Tuesday, January 26, 2016

KOMUNIKASI POLITIK



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan (Murray dalam Bherm, 1996).
Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan.
King (1987, dalam Potter, 2005) mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar manusia berfokus pada tiga sistem yakni, sistem personal, interpersonal, dan sistem sosial.  
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki, kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997). Beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih mendasar daripada kebutuhan lainnya. Oleh karena itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya. Kebutuhan dasar manusia seperti makan ,air, keamanan dan cinta merupakan hal yang penting bagi manusia. Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia tersebut dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia kesehatan. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.
Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama, walaupun masing-masing memiliki latar belakang sosial, budaya, persepsi, dan pengetahuan yang berbeda. Manusia akan memenuhi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tingkat prioritas masing-masing. Kebutuhan dasar yang harus segera dipenuhi adalah kebutuhan dasar dengan tingkat prioritas yang paling tinggi/utama. Walaupun kebutuhan dasar umumnya harus dipenuhi, sebagian dari kebutuhan tersebut dapat ditunda. Adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar, yang dipengaruhi oleh stimulus internal maupun eksternal. Kebutuhan dasar saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Manusia dapat merasakan adanya kebutuhan dan akan beruasaha memenuhinya dengan segera (Asmadi, 2008).


1.2.Permasalahan
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.    Apa yang dimaksud Teori Kebutuhan oleh Maslow
2.    Apa yang dimaksud Teori Aktualisasi Diri David Mc Clelland ?
1.3.                  Tujuan
1.      Untuk mengetahui Teori Kebutuhan oleh Maslow
2.      Untuk mengetahui Teori Aktualisasi David Mc Clelland

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1.        Teori Kebutuhan Maslow

·        HIERARKI DARI KEBUTUHAN MANUSIA MENURUT MASLOW

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya. Salah satu hal menarik di awal karirnya adalah ketika melihat beberapa kebutuhan lebih didahulukan dibanding yang lainnya. Sebagai contohnya, ketika haus dan lapar, maka Anda akan terlebih dahulu mengatasi haus dibandingkan lapar. Karena tanpa makanan kita dapat bertahan selama beberapa minggu, tetapi tanpa minuman hanya beberapa hari saja. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan minuman lebih kuat dibandingkan dengan makanan. Maslow mengambil ide ini dan menciptakan apa yang saat ini dikenal dengan Hierarchy of Needs.

Gambar 1. Maslow’s Hierarchy of Human Needs

Maslow menggunakan piramida (gambar 1) sebagai peraga untuk memvisualisasikan gagasannya mengenai teori hierarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hierarki, mulai yang paling rendah (bersifat dasar) sampai yang paling tinggi.

Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi lima tingkatan, antara lain sebagai berikut:

1.      The Physiological Needs
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling mendasar dan sangat penting untuk bertahan hidup. Diantaranya adalah kebutuhan udara, air, makanan, tidur, dll. Maslow percaya bahwa kebutuhan fisiologis sangat penting dan naluriah di dalam hierarki kebutuhan karena kebutuhan yang lain menjadi sekunder sampai kebutuhan ini terpenuhi.
Kebutuhan ini dinamakan juga basic needs yang jika tidak terpenuhi dalam keadaan yang sangat ekstrim maka manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu.

2.      The Safety and Security Needs
Ketika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan akan keamanan. Diantaranya; physical security (aman dari kejahatan dan agresi), security of employment (keselamatan kerja), security of revenues and resources (keamanan sumber daya), moral and physiological security (keamanan fisiologis), familial security (keamanan keluarga), security of health (keamanan kesehatan), dan security of personal property against crime (keamanan kekayaan pribadi dari kejahatan).
Karena adanya kebutuhan inilah maka dibuat aturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat sistem asuransi, pensiun, dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan banyak tidak terpenuhi maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah negatif.

3.      The Love and Belonging Needs
Manusia biasanya membutuhkan rasa dimiliki dan diterima, apakah datang dari kelompok sosial yang luas (kelompok, kantor, perkumpulan keagamaan, organisasi profesional, tim olahraga, geng, dll.) atau koneksi sosial yang kecil (anggota keluarga, pasangan, mentor, teman kuliah, sahabat karib). Mereka membutuhkan untuk mencintai dan dicintai oleh yang lainnya. Tidak terpenuhinya kebutuhan ini maka orang akan menjadi rentan merasa sendirian, gelisah, dan depresi. Kekurangan rasa cinta dan dimiliki juga berhubungan dengan penyakit fisik seperti penyakit hati.

4.      The Esteem Needs
Menurut Maslow, semua manusia membutuhkan penghargaan, menghargai diri sendiri, dan juga menghargai orang lain. Orang perlu melibatkan diri untuk mendapatkan pengakuan dan mempunyai kegiatan atau kontribusi kepada orang lain dan juga nilai diri, baik di dalam pekerjaan ataupun hobi.
Terdapat dua tingkatan kebutuhan penghargaan/penghormatan. Tingkatan yang lebih rendah terkait dengan unsur-unsur ketenaran, rasa hormat dan kemuliaan. Tingkatan yang lebih tinggi mengikat pada konsep kepercayaan diri, kompetensi, dan prestasi. Tingkatan yang lebih rendah umumnya dianggap miskin. Hal ini tergantung orang lain atau seseorang membutuhkan diyakinkan karena harga diri yang lebih rendah. Orang dengan harga diri yang rendah membutuhkan penghargaan dari orang lain. Namun, keyakinan, kompetensi, dan prestasi hanya membutuhkan satu orang dan orang lain tidaklah penting untuk kesuksesan sendiri.
Semua empat tingkatan sebelumnya disebut deficit needs, atau D-needs. Yaitu, jika Anda tidak memiliki cukup sesuatu (defisit) maka akan merasa perlu. Tetapi jika Anda mendapatkan semua yang dibutuhkan maka tidak akan merasakan apa-apa. Seperti halnya, “You don’t miss your water till your well runs dry!”
5.      Self Actualization Needs
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah manusia untuk memanfaatkan kemampuan mereka yang unik dan berusaha menjadi yang terbaik. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai berikut:
Self Actualization is the intrinsic growth of what is already in the organism, or more accurately, of what the organism is. (Psychological Review, 1949)
Selain menggambarkan apa yang dimaksud dengan aktualisasi diri dalam teorinya, Maslow juga mengidentifikasi beberapa karakteristik kunci dari aktualisasi diri seseorang, antara lain:
  Acceptance and Realism
Mempunyai persepsi realistis dari diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungan di sekitar mereka.
  Problem-centering
Prihatin dengan pemecahan masalah di luar diri mereka, termasuk membantu orang lain dan mencari solusi terhadap permasalahan di lingkungan luar mereka. Orang-orang seperti ini sering termotivasi oleh tangggung jawab pribadi dan etika.
  Spontaneity
Spontan dalam pikiran internal dan perilaku mereka keluar. Mereka dapat menyesuaikan diri dengan aturan dan harapan sosial, cenderung terbuka dan tidak konvensional.
  Autonomy and Solitude
Karakteristik lain dari aktualisasi diri seseorang adalah kebutuhan akan kebebasan dan privasi.
  Continued Freshness of Appreciation
Melihat dunia dengan penghargaan, kekaguman yang berlangsung terus menerus. Bahkan, pengalaman sederhana terus menjadi sumber inspirasi dan kesenangan.
  Peak Experiences
Individu yang mencapai aktualisasi diri sering memiliki apa yang dimaksud pengalaman puncak Maslow, atau saat suka cita. Setelah semua pengalaman ini orang merasa terinspirasi, diperkuat, diperbaharui atau ditransformasikan.
Untuk tingkatan yang terakhir (kelima) ini sedikit berbeda. Maslow telah menggunakan berbagai istilah untuk merujuk ke tingkat ini. Dia menyebutnya growth motivation (berbeda dengan motivasi defisit), being needs (atau B-needs, berbeda dengan D-needs), dan self-actualization itu sendiri.
Maslow percaya bahwa satu-satunya alasan bahwa orang tidak akan bergerak dengan baik dari arah aktualisasi diri adalah karena kendala di masyarakat. Maslow menyatakan bahwa pendidik harus menanggapi potensi individu telah untuk tumbuh menjadi orang yang mengaktualisasi dirinya sendiri. Sepuluh poin yang harusnya menjadi acuan bagi pendidik adalah sebagai berikut:
  Kita harus mengajar orang untuk menjadi otentik, untuk menyadari diri batin mereka dan mendengar perasaan mereka.
  Kita harus mengajar orang untuk mengatasi pengkondisian budaya mereka dan menjadi warga negara dunia.
  Kita harus membantu orang menemukan panggilan mereka dalam hidup, nasib atau takdir. Hal ini terutama difokuskan pada menemukan karir dan pasangan yang tepat.
  Kita harus mengajarkan orang bahwa hidup ini berharga, bahwa ada sukacita yang harus dialami dalam kehidupan, dan jika orang yang terbuka untuk melihat yang baik dan gembira dalam semua jenis situasi, itu membuat hidup layak.
  Kita harus menerima orang seperti dia dan membantu orang belajar sifat batin mereka. Dari pengetahuan bakat dan keterbatasan, kita potensi apa yang membangun.
  Kita harus melihat kebutuhan dasar orang dipenuhi.
  Mengajarkan orang untuk menghargai keindahan dan hal-hal baik lainnya di alam dan dalam hidup.
  Mengajarkan kontrol yang baik, dan meninggalkan yang buruk. Dibutuhkan kontrol untuk meningkatkan kualitas hidup di semua daerah.
  Mengajarkan untuk mengatasi masalah sederhana dan bergulat dengan masalah serius dalam kehidupan.
  Mengajarkan untuk menjadi pemilih yang baik.

2.2.        Menggugat Teori Kebutuhan Maslow

Karena perilaku manusia sangat sulit untuk kita rumuskan karena begitu banyak mengandung probabilitas. Meskipun kita telah mengumpulkan data, meneliti sampai detail dari berbagai macam sudut pandang ilmiah, membandingkan teori ini dan teori itu namun kesimpulan akhirnya adalah bahwa manusia itu sulit di tebak. Tidak heran maka muncul beberapa ungkapan seperti “dalamnya laut dapat di ukur, hati orang siapa yang tahu” dan ada juga “rambut sama hitam, hati orang siapa yang tahu” dan masih banyak lagi. Tinggal anda cari sendiri, dan bahkan mungkin dapat anda ciptakan sendiri. Dari latar belakang itulah maka kita mempertanyakan teori kebutuhan yang di perkenalkan oleh Abraham Maslow.

Teori maslow merupakan salah satu penjabaran untuk mempelajari tentang perilaku manusia untuk mencapai kebutuhannya. Gagasan kebutuhan manusia itu di jabarkan dalam piramida 5 tingkat. Yang pertama atau tingkat paling bawah adalah kebutuhan fisik (Physiological Needs) yang menjelaskan tentang kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisik. Yaitu bahwa manusia harus terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan sandang, pangan, papan. Kebutuhan ini di pandang sebagai kebutuhan pokok yang wajib terpenuhi karena apabila tidak terpenuhi maka akan terjadi keadaan yang sangat ekstrim yang menyebabkan manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri. Apabila kebutuhan dasar ini sudah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs).

Kebutuhan akan rasa aman mendefinisikan kebutuhan tentang rasa aman yang berhubungan dengan perlindungan jaminan keamanan, stabilitas system yang dapat menghindarkan manusia dari rasa cemas, khawatir dan sebagainya. Di tingkat selanjutnya terdapat kebutuhan di cintai dan di sayangi (Love and Belongingness Needs ), yang ke empat kebutuhan Harga Diri (Esteem Needs) dan puncaknya adalah kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization Needs).

Mari kita kupas lebih dalam dari satu perspekstif untuk kita kaitkan dengan kehidupan kita sekarang. Apakah kebutuhan aktualisasi diri menjadi kebutuhan puncak yang memastikan bahwa bila kebutuhuhan itu terpenuhi maka manusia akan mendapatkan bahagia?

Kita ambil salah satu contoh, misalnya artis. Secara kasat mata jika kita lihat maka seorang artis tenar dapat di kategorikan telah memenuhi segala persyaratan dalam teori kebutuhan Maslow. Pemenuhan kebutuhan fisik yang melimpah, rasa aman, di puja-puja seantero negeri, memiliki harga diri dan pastinya juga memiliki aktualisasi diri. Bila teori benar adanya, maka coba kita kaitkan dengan maraknya kasus bunuh diri yang banyak terjadi di korea, jepang ataupun di Negara-negara yang lain. Kasus Kurt Cobain, Jim Morrison, Janet Joplin, Brian jones sampai Elvis Prasley dan banyak kasus artis lain yang serupa membuka mata kita, bahwa terpenuhinya piramida teori maslow belum menjadi jaminan bahwa manusia dapat hidup bahagia. Kalau memang benar adanya teori tersebut, seharusnya manusia yang telah mencapai kebutuhan puncaknya tidak akan pernah mati bunuh diri secara konyol. Lalu, sesungguhnya kebutuhan apalagi yang hilang?

Selanjtunya coba kita sejenak untuk beralih memandang kepada wajah Indonesia dewasa ini untuk mencari pembandingnya Secara umum masih banyak rakyat yang tidak mendapatkan hak-hak dasar baik perumahan, sandang maupun papan. Data BPS menunjukkan kurang lebih 30 juta rakyat Indonesia di bawah garis kemiskinan dengan kemampuan pengeluaran sebulan hanya sebesar Rp 271.000,-.

Golongan hampir miskin malah mungkin lebih besar itu dan bahkan mendominasi data kependudukan. Gelandangan, anak terlantar, pengemis memenuhi jalan-jalan raya ibukota dan bahkan mungkin hidup kita tidak begitu jauh dari mereka karena sesungguhnya dalam banyak hal kita juga masih kekurangan hak dasar. Namun kita tengok saja dengan perilaku bangsa besar ini. Negara ini menjadi negara pengimpor terbesar, segala produk yang di jejalkan ke Indonesia di jamin pasti laku. Kerjaannya tiap hari hanya melihat goyang dangdut, acara-acara yang nuansanya adalah tertawa terbahak-bahak. Bangsa yang sangat peramah, karena selalu menebarkan senyum kepada semua orang. Meskipun secara lahiriah dari segi ekonomi dan pemenuhan hak dasar rakyat Indonesia tertinggal jauh dari negara-negara maju yang lain, namun kadar gembiranya orang Indonesia tidak pernah tertandingi di manapun. Acara-acara lawak, dangdut koplo, musik-musik pop kacangan, menjadi bagian pokok dari segala hidup manusia Indonesia. Karena hanya acara itulah yang mungkin menawarkan kegembiraan. Sehingga kualitas gembira rakyat indonesia jauh lebih tinggi daripada negara-negara yang lain. Artinya meskipun dalam beberapa hal rakyat Indonesia belum mendapatkan kebutuhan seperti dalam teori Maslow tersebut, nyatanya penduduk Indonesia banyak bergembira ria dengan tidak memusingkan kehidupan mereka. Dengan artian, sanggup tahan melihat ketimpangan, kecurangan yang terjadi atas penyelenggaraan negara ini yang semakin mempersulit hidup mereka. Bangsa Indonesia ini hanya geger ketika harga BBM naik.

Sedangkan Amerika dan Eropa panik serta kalang kabut menghadapi ancaman krisis ekonomi, krisis energi. Banyak perusahaan yang colaps dan mau tidak mau mem-PHK-kan secara massal karyawannya. Sehingga yang terjadi adalah tingkat bunuh diri masyarakatnya naik secara signifikan, karena mereka tidak mampu melihat masa depan apabila mereka telah di pecat dari perusahaannya.

Kebutuhan Spiritual

Namun ternyata ada kebutuhan yang di luar frame tersebut. Kita ambil salah satu contoh yaitu perang memperebutkan tanah suci Yerussalem antara Israel dan Palestina. Banyak konflik yang terjadi di dalamnya yang melibatkan suku, ras, sejarah nenek moyang sampai keyakinan agama. Kalau benar teori maslow, harusnya kita tidak usah pusing-pusing dong dengan urusan seperti itu. Mau perang, mau rebutan minyak, mau menghancurkan tempat ibadah, mau menghina nabi, menjelek-jelekkan keyakinan agama lain tentu tidak menjadi kebutuhan bagi penganut teori Maslow. Namun ternyata, ada sisi internal manusia akan kepercayaan terhadap sesuatu yang ghaib. Sesuatu yang mereka imani yang bernama agama atau kesadaran spiritual. Agama telah di pandang menjadi kebutuhan pokok bagi manusia, sehingga harus di pertahankan dengan segala daya upaya. Di Barat, agama yang pada pertengahan abad 19 di yakini hanya akan menjadi bagian marginal dari kebutuhan manusia mendadak runtuh seiring mengelupasnya ideology kapitalisme dan liberalisme yang semakin tidak mampu menjawab kebutuhan elementer karena menciptakan kesenjangan dan ketimpangan yang luar biasa ekstrim antar manusia. Uni soviet hancur karena masyarakatnya menuntut hak-haknya untuk menjalankan agama. Walhasil tidak aneh apabila beberapa decade terakhir ini, semakin banyak tumbuhnya kebutuhan spiritual di Negara-negara Eropa dan Amerika. Sehingga tidak mengherankan pula jika kitab suci menjadi buku yang paling laris di beli.

Kalau hanya mengacu kepada Teori Maslow, tidak pernah ada tercantum kebutuhan spiritual atau agama disana. Padahal yang mereka diskusikan dan perdebatkan dari teori maslow itu adalah sebagian petak kecil dari yang namanya agama.

Fenomena yang terjadi saat ini, sedikit banyak harus mempertanyakan relativitas teori kebutuhan Maslow. Apabila sebuah teori tidak mampu menjawab realitas ilmiah yang terjadi, sesungguhnya ia telah gagal menjadi teori. Namun bila sekadar teori itu saja mampu di percayai oleh sebagian besar akademisi dunia, kenapa pula mereka tidak mampu menerima agama sebagai landasan dasar ilmu pengetahuan dan sebagai penjawab esensi kebutuhan dari manusia.

 

2.3.        Teori Aktualisasi Diri David Mc Clelland
Teori Aktualisasi diri dikemukakan oleh David McCleland. McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial yang memusatkan perhatian pada kepribadian sebagai pendorong utama perubahan.
Menurutnya, karena semangat kewiraswastaanlah yang mendorong perkembangan ekonomi, maka tugas teoritis adalah menerangkan sebab-sebab kemunculan semangat itu.
Semangat itu dicontohkan dalam diri pengusaha yang berlawanan dengan bayangan umum, tidak hanya didorong oleh motif untuk mencari keuntungan, tetapi lebih didorong oleh hasrat kuat untuk berprestasi, untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih baik. Keuntungan hanyalah salah satu diantara beberapa ukuran tentang seberapa bail pekerjaan telah dikerjakan namun keuntungan tidak harus menjadi tujuan itu sendiri.
Tesis dasar McCleland adalah bahwa “masyarakat yang tinggi tingkat kebutuhan untuk berprestasinya, umumnya akan menghasilkan wiraswastaan yang lebih bersemangat dan selanjutnya menghasilkan perkembangan ekonomi yang lebih cepat. Kebutuhan untuk berprestasi yang dilambangkan dengan n-Ach atau need for Achievment adalah salah satu dasar kebutuhan manusia, dan sama dengan motif-motif lainnya, kebutuhan untuk berprestasi ini adalah hasil dari pengalaman sosial sejak kanak-kanak. Jadi, berbagai faktor sosial yang mempengaruhi cara-cara memelihara anak, selanjutnya akan membantu atau merintangi perkembangan pertumbuhan untu berprestasi.
Kebutuhan untuk berprestasi ini juga adalah fungsi dari bermacam-macam bahan bacaan yang disodorkan kepada anak. Bila kebutuhan berprestasi ini sangat berkembang, maka individu akan menunjukan perilaku yang tepat, mewujudkan semangat kewiraswastaan, dan karena itu akan bertindak sedemikian rupa untuk memajukan perkembangan ekonomi.
McCleland menemukan sebuah teknik proyektif untuk mengukur motif orang untuk berprestasi. Pada dasarnya, teknik ini mencoba memastikan sejauh mana pikiran asli orang dapat berubah menjadi ide-ide yang berorientasi kepada prestasi. Sebagai contoh, jika sorang individu menulis sebuah cerita berdasarkan atas sebuah gambar yang telah ia tunjukkan, maka kita akan dapat menghitung jumlah ide dalam cerita itu yang berhubungan dengan prestasi. Perhitungan sederhana ini kemudian dapat digunakan sebagai skor dari kebutuhan untuk berprestasi, yang mencerminkan dorongan individu itu untuk berprestasi, atau kekuatan motivasinya untuk berprestasi. Teknik proyektif yang dilukiskan diatas adalah bagian dari perkembangan awal situasi mengenai kebutuhan untuk berprestasi. Dalam upaya menjelajahi lebih baik dalam hubungan antara kebutuhan untuk berprestasi dan perkembangan ekonomi, McCleland melakukan tiga jenis riset. Pertama, mencoba menemukan tindakan kelompok untuk menemukan ukuran berprestasi dari kelompok. Kedua, mencoba menemukan ukuran individual dari motif, kepentingan, nilai-nilai, dan pelaksanaannya baik oleh para ibu amupun oleh anak mereka di berbagai negara. Ketiga meneliti perilaku, termasuk motif kegiatan para pengusaha.
Dalam risetnya Mc. Clelland menjelaskan bahwa Tipe riset Pertama Ukuran kelompok didasarkan atas ide bahwa fantasi dapat dilihat didalam kepustakaan ataupun didalam cerita-cerita yang ditulis orang kebanyakan. Cerita-cerita rakyat, buku-buku cerita yang digunakan untuk anak-anak sekolah dasar, dan bacaan imajinatif tentang masa lalu digunakan untuk memberikan skor kebuuhan berprestasi kelompok. Analisis kandungan bahan kepustakaan menghasilkan sejauh mana kepustakaan itu mnecerminkan tingkat motivasi untuk berprestasi, selanjutnya, kepustakaan itu dapat dianggap mempengaruhi anggota masyarakat dan menunjukkan cara berpikir yang “wajar” dalam masyarakat bersangkutan.
Tipe riset kedua yang dilakukan McCleland dipusatkan pada sumber-sumber kebutuhan untuk berprestasi dan pada pengaruhnya di kalangan remaja. Mengapa sebagian remaja mempunyai tingkat kebutuhan berprestasi yang lebih tinggi sedangkan sebagian yang lain sangat rendah? Bagaimana hubungan antara tingkat kebutuhan untuk berprestasi itu dengan minat kejuruan dan pelaksanaannya? Jawabannya dicari dalam kaitannya dengan studi antar bangsa. Di Jepang, jerman, Brazilia dan India, sampel anak-anaknya dites dan ibu mereka diwawancarai (kecuali di India). Para ibu ini diminta pandangan mereka mengenai latihan kejuruan dan latihan bebas. Anak-anak dites dengan dua teknik proyektif : menulis cerita dan menggambar secara spontan. Anak-anak juga ditanyai sehubungan dengan nilai-nilai mereka. Tipe riset ketiga, menyangkut pengetesan kehidupan para pengusaha untuk memastikan apakah tingkat kebutuhan untuk berprestasi mereka lebih tinggi dan aktivitas kewiraswastaan mereka lebih luas dibandingkan denga orang-orang seumur mereka. Riset ini juga dilakukan antara bangsa, menyangkut para pengusaha dan profesi lain di AS, Turki, Italia, dan Polandia. Jelaslah McCleland mencoba mengenali faktor yang tak terbatas hanya pada satu kebudayaan saja.
Dalam kenyataannya, mereka menunjukkan, meskipun terdapat perbedaan kebudayaan diantara bangsa-bansgsa itu,juga terdapat kesamaan mendasar dari rakyat disemua masyarakat itu yang bekerja keras menurut ukuran tertentu takkala tingkat motivasi untuk berprestasi mereka tinggi. Soalnya, apakah data yang mendukung perbedaan motif untuk berprestasi itu benar-benar bersumber dari perbedaan kebudayaan? Setelah membandingkan laju pertumbuhan ekonomi berbagai bangsa (berdasarkan peningkatan produksi tenaga listrik) dengan tingkat kebutuhan untuk berprestasi, dan kemudian membuat perbandingan historis antara laju pertuumbuhan ekonomi dan kebutuhan untuk berprestasi yang dikaitkan dengan cerita-cerita dalam kepustakaan bacaan anak-anak,
McCleland menyimpulkan bahwa hubungan antara kebutuhan untuk berprestasi dan pertumbuhan ekonomi itu sangat nyata. Berlimpahnya cerita-cerita yang berorientasi pada prestasi dalam kepustakaan imajinatif zaman modern, berhubungan erat dengan laju pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Kesimpulan ini berlaku baik bagi negara Barat maupun negara komunis, baik bagi negara maju maupun negara sedang berkembang di kedua kelompok negara tersebut. Nampaknya tingkat perkembangan, struktur politik maupun faktor lain sejauh yang telah diketahui, tak satupun yang menghalangi hubungan ini. Orang yang tinggi tingkat motivasi untuk berprestasi, bersikap begini: “apa yang mereka inginkan, mereka usahakan untuk mendapatkannya, meskipun faktor lain dapat mengubah kecepatan mereka dalam mencapainnya.
Teori Kebutuhan Mc. Clelland menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving Society” sebagai berikut :
a.       Motivasi Untuk Berprestasi Prestasi atau Achievment adalah suatu istilah yang diperkenalkan oleh David McClelland kedalam bidang psikologi, menunjukkan keinginan individu untuk secara secara signifikan berprestasi, menguasai skil, pengendalian atau standard tinggi. n.Ach berhubungan dengan kesulitan orang untuk memilih tugas yang dijalankan. Mereka yang memiliki n. Ach rendah mungkin akan memilih tugas yang mudah, untuk meminimalisasi risiko kegagalan, atau tugas dengan kesulitan tinggi, sehingga bila gagal tidak akan memalukan. Mereka yang memiliki n. Ach tinggi cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan moderat, mereka akan merasa tertantang tetapi masih dapat dicapai. Mereka yang memiliki n.Ach tinggi memiliki karakteristik dengan kecenderungan untuk mencari tantangan dan tingkat kemandirian tinggi. Orang-orang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement/n-Ach) yang tinggi mencoba melampaui dan dengan demikian cenderung menghindari situasi yang berisiko rendah dan tinggi. Orang-orang yang berprestasi tinggi (achievers) menghindari situasi dengan risiko rendah karena dengan mudah mencapai kesuksesan yang bukan pencapaian yang sungguh-sungguh. Dalam proyek dengan risiko tinggi, achievers melihat hasilnya sebagai suatu kesempatan yang melampaui kemampuan seseorang. Individu dengan n. Ach tinggi cenderung bekerja pada situasi degan tingkat kesuksesan yang moderat, idealnya peluang 50%. Achievers membutuhkan umpan balik yang berkesinambungan untuk memonitor kemajuan dari pencapaiannya. Mereka lebih suka bekerja sendiri atau dengan orang lain dengan tipe achievers tinggi. Banyak pengusaha mungkin gagal didalam kelompoknya tetapi tidak pada pekerjaannya. Mereka sangat puas dengan penghargaan yang didasarkan pada pencapaian prestasinya. Sumber n.Ach meliputi :
a.       Orang tua yang mendorong kemandirian dimasa kanak-kanan
b.      Menghargai dan memberi hadia atas kesuksesan
c.       Asosiasi prestasi dengan perasaan positif
d.      Asosiasi prestasi dengan orang-orang yang memiliki kompetensi dan usaha sendiri bukan karena keberuntungan.
e.         Suatu keinginan untuk menjadi efektif atau tertantang
f.         Kekuatan pribadi
b.      Motivasi Untuk Berkuasa Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan. n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.
Mereka yang memiliki kebutuhan kekuasaan (need for power/n-Pow) dapat menjadi orang yang memiliki dua tipe, personal dan institusional. Mereka yang butuh keuasaan personal menginginkan orang lain secara langsung, dan kebutuhan ini sering diterima sebagai hal yang tidak diingini. Seseorang yang membutuhkan kekuasan lembaga mau mengorganisir usaha orang lain untuk tujuan lebih lanjut dari organisasi. Manejer dengan kebutuhan kekuasaan lembaga yang tinggi cenderung lebih efektif dibandingkan dengan mereka yang membutuhkan kekuasaan personel tinggi.
c.       Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (n-affil) Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.
Mereka yang memiliki kebutuhan affiliasi (need for affiliation/n-Aff) tinggi membutuhkan hubungan kemanusiaan dengan orang lain dan membutuhkan rasa diterima dari orang lain. Mereka cenderung memperkuat norma-norma dalam kelompok kerja mereka. Orang dengan n.Aff tinggi cenderung bekerja pada tempat yang memungkinkan interaksi personal. Mereka bekerja dengan baik pada layanan customer dan situasi interaksi dengan pelanggan.
McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.
Pengukuran Teknik McClelland untuk mengukur n.Ach, n.Aff dan n.Pow dapat dilihat sebagai suatu terobosan radikal terhadap dominasi psikometri tradisional. Bagaimanapun terobos-an ini dikenal bahwa pemikiran McClelland dengan kuat dipengaruhi oleh pekerjaan Henry Murray, yang dikenal dengan istilah Model Murray proses motivasi dan kebutuhan manusia dan pekerjaannya selama perang dunia ke II. Murry yang pertama mengenali pengaruh n.Ach, n.Pow dan n.Aff dan menempatkannya didalam konteks yang terintegrasi dengan model motivasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB  III

PENUTUP

 

3.1.  Kesimpulan

·         Teori maslow merupakan salah satu penjabaran untuk mempelajari tentang perilaku manusia untuk mencapai kebutuhannya. Gagasan kebutuhan manusia itu di jabarkan dalam piramida 5 tingkat. Yang pertama atau tingkat paling bawah adalah kebutuhan fisik (Physiological Needs) yang menjelaskan tentang kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisik. Yaitu bahwa manusia harus terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan sandang, pangan, papan. Kebutuhan ini di pandang sebagai kebutuhan pokok yang wajib terpenuhi karena apabila tidak terpenuhi maka akan terjadi keadaan yang sangat ekstrim yang menyebabkan manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri. Apabila kebutuhan dasar ini sudah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs).

·         Kalau hanya mengacu kepada Teori Maslow, tidak pernah ada tercantum kebutuhan spiritual atau agama disana. Padahal yang mereka diskusikan dan perdebatkan dari teori maslow itu adalah sebagian petak kecil dari yang namanya agama. Inilah yang menjadi penyebab adanya gugatan terhadap teori Maslow.

·         Dengan Teori Tiga Kebutuhan Mc Clelland diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
  1. Kebutuhan untuk berprestasi tinggi – Orang yang tergolong pada high achiever harus diberikan pekerjaan yang menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai. Bagi mereka uang bukanlah suatu motivator yang penting, yang lebih efektif adalah umpan balik atas apa yang telah mereka lakukan.
  2. Kebutuhan untuk berafiliasi tinggi – Karyawan dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi membutuhkan lingkungan kerja yang dipenuhi dengan nuansa kerjasama yang prima.
  3. Kebutuhan akan kekuasaan – Manajemen harus menyediakan peluang untuk mengatur orang lain bagi mereka yag mencari kekuasaan.
·         Kesimpulan yang saya dapat adalah dari dua teori tersebut baik walaupun ada beberapa kelemahan. Bahwa tidak cukup memenuhi kebutuhan makan, minum, dan pakaian saja, tetapi orang juga mengharapkan pemuasan kebutuhan mental atau rohani, dan psikologis juga. Semakin tinggi individu naik ke dalam organisasi, makin besar motif kekuasaan sang pemegang jabatan, akibatnya akan muncul motif kekuasaan tertinggi. Kebutuhan yang tak terpuaskan akan memotivasi dan kebutuhan yang tak terpuaskan akan mengaktifkan dorongan ke kebutuhan yang baru. Kita harus mempertimbangkan kualitas upaya maupun intensitasnya, upaya yang diarahkan ke sasaran dan konsisten dengan sasaran organisasi adalha yang harus kita usahakan. Motivasi memiliki dimensi berlangsung lama, ini adalah ukuran tentang berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya

3.2. Saran
Penulis memberikan saran agar kita tidak terlalu terpengaruh akan berbagai macam teori kebutuhan yang ada. Karena pada dasarnya kebutuhan dasar ataupun kebutuhan lainnya dalam hidup kita tergantung pada pola hidup kita masing-masing. Selain itu, dengan adanya keanekaragaman budaya dari setiap bangsa dan Negara di dunia ini, pastinya akan membuat pula corak yang berbeda akan kebutuhan dari masing-masing orang.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Abraham Maslow. di Wikipedia bahasa Indonesia. diakses 30 April 2012. dari http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow
  2. Abraham Maslow Hirarki Kebutuhan Model Motivasi. (2009). diakses 30 April 2012. dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/abraham-maslow-hirarki-kebutuhan-model-motivasi/
  3. Boeree, C. G. (2006). Abraham Maslow. diakses 30 April 2012. dari http://webspace.ship.edu/cgboer/maslow.html
  4. Hierarchy of Needs. (2010). diakses 30 April 2012. dari http://psychology.about.com/od/theoriesofpersonality/a/hierarchyneeds.htm
  5. Maslow’s Hierarchy of Needs Theory. di psychology Wikia. diakses 30 Aprril 2012.Dari:http://psychology.wikia.com/wiki/Maslow%27s_hierarchy_of_need
  6. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow. (2010). diakses 30 April 2012. dari http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-kebutuhan-maslow/
  7. http://gilank18.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment

buku bimbingan

                                                                                                                                            ...

082126189815

Name

Email *

Message *