihat
beberapa kebutuhan lebih didahulukan dibanding yang lainnya. Sebagai contohnya,
ketika haus dan lapar, maka Anda akan terlebih dahulu mengatasi haus
dibandingkan lapar. Karena tanpa makanan kita dapat bertahan selama beberapa
minggu, tetapi tanpa minuman hanya beberapa hari saja. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kebutuhan akan minuman lebih kuat dibandingkan dengan makanan. Maslow
mengambil ide ini dan menciptakan apa yang saat ini dikenal dengan Hierarchy
of Needs.
Gambar 1. Maslow’s Hierarchy of Human
Needs
Maslow menggunakan piramida (gambar 1) sebagai peraga untuk
memvisualisasikan gagasannya mengenai teori hierarki kebutuhan. Menurut Maslow,
manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hierarki, mulai yang
paling rendah (bersifat dasar) sampai yang paling tinggi.
Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi lima tingkatan,
antara lain sebagai berikut:
1.
The Physiological Needs
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling
mendasar dan sangat penting untuk bertahan hidup. Diantaranya adalah kebutuhan
udara, air, makanan, tidur, dll. Maslow percaya bahwa kebutuhan fisiologis
sangat penting dan naluriah di dalam hierarki kebutuhan karena kebutuhan yang
lain menjadi sekunder sampai kebutuhan ini terpenuhi.
Kebutuhan ini dinamakan juga basic needs yang jika
tidak terpenuhi dalam keadaan yang sangat ekstrim maka manusia yang
bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh
kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya itu.
2.
The Safety and Security Needs
Ketika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka akan muncul
kebutuhan akan keamanan. Diantaranya; physical security (aman dari
kejahatan dan agresi), security of employment (keselamatan kerja), security
of revenues and resources (keamanan sumber daya), moral and
physiological security (keamanan fisiologis), familial security
(keamanan keluarga), security of health (keamanan kesehatan), dan security
of personal property against crime (keamanan kekayaan pribadi dari
kejahatan).
Karena adanya kebutuhan inilah maka dibuat aturan,
undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat sistem asuransi, pensiun, dan
sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs
ini terlalu lama dan banyak tidak terpenuhi maka pandangan seseorang tentang
dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke
arah negatif.
3.
The Love and Belonging Needs
Manusia biasanya membutuhkan rasa dimiliki dan diterima,
apakah datang dari kelompok sosial yang luas (kelompok, kantor, perkumpulan
keagamaan, organisasi profesional, tim olahraga, geng, dll.) atau
koneksi sosial yang kecil (anggota keluarga, pasangan, mentor, teman kuliah,
sahabat karib). Mereka membutuhkan untuk mencintai dan dicintai oleh yang
lainnya. Tidak terpenuhinya kebutuhan ini maka orang akan menjadi rentan merasa
sendirian, gelisah, dan depresi. Kekurangan rasa cinta dan dimiliki juga
berhubungan dengan penyakit fisik seperti penyakit hati.
4.
The Esteem Needs
Menurut Maslow, semua manusia membutuhkan penghargaan,
menghargai diri sendiri, dan juga menghargai orang lain. Orang perlu melibatkan
diri untuk mendapatkan pengakuan dan mempunyai kegiatan atau kontribusi kepada
orang lain dan juga nilai diri, baik di dalam pekerjaan ataupun hobi.
Terdapat dua tingkatan kebutuhan penghargaan/penghormatan.
Tingkatan yang lebih rendah terkait dengan unsur-unsur ketenaran, rasa hormat
dan kemuliaan. Tingkatan yang lebih tinggi mengikat pada konsep kepercayaan
diri, kompetensi, dan prestasi. Tingkatan yang lebih rendah umumnya dianggap
miskin. Hal ini tergantung orang lain atau seseorang membutuhkan diyakinkan
karena harga diri yang lebih rendah. Orang dengan harga diri yang rendah
membutuhkan penghargaan dari orang lain. Namun, keyakinan, kompetensi, dan
prestasi hanya membutuhkan satu orang dan orang lain tidaklah penting untuk
kesuksesan sendiri.
Semua empat tingkatan sebelumnya disebut deficit needs,
atau D-needs. Yaitu, jika Anda tidak memiliki cukup sesuatu
(defisit) maka akan merasa perlu. Tetapi jika Anda mendapatkan semua yang
dibutuhkan maka tidak akan merasakan apa-apa. Seperti halnya, “You don’t
miss your water till your well runs dry!”
5.
Self Actualization Needs
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah manusia untuk
memanfaatkan kemampuan mereka yang unik dan berusaha menjadi yang terbaik.
Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai berikut:
Self
Actualization is the intrinsic growth of what is already in the organism, or
more accurately, of what the organism is. (Psychological
Review, 1949)
Selain menggambarkan apa yang dimaksud dengan aktualisasi
diri dalam teorinya, Maslow juga mengidentifikasi beberapa karakteristik kunci
dari aktualisasi diri seseorang, antara lain:
Acceptance and Realism
Mempunyai
persepsi realistis dari diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungan di
sekitar mereka.
Problem-centering
Prihatin
dengan pemecahan masalah di luar diri mereka, termasuk membantu orang lain dan
mencari solusi terhadap permasalahan di lingkungan luar mereka. Orang-orang
seperti ini sering termotivasi oleh tangggung jawab pribadi dan etika.
Spontaneity
Spontan
dalam pikiran internal dan perilaku mereka keluar. Mereka dapat menyesuaikan
diri dengan aturan dan harapan sosial, cenderung terbuka dan tidak
konvensional.
Autonomy and Solitude
Karakteristik
lain dari aktualisasi diri seseorang adalah kebutuhan akan kebebasan dan
privasi.
Continued Freshness of Appreciation
Melihat
dunia dengan penghargaan, kekaguman yang berlangsung terus menerus. Bahkan,
pengalaman sederhana terus menjadi sumber inspirasi dan kesenangan.
Peak Experiences
Individu
yang mencapai aktualisasi diri sering memiliki apa yang dimaksud pengalaman
puncak Maslow, atau saat suka cita. Setelah semua pengalaman ini orang merasa
terinspirasi, diperkuat, diperbaharui atau ditransformasikan.
Untuk tingkatan yang terakhir (kelima) ini sedikit berbeda.
Maslow telah menggunakan berbagai istilah untuk merujuk ke tingkat ini. Dia
menyebutnya growth motivation (berbeda dengan motivasi defisit), being
needs (atau B-needs, berbeda dengan D-needs), dan self-actualization
itu sendiri.
Maslow percaya bahwa satu-satunya
alasan bahwa orang tidak akan bergerak dengan baik dari arah aktualisasi diri
adalah karena kendala di masyarakat. Maslow menyatakan bahwa pendidik harus
menanggapi potensi individu telah untuk tumbuh menjadi orang yang
mengaktualisasi dirinya sendiri. Sepuluh poin yang harusnya menjadi acuan bagi
pendidik adalah sebagai berikut:
Kita harus mengajar orang untuk menjadi otentik, untuk
menyadari diri batin mereka dan mendengar perasaan mereka.
Kita harus mengajar orang untuk mengatasi pengkondisian
budaya mereka dan menjadi warga negara dunia.
Kita harus membantu orang menemukan panggilan mereka dalam
hidup, nasib atau takdir. Hal ini terutama difokuskan pada menemukan karir dan
pasangan yang tepat.
Kita harus mengajarkan orang bahwa hidup ini berharga, bahwa
ada sukacita yang harus dialami dalam kehidupan, dan jika orang yang terbuka
untuk melihat yang baik dan gembira dalam semua jenis situasi, itu membuat
hidup layak.
Kita harus menerima orang seperti dia dan membantu orang
belajar sifat batin mereka. Dari pengetahuan bakat dan keterbatasan, kita
potensi apa yang membangun.
Kita harus melihat kebutuhan dasar orang dipenuhi.
Mengajarkan orang untuk menghargai keindahan dan hal-hal
baik lainnya di alam dan dalam hidup.
Mengajarkan kontrol yang baik, dan meninggalkan yang buruk.
Dibutuhkan kontrol untuk meningkatkan kualitas hidup di semua daerah.
Mengajarkan untuk mengatasi masalah sederhana dan bergulat
dengan masalah serius dalam kehidupan.
Mengajarkan untuk menjadi pemilih yang baik.
2.2.
Menggugat
Teori Kebutuhan Maslow
Karena perilaku manusia sangat sulit untuk kita rumuskan karena begitu banyak mengandung probabilitas. Meskipun kita telah mengumpulkan data, meneliti sampai detail dari berbagai macam sudut pandang ilmiah, membandingkan teori ini dan teori itu namun kesimpulan akhirnya adalah bahwa manusia itu sulit di tebak. Tidak heran maka muncul beberapa ungkapan seperti “dalamnya laut dapat di ukur, hati orang siapa yang tahu” dan ada juga “rambut sama hitam, hati orang siapa yang tahu” dan masih banyak lagi. Tinggal anda cari sendiri, dan bahkan mungkin dapat anda ciptakan sendiri. Dari latar belakang itulah maka kita mempertanyakan teori kebutuhan yang di perkenalkan oleh Abraham Maslow.
Teori maslow merupakan salah satu penjabaran untuk mempelajari tentang perilaku manusia untuk mencapai kebutuhannya. Gagasan kebutuhan manusia itu di jabarkan dalam piramida 5 tingkat. Yang pertama atau tingkat paling bawah adalah kebutuhan fisik (Physiological Needs) yang menjelaskan tentang kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisik. Yaitu bahwa manusia harus terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan sandang, pangan, papan. Kebutuhan ini di pandang sebagai kebutuhan pokok yang wajib terpenuhi karena apabila tidak terpenuhi maka akan terjadi keadaan yang sangat ekstrim yang menyebabkan manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri. Apabila kebutuhan dasar ini sudah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs).
Kebutuhan akan rasa aman mendefinisikan kebutuhan tentang rasa aman yang berhubungan dengan perlindungan jaminan keamanan, stabilitas system yang dapat menghindarkan manusia dari rasa cemas, khawatir dan sebagainya. Di tingkat selanjutnya terdapat kebutuhan di cintai dan di sayangi (Love and Belongingness Needs ), yang ke empat kebutuhan Harga Diri (Esteem Needs) dan puncaknya adalah kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization Needs).
Mari kita kupas lebih dalam dari satu perspekstif untuk kita kaitkan dengan kehidupan kita sekarang. Apakah kebutuhan aktualisasi diri menjadi kebutuhan puncak yang memastikan bahwa bila kebutuhuhan itu terpenuhi maka manusia akan mendapatkan bahagia?
Kita ambil salah satu contoh, misalnya artis. Secara kasat mata jika kita lihat maka seorang artis tenar dapat di kategorikan telah memenuhi segala persyaratan dalam teori kebutuhan Maslow. Pemenuhan kebutuhan fisik yang melimpah, rasa aman, di puja-puja seantero negeri, memiliki harga diri dan pastinya juga memiliki aktualisasi diri. Bila teori benar adanya, maka coba kita kaitkan dengan maraknya kasus bunuh diri yang banyak terjadi di korea, jepang ataupun di Negara-negara yang lain. Kasus Kurt Cobain, Jim Morrison, Janet Joplin, Brian jones sampai Elvis Prasley dan banyak kasus artis lain yang serupa membuka mata kita, bahwa terpenuhinya piramida teori maslow belum menjadi jaminan bahwa manusia dapat hidup bahagia. Kalau memang benar adanya teori tersebut, seharusnya manusia yang telah mencapai kebutuhan puncaknya tidak akan pernah mati bunuh diri secara konyol. Lalu, sesungguhnya kebutuhan apalagi yang hilang?
Selanjtunya coba kita sejenak untuk beralih memandang kepada wajah Indonesia dewasa ini untuk mencari pembandingnya Secara umum masih banyak rakyat yang tidak mendapatkan hak-hak dasar baik perumahan, sandang maupun papan. Data BPS menunjukkan kurang lebih 30 juta rakyat Indonesia di bawah garis kemiskinan dengan kemampuan pengeluaran sebulan hanya sebesar Rp 271.000,-.
Golongan hampir miskin malah mungkin lebih besar itu dan bahkan mendominasi data kependudukan. Gelandangan, anak terlantar, pengemis memenuhi jalan-jalan raya ibukota dan bahkan mungkin hidup kita tidak begitu jauh dari mereka karena sesungguhnya dalam banyak hal kita juga masih kekurangan hak dasar. Namun kita tengok saja dengan perilaku bangsa besar ini. Negara ini menjadi negara pengimpor terbesar, segala produk yang di jejalkan ke Indonesia di jamin pasti laku. Kerjaannya tiap hari hanya melihat goyang dangdut, acara-acara yang nuansanya adalah tertawa terbahak-bahak. Bangsa yang sangat peramah, karena selalu menebarkan senyum kepada semua orang. Meskipun secara lahiriah dari segi ekonomi dan pemenuhan hak dasar rakyat Indonesia tertinggal jauh dari negara-negara maju yang lain, namun kadar gembiranya orang Indonesia tidak pernah tertandingi di manapun. Acara-acara lawak, dangdut koplo, musik-musik pop kacangan, menjadi bagian pokok dari segala hidup manusia Indonesia. Karena hanya acara itulah yang mungkin menawarkan kegembiraan. Sehingga kualitas gembira rakyat indonesia jauh lebih tinggi daripada negara-negara yang lain. Artinya meskipun dalam beberapa hal rakyat Indonesia belum mendapatkan kebutuhan seperti dalam teori Maslow tersebut, nyatanya penduduk Indonesia banyak bergembira ria dengan tidak memusingkan kehidupan mereka. Dengan artian, sanggup tahan melihat ketimpangan, kecurangan yang terjadi atas penyelenggaraan negara ini yang semakin mempersulit hidup mereka. Bangsa Indonesia ini hanya geger ketika harga BBM naik.
Sedangkan Amerika dan Eropa panik serta kalang kabut menghadapi ancaman krisis ekonomi, krisis energi. Banyak perusahaan yang colaps dan mau tidak mau mem-PHK-kan secara massal karyawannya. Sehingga yang terjadi adalah tingkat bunuh diri masyarakatnya naik secara signifikan, karena mereka tidak mampu melihat masa depan apabila mereka telah di pecat dari perusahaannya.
Kebutuhan Spiritual
Namun ternyata ada kebutuhan yang di luar frame tersebut. Kita ambil salah satu contoh yaitu perang memperebutkan tanah suci Yerussalem antara Israel dan Palestina. Banyak konflik yang terjadi di dalamnya yang melibatkan suku, ras, sejarah nenek moyang sampai keyakinan agama. Kalau benar teori maslow, harusnya kita tidak usah pusing-pusing dong dengan urusan seperti itu. Mau perang, mau rebutan minyak, mau menghancurkan tempat ibadah, mau menghina nabi, menjelek-jelekkan keyakinan agama lain tentu tidak menjadi kebutuhan bagi penganut teori Maslow. Namun ternyata, ada sisi internal manusia akan kepercayaan terhadap sesuatu yang ghaib. Sesuatu yang mereka imani yang bernama agama atau kesadaran spiritual. Agama telah di pandang menjadi kebutuhan pokok bagi manusia, sehingga harus di pertahankan dengan segala daya upaya. Di Barat, agama yang pada pertengahan abad 19 di yakini hanya akan menjadi bagian marginal dari kebutuhan manusia mendadak runtuh seiring mengelupasnya ideology kapitalisme dan liberalisme yang semakin tidak mampu menjawab kebutuhan elementer karena menciptakan kesenjangan dan ketimpangan yang luar biasa ekstrim antar manusia. Uni soviet hancur karena masyarakatnya menuntut hak-haknya untuk menjalankan agama. Walhasil tidak aneh apabila beberapa decade terakhir ini, semakin banyak tumbuhnya kebutuhan spiritual di Negara-negara Eropa dan Amerika. Sehingga tidak mengherankan pula jika kitab suci menjadi buku yang paling laris di beli.
Kalau hanya mengacu kepada Teori Maslow, tidak pernah ada tercantum kebutuhan spiritual atau agama disana. Padahal yang mereka diskusikan dan perdebatkan dari teori maslow itu adalah sebagian petak kecil dari yang namanya agama.
Fenomena yang terjadi saat ini, sedikit banyak harus mempertanyakan relativitas teori kebutuhan Maslow. Apabila sebuah teori tidak mampu menjawab realitas ilmiah yang terjadi, sesungguhnya ia telah gagal menjadi teori. Namun bila sekadar teori itu saja mampu di percayai oleh sebagian besar akademisi dunia, kenapa pula mereka tidak mampu menerima agama sebagai landasan dasar ilmu pengetahuan dan sebagai penjawab esensi kebutuhan dari manusia.
2.3.
Teori Aktualisasi Diri David Mc Clelland

Teori
Aktualisasi diri dikemukakan oleh David McCleland. McCleland adalah seorang
ahli psikologi sosial yang memusatkan perhatian pada kepribadian sebagai
pendorong utama perubahan.
Menurutnya, karena semangat kewiraswastaanlah yang mendorong
perkembangan ekonomi, maka tugas teoritis adalah menerangkan sebab-sebab
kemunculan semangat itu.
Semangat itu dicontohkan dalam diri
pengusaha yang berlawanan dengan bayangan umum, tidak hanya didorong oleh motif
untuk mencari keuntungan, tetapi lebih didorong oleh hasrat kuat untuk
berprestasi, untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih baik. Keuntungan hanyalah
salah satu diantara beberapa ukuran tentang seberapa bail pekerjaan telah
dikerjakan namun keuntungan tidak harus menjadi tujuan itu sendiri.
Tesis dasar McCleland adalah bahwa
“masyarakat yang tinggi tingkat kebutuhan untuk berprestasinya, umumnya akan
menghasilkan wiraswastaan yang lebih bersemangat dan selanjutnya menghasilkan
perkembangan ekonomi yang lebih cepat. Kebutuhan untuk berprestasi yang
dilambangkan dengan n-Ach atau need for Achievment adalah salah satu dasar
kebutuhan manusia, dan sama dengan motif-motif lainnya, kebutuhan untuk
berprestasi ini adalah hasil dari pengalaman sosial sejak kanak-kanak. Jadi,
berbagai faktor sosial yang mempengaruhi cara-cara memelihara anak, selanjutnya
akan membantu atau merintangi perkembangan pertumbuhan untu berprestasi.
Kebutuhan untuk berprestasi ini juga
adalah fungsi dari bermacam-macam bahan bacaan yang disodorkan kepada anak.
Bila kebutuhan berprestasi ini sangat berkembang, maka individu akan menunjukan
perilaku yang tepat, mewujudkan semangat kewiraswastaan, dan karena itu akan
bertindak sedemikian rupa untuk memajukan perkembangan ekonomi.
McCleland menemukan sebuah teknik
proyektif untuk mengukur motif orang untuk berprestasi. Pada dasarnya, teknik
ini mencoba memastikan sejauh mana pikiran asli orang dapat berubah menjadi
ide-ide yang berorientasi kepada prestasi. Sebagai contoh, jika sorang individu
menulis sebuah cerita berdasarkan atas sebuah gambar yang telah ia tunjukkan,
maka kita akan dapat menghitung jumlah ide dalam cerita itu yang berhubungan
dengan prestasi. Perhitungan sederhana ini kemudian dapat digunakan sebagai
skor dari kebutuhan untuk berprestasi, yang mencerminkan dorongan individu itu
untuk berprestasi, atau kekuatan motivasinya untuk berprestasi. Teknik
proyektif yang dilukiskan diatas adalah bagian dari perkembangan awal situasi
mengenai kebutuhan untuk berprestasi. Dalam upaya menjelajahi lebih baik dalam
hubungan antara kebutuhan untuk berprestasi dan perkembangan ekonomi, McCleland
melakukan tiga jenis riset. Pertama, mencoba menemukan tindakan kelompok untuk
menemukan ukuran berprestasi dari kelompok. Kedua, mencoba menemukan ukuran
individual dari motif, kepentingan, nilai-nilai, dan pelaksanaannya baik oleh
para ibu amupun oleh anak mereka di berbagai negara. Ketiga meneliti perilaku,
termasuk motif kegiatan para pengusaha.
Dalam risetnya Mc. Clelland menjelaskan
bahwa Tipe riset Pertama Ukuran kelompok didasarkan atas ide bahwa fantasi
dapat dilihat didalam kepustakaan ataupun didalam cerita-cerita yang ditulis
orang kebanyakan. Cerita-cerita rakyat, buku-buku cerita yang digunakan untuk
anak-anak sekolah dasar, dan bacaan imajinatif tentang masa lalu digunakan
untuk memberikan skor kebuuhan berprestasi kelompok. Analisis kandungan bahan
kepustakaan menghasilkan sejauh mana kepustakaan itu mnecerminkan tingkat
motivasi untuk berprestasi, selanjutnya, kepustakaan itu dapat dianggap
mempengaruhi anggota masyarakat dan menunjukkan cara berpikir yang “wajar”
dalam masyarakat bersangkutan.
Tipe riset kedua yang dilakukan McCleland
dipusatkan pada sumber-sumber kebutuhan untuk berprestasi dan pada pengaruhnya
di kalangan remaja. Mengapa sebagian remaja mempunyai tingkat kebutuhan
berprestasi yang lebih tinggi sedangkan sebagian yang lain sangat rendah?
Bagaimana hubungan antara tingkat kebutuhan untuk berprestasi itu dengan minat
kejuruan dan pelaksanaannya? Jawabannya dicari dalam kaitannya dengan studi
antar bangsa. Di Jepang, jerman, Brazilia dan India, sampel anak-anaknya dites
dan ibu mereka diwawancarai (kecuali di India). Para ibu ini diminta pandangan
mereka mengenai latihan kejuruan dan latihan bebas. Anak-anak dites dengan dua
teknik proyektif : menulis cerita dan menggambar secara spontan. Anak-anak juga
ditanyai sehubungan dengan nilai-nilai mereka. Tipe riset ketiga, menyangkut
pengetesan kehidupan para pengusaha untuk memastikan apakah tingkat kebutuhan
untuk berprestasi mereka lebih tinggi dan aktivitas kewiraswastaan mereka lebih
luas dibandingkan denga orang-orang seumur mereka. Riset ini juga dilakukan
antara bangsa, menyangkut para pengusaha dan profesi lain di AS, Turki, Italia,
dan Polandia. Jelaslah McCleland mencoba mengenali faktor yang tak terbatas
hanya pada satu kebudayaan saja.
Dalam kenyataannya, mereka menunjukkan,
meskipun terdapat perbedaan kebudayaan diantara bangsa-bansgsa itu,juga
terdapat kesamaan mendasar dari rakyat disemua masyarakat itu yang bekerja
keras menurut ukuran tertentu takkala tingkat motivasi untuk berprestasi mereka
tinggi. Soalnya, apakah data yang mendukung perbedaan motif untuk berprestasi
itu benar-benar bersumber dari perbedaan kebudayaan? Setelah membandingkan laju
pertumbuhan ekonomi berbagai bangsa (berdasarkan peningkatan produksi tenaga
listrik) dengan tingkat kebutuhan untuk berprestasi, dan kemudian membuat
perbandingan historis antara laju pertuumbuhan ekonomi dan kebutuhan untuk
berprestasi yang dikaitkan dengan cerita-cerita dalam kepustakaan bacaan
anak-anak,
McCleland menyimpulkan bahwa hubungan
antara kebutuhan untuk berprestasi dan pertumbuhan ekonomi itu sangat nyata.
Berlimpahnya cerita-cerita yang berorientasi pada prestasi dalam kepustakaan
imajinatif zaman modern, berhubungan erat dengan laju pertumbuhan ekonomi yang
semakin cepat. Kesimpulan ini berlaku baik bagi negara Barat maupun negara
komunis, baik bagi negara maju maupun negara sedang berkembang di kedua
kelompok negara tersebut. Nampaknya tingkat perkembangan, struktur politik
maupun faktor lain sejauh yang telah diketahui, tak satupun yang menghalangi
hubungan ini. Orang yang tinggi tingkat motivasi untuk berprestasi, bersikap
begini: “apa yang mereka inginkan, mereka usahakan untuk mendapatkannya,
meskipun faktor lain dapat mengubah kecepatan mereka dalam mencapainnya.
Teori Kebutuhan Mc. Clelland
menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving
Society” sebagai berikut :
a. Motivasi
Untuk Berprestasi Prestasi atau Achievment adalah suatu istilah yang
diperkenalkan oleh David McClelland kedalam bidang psikologi, menunjukkan
keinginan individu untuk secara secara signifikan berprestasi, menguasai skil,
pengendalian atau standard tinggi. n.Ach berhubungan dengan kesulitan orang
untuk memilih tugas yang dijalankan. Mereka yang memiliki n. Ach rendah mungkin
akan memilih tugas yang mudah, untuk meminimalisasi risiko kegagalan, atau
tugas dengan kesulitan tinggi, sehingga bila gagal tidak akan memalukan. Mereka
yang memiliki n. Ach tinggi cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan
moderat, mereka akan merasa tertantang tetapi masih dapat dicapai. Mereka yang
memiliki n.Ach tinggi memiliki karakteristik dengan kecenderungan untuk mencari
tantangan dan tingkat kemandirian tinggi. Orang-orang yang memiliki kebutuhan
untuk berprestasi (need for achievement/n-Ach) yang tinggi mencoba melampaui
dan dengan demikian cenderung menghindari situasi yang berisiko rendah dan
tinggi. Orang-orang yang berprestasi tinggi (achievers) menghindari situasi
dengan risiko rendah karena dengan mudah mencapai kesuksesan yang bukan
pencapaian yang sungguh-sungguh. Dalam proyek dengan risiko tinggi, achievers
melihat hasilnya sebagai suatu kesempatan yang melampaui kemampuan seseorang.
Individu dengan n. Ach tinggi cenderung bekerja pada situasi degan tingkat
kesuksesan yang moderat, idealnya peluang 50%. Achievers membutuhkan umpan
balik yang berkesinambungan untuk memonitor kemajuan dari pencapaiannya. Mereka
lebih suka bekerja sendiri atau dengan orang lain dengan tipe achievers tinggi.
Banyak pengusaha mungkin gagal didalam kelompoknya tetapi tidak pada
pekerjaannya. Mereka sangat puas dengan penghargaan yang didasarkan pada pencapaian
prestasinya. Sumber n.Ach meliputi :
a. Orang
tua yang mendorong kemandirian dimasa kanak-kanan
b. Menghargai
dan memberi hadia atas kesuksesan
c. Asosiasi
prestasi dengan perasaan positif
d. Asosiasi
prestasi dengan orang-orang yang memiliki kompetensi dan usaha sendiri bukan
karena keberuntungan.
e. Suatu keinginan untuk menjadi efektif atau
tertantang
f. Kekuatan pribadi
b. Motivasi
Untuk Berkuasa Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang
lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak
akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow
terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.
McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan
kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan. n-pow adalah motivasi
terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap
lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk
menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.
Mereka
yang memiliki kebutuhan kekuasaan (need for power/n-Pow) dapat menjadi orang
yang memiliki dua tipe, personal dan institusional. Mereka yang butuh keuasaan
personal menginginkan orang lain secara langsung, dan kebutuhan ini sering
diterima sebagai hal yang tidak diingini. Seseorang yang membutuhkan kekuasan
lembaga mau mengorganisir usaha orang lain untuk tujuan lebih lanjut dari
organisasi. Manejer dengan kebutuhan kekuasaan lembaga yang tinggi cenderung
lebih efektif dibandingkan dengan mereka yang membutuhkan kekuasaan personel
tinggi.
c. Motivasi
untuk berafiliasi/bersahabat (n-affil) Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat
untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan
keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap
persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang
tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang
tinggi.
Mereka yang memiliki kebutuhan
affiliasi (need for affiliation/n-Aff) tinggi membutuhkan hubungan kemanusiaan
dengan orang lain dan membutuhkan rasa diterima dari orang lain. Mereka cenderung
memperkuat norma-norma dalam kelompok kerja mereka. Orang dengan n.Aff tinggi
cenderung bekerja pada tempat yang memungkinkan interaksi personal. Mereka
bekerja dengan baik pada layanan customer dan situasi interaksi dengan
pelanggan.
McClelland mengatakan bahwa kebanyakan
orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi
perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.
Pengukuran Teknik McClelland untuk
mengukur n.Ach, n.Aff dan n.Pow dapat dilihat sebagai suatu terobosan radikal
terhadap dominasi psikometri tradisional. Bagaimanapun terobos-an ini dikenal
bahwa pemikiran McClelland dengan kuat dipengaruhi oleh pekerjaan Henry Murray,
yang dikenal dengan istilah Model Murray proses motivasi dan kebutuhan manusia dan
pekerjaannya selama perang dunia ke II. Murry yang pertama mengenali pengaruh
n.Ach, n.Pow dan n.Aff dan menempatkannya didalam konteks yang terintegrasi
dengan model motivasi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
· Teori maslow merupakan salah satu penjabaran untuk mempelajari tentang perilaku manusia untuk mencapai kebutuhannya. Gagasan kebutuhan manusia itu di jabarkan dalam piramida 5 tingkat. Yang pertama atau tingkat paling bawah adalah kebutuhan fisik (Physiological Needs) yang menjelaskan tentang kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisik. Yaitu bahwa manusia harus terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan sandang, pangan, papan. Kebutuhan ini di pandang sebagai kebutuhan pokok yang wajib terpenuhi karena apabila tidak terpenuhi maka akan terjadi keadaan yang sangat ekstrim yang menyebabkan manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri. Apabila kebutuhan dasar ini sudah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs).
· Kalau hanya mengacu kepada Teori Maslow, tidak pernah ada tercantum kebutuhan spiritual atau agama disana. Padahal yang mereka diskusikan dan perdebatkan dari teori maslow itu adalah sebagian petak kecil dari yang namanya agama. Inilah yang menjadi penyebab adanya gugatan terhadap teori Maslow.
·
Dengan Teori Tiga Kebutuhan Mc Clelland diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa :
- Kebutuhan untuk berprestasi tinggi – Orang yang tergolong pada high achiever harus diberikan pekerjaan yang menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai. Bagi mereka uang bukanlah suatu motivator yang penting, yang lebih efektif adalah umpan balik atas apa yang telah mereka lakukan.
- Kebutuhan untuk berafiliasi tinggi – Karyawan dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi membutuhkan lingkungan kerja yang dipenuhi dengan nuansa kerjasama yang prima.
- Kebutuhan akan kekuasaan – Manajemen harus menyediakan peluang untuk mengatur orang lain bagi mereka yag mencari kekuasaan.
·
Kesimpulan yang saya dapat adalah dari dua teori
tersebut baik walaupun ada beberapa kelemahan. Bahwa tidak cukup memenuhi
kebutuhan makan, minum, dan pakaian saja, tetapi orang juga mengharapkan
pemuasan kebutuhan mental atau rohani, dan psikologis juga. Semakin tinggi
individu naik ke dalam organisasi, makin besar motif kekuasaan sang pemegang
jabatan, akibatnya akan muncul motif kekuasaan tertinggi. Kebutuhan yang tak
terpuaskan akan memotivasi dan kebutuhan yang tak terpuaskan akan mengaktifkan
dorongan ke kebutuhan yang baru. Kita harus mempertimbangkan kualitas upaya
maupun intensitasnya, upaya yang diarahkan ke sasaran dan konsisten dengan
sasaran organisasi adalha yang harus kita usahakan. Motivasi memiliki dimensi
berlangsung lama, ini adalah ukuran tentang berapa lama seseorang dapat mempertahankan
usahanya
3.2.
Saran
Penulis memberikan
saran agar kita tidak terlalu terpengaruh akan berbagai macam teori kebutuhan
yang ada. Karena pada dasarnya kebutuhan dasar ataupun kebutuhan lainnya dalam
hidup kita tergantung pada pola hidup kita masing-masing. Selain itu, dengan
adanya keanekaragaman budaya dari setiap bangsa dan Negara di dunia ini,
pastinya akan membuat pula corak yang berbeda akan kebutuhan dari masing-masing
orang.
DAFTAR PUSTAKA
- Abraham Maslow. di Wikipedia bahasa Indonesia. diakses 30 April 2012. dari http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow
- Abraham Maslow Hirarki Kebutuhan Model Motivasi. (2009). diakses 30 April 2012. dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/abraham-maslow-hirarki-kebutuhan-model-motivasi/
- Boeree, C. G. (2006). Abraham Maslow. diakses 30 April 2012. dari http://webspace.ship.edu/cgboer/maslow.html
- Hierarchy of Needs. (2010). diakses 30 April 2012. dari http://psychology.about.com/od/theoriesofpersonality/a/hierarchyneeds.htm
- Maslow’s Hierarchy of Needs Theory. di psychology Wikia. diakses 30 Aprril 2012.Dari:http://psychology.wikia.com/wiki/Maslow%27s_hierarchy_of_need
- Teori Hierarki Kebutuhan Maslow. (2010). diakses 30 April 2012. dari http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-kebutuhan-maslow/
- http://gilank18.wordpress.com/
No comments:
Post a Comment