Tuesday, April 3, 2018

KOMUNIKASI ANTARPERSONAL



MAKALAH
”KOMUNIKASI ANTARPERSONAL”





Disusun Oleh
1.       SERA AYUNINGTYAS
2.      SILVIA OVICA ARNIS
3.      T. ASRIL
4.      TIARA ULIARTA HAREFA
5.      RIZKY HERMAWAN
6.      SEPTIAN AL FURQAN

KELAS F-5


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2014
 BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, paling tidak sejak ia dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungan. Gerak dan tangis yang pertama pada saat ia dilahirkan adalah tanda komunikasi (Widjaja, 1986)
Sementara itu, untuk menjalin rasa kemanusian yang akrab diperlukan saling pengertian sesama anggota masyarakat. Dalam hal ini faktor komunikasi  memainkan peran penting, apalagi bagi manusia modern. Manusia modern yaitu manusia yang cara berpikirnya tidak spekulatif, tetapi berdasarkan logika dan rasional (penalaran) dalam melaksanakan segala kegiatan dan aktivitasnya. Kegiatan dan aktivitasnya itu akan terselenggara dengan baik melalui proses komunikasi antar manusia. Komunikasi telah menjadi bahan dari kehidupan manusia. Berhasilnya suatu komunikasi ialah apabila kita mengetahui dan mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam proses komunikasi. Unsur-unsur yang dimaksud adalah sumber (resource) pesan (message), saluran (chanel, media) dan penerima (receiver, audience).
Dalam proses komunikasi bersamaan tersebut diusahakan melalui tukar menukar pendapat, penyampaian pesan informasi, serta perubahan sikap dan perilaku. Pada hakekatnya setiap proses komunikasi terdapat unsur-unsur tersebut yaitu sumber pesan, saluran dan penerimaan, disamping masih terdapat unsur pengaruh (effects) dan umpan balik (feed back). Bagaimanapun juga setiap komunikasi yang dilakukan senatiasa menambah efek yang positif atau efektivitas komunikasi. Komunikasi yang tidak menginginkan efektivitas, sesungguhnya adalah  komunikasi yang tidak bertujuan. Efek dalam komunikasi adalah perubahan  yang terjadi pada diri penerima (komunikan atau khalayak), sebagai  akibat pesan yang diterima baik langsung maupun tidak langsung, atau dari melalui media massa jika perubahan itu sesuai dengan keinginan komunikator, maka komunikasi itu disebut efektif (Anwar Arifin; 1984).
Oleh karenanya, dari beberapa pernyataan di atas dapat kita terapkan dalam lingkungan sebuah organisasi. Bagi seorang Pemimpin atau Manajer, kecakapan berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis adalah penting sekali. Lingkungan dan pekerjaannya banyak berhubungan dengan bahasa dan komunikasi. Seorang manajer itu saling mempengaruhi dengan orang-orang lain melalui konferensi, wawancara dan percakapan dengan telepon. Ia selalu sibuk membaca laporan-laporan, surat-surat, dan sebagainya. Pimpinan tingkat atas dan menengah meluangkan 60% sampai 80% waktu kerjanya untuk mengadakan komunikasi. Bahkan suatu penyelidikan yang pernah diadakan di Amerika Serikat terhadap para mandor dalam suatu perusahaan menunjukkan bahwa mereka kira-kira menggunakan 50% dari waktu kerjanya dalam bentuk komunikasi lisan, baik dalam berbicara maupun dalam mendengarkan. Dari keseluruhan waktu yang dipergunakan, 60% adalah orang-orang bawahan, 30% dengan orang atasan mereka, dan 10% dengan orang-orang lain yang setingkat dalam perusahaan.
Disamping pentingnya sebuah komunikasi dalam organisasi. Kemudian yang harus diperhatikan juga bagi seorang pemimpin atau manajer yaitu pentingnya suatu koordinasi. Koordinasi sangatlah penting bagi perkembangan sebuah organisasi, baik koordinasi di dalam (interen) maupun di luar (eksteren) organisasi. Koordinasi adalah proses penyatupaduan tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan dari unit-unit yang terpisah dari suatu organisasi untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi secara efisien. Tanpa adanya koordinasi, individu-individu dan bagian-bagian tidak dapat melihat peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengikuti kepentingan-kepentingan khusus mereka sendiri, seiring dengan mengorbankan sasaran-sasaran organisasi yang lebih luas. Maka akibatnya timbul terjadinya suatu konflik di dalam organisasi tersebut (Feldman,D.C)



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Komunikasi
Menurut Stoner dan Wankel :“Communication as the process y which people attempt to share meaning via the transmission of symbolic message”. Komunikasi sebagai proses dengan mana orang-orang berusaha memberikan pengertian melalui penyampaian pesan-pesan berupa lambang. Arti kata lain, komunikasi yaitu cara manusia berhubungan yang melibatkan pengertian atau maksud, dengan syarat mereka perlu setuju dengan definisi istilah-istilah yang digunakan berdasarkan sesuatu yang simbolik seperti isyarat, huruf, nomor, dan perkataan yang melambangkan atau menyerupai ide-ide yang dapat menyampaikan maksud . Jadi, komunikasi adalah sebuah proses atau jalan pertukaran informasi oleh dua orang atau bahkan lebih dengan menggunakan isyarat, simbol-simbol ataupun dengan cara apapun yang efektif sehingga orang lain dapat menafsirkan apa yang dimaksud oleh si penyampai pesan. Komunikasi tidak bisa dikatakan terjadi apabila seseorang berbicara kepada orang lain tetapi orang yang diajak bicara tidak paham maksud dari pembicaraan tersebut. Artinya jika pesan dapat dipahami oleh si penerima pesan dengan baik, maka itulah yang disebut dengan komunikasi.

Prinsip Dasar Proses Komunikasi
Proses komunikasi melibatkan 4 unsur utama:
1.      Sumber / Pengirim pesan / komunikator / source / encoder
Yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mengambil inisiatif menyampaikan pesan.
2.      Pesan / Informasi / Message
Biasanya dalam bentuk lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis secara lisan, gambar, dan angka.


3.      Saluran / Media / Channel
Yaitu sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian / pengirim pesan. (contoh TV. Telepon, HP dsb.)
4.      Penerima / Komunikan / receiver / decoder
Yaitu seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran penerima pesan.

Selain 4 unsur utama ada faktor lain yg juga penting dalam proses komunikasi, yaitu:
1.            Response
Tindakan yang diambil komunikan setelah dia menerima pesan.
2.            Umpan Balik / Feedback
Lanjutan dari tindakan yang diambil komunikan yang berpengaruh pada komunikator.
3.            Noise / Gangguan
Adalah faktor-faktor fisik ataupun psikologis yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses   komunikasi. Contoh faktor fisik :  suara gaduh, gema suara atau segala sesuatu yang mengganggu konsentrasi  dan contoh faktor psikologis : marah, sedih, dan grogi.

B. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
            Sejak awal kehidupannya setiap manusia tidak dapat berdiri sendiri. Manusia yang satu selalu membutuhkan manusia yang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Dari hubungan yang saling membutuhkan manusia mempunyai lambang-lambang pesan untuk mempertukarkan informasi di antara sesama. Manusia juga tidak dapat lepas dari hubungan antar sesama manusia, karena manusia mempunyai ke1uarga tempat dilahirkan, dipelihara, dan dibesarkan. Keluarga merupakan tempat manusia tinggal yang tidak dapat terlepas dari masyarakat tempat keluarga berada.
Pentingnya hubungan yang terjadi antar sesama manusia dikemukakan oleh Klinger (1977) yang mengatakan bahwa hubungan dengan manusia lain ternyata sangat mempengaruhi manusia itu sendiri. Manusia tergantung terhadap manusia lain karena orang lain juga berusaha mempengaruhi melalui pengertian yang diberikan, informasi yang dibagi, dan semangat yang disumbangkan. Semuanya membentuk pengetahuan, menguatkan perasaan, dan meneguhkan perilaku manusia.
Meskipun demikian banyak ahli akhirnya berpendapat bahwa semua yang menjadi tekanan dalam komunikasi antar pribadi akhirnya menuju pada perspektif situasi. Perspektif situasi menurut Miller dan Steinberg (dalam Liliweri, 1991) merupakan situasi suatu perspektif yang menekankan bahwa sukses tidaknya komunikasi antar pribadi sangat sangat tergantung pada situasi komunikasi, mengacu pada hubungan tatap muka antara dua individu atau sebagian kecil individu dengan mengandalkan suatu kekuatan yang segera saling mendekati satu dengan yang lain pada saat itu juga.
Berdasarkan pendapat Miller dan Steinberg di atas, maka kedudukan komunikator yang dapat bergantian dengan komunikan pada tahap lanjutan harus menciptakan suasana hubungan antar manusia yang terlibat di dalamnya. Pada tahap ini maka komunikasi antar individu harus manusiawi, sehingga individu-individu yang tidak mengenal satu sama lain mutu komunikasinya kurang daripada komunikasi antar pribadi di antara pihak-pihak yang sudah sating mengenal sebelumnya.     Komunikasi antar pribadi dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu karena setiap pihak memahami secara baik tentang liku-liku hidup pihak lain, pikiran, perasaan, maupun menanggapi tingkal laku. Kesimpulannya bahwa jika hendak menciptakan suatu komunikasi antar pribadi yang bermutu maka harus didahului dengan suatu keakraban.
Batasan pengertian yang benar-benar baik tentang komunikasi antar pribadi tidak ada yang memuaskan semua pihak. Semua batasan arti sangat tergantung bagaimana individu melihat dan mengetahui perilaku pada saat terdapat dua individu atau lebih yang saling mengenal secara pribadi daripada hanya berbasa-basi saja. Dengan kata lain, tidak semua bentuk interaksi yang dilakukan antara dua individu dapat digolongkan komunikasi antar pribadi. Ada tahap-tahap tertentu dalam interaksi antara dua individu harus terlewati untuk menentukan komunikasi antar pribadi benar-benar dilakukan.
Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua individu merupakan komunikasi antar pribadi (Liliweri, 1991). Sifat-sifat komunikasi antar pribadi itu adalah :
1.            Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal.
2.            Melibatkan perilaku spontan, tepat, dan rasional.
3.            Komunikasi antar pribadi tidaklah statis, melainkan dinamis.
4.            Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi, dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).
5.            Komunikasi antar pribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
6.            Komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan.
7.            Melibatkan di dalamnya bidang persuasif.
Lebih lanjut, Lunandi (1992) menjelaskan bahwa yang dimaksud komunikasi antar pribadi yang baik adalah komunikasi yang mempunyai siaft keterbukaan, kepekaan, dan bersifat umpan balik. Individu merasa puas dalam berkomunikasi antar pribadi bila ia dapat mengerti orang lain dan merasa bahwa orang lain juga memahami dirinya.
Lunandi (1992) menekankan pentingnya komunikasi antar pribadi dibedakan dari bentuk komunikasi di muka umum dan komunikasi di dalam kelompok kecil. Komunikasi antar pribadi dibatasi pada komunikasi antara orang dengan orang dalam situasi tatap muka. Jadi, sama sekali tidak meliputi telekomunikasi jarak jauh (telepon, telegram, telex) dan komunikasi massa, yang ditujukan kepada sejumlah orang besar orang sekaligus (surat kabar, radio, televisi). Ada bentuk pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai bentuk yang berbeda dari bentuk lain komunikasi. Komunikasi antar pribadi sebagai suatu kegiatan terus menerus yang dilakukan orang untuk saling berhubungan dengan orang lain, khususnya pada waktu berhadapan muka.
Miller dan Steinberg (dalam burgoon dan Ruffner, 1978) telah membuat sumbangan pemikiran yang penting untuk memahami komunikasi manusia dengan menyajikan cara mengkonsep bentuk komunikasi antar pribadi. Asumsinya adalah manusia mempunyai kemampuan menyeleksi strategi komunikasi yang akan memaksimalkan kemungkinan untuk berhasil dalam komunikasi yang dilakukan. Manusia ternyata mampu untuk membuat prediksi tentang akibat dan hasil dari komunikasi yang dilakukan.
Miller dan Steinberg (dalam burgoon dan Ruffner, 1978) telah membuat sumbangan pemikiran yang penting untuk memahami komunikasi manusia dengan menyajikan cara mengkonsep bentuk komunikasi antar pribadi. Asumsinya adalah manusia mempunyai kemampuan menyeleksi strategi komunikasi yang akan memaksimalkan kemungkinan untuk berhasil dalam komunikasi yang dilakukan. Manusia ternyata mampu untuk membuat prediksi tentang akibat dan hasil dari komunikasi yang dilakukan.
     Untuk memprediksi suatu bentuk komunikasi termasuk komunikasi antar pribadi atau bukan perlu dilakukan pemahaman terhadap identifikasi 3 data tingkat informasi, yaitu:
1.            Data tingkat kebudayaan ( Cultural level-data ).
     Kebudayaan merupakan sekumpulan keteraturan, norma, institusi sosial, kebiasaan, dan ide-ide yang dimiliki oleh sekumpulan orang. Terkadang kebudayaan didefinisikan sebagai lokasi geografis, etnis, pola religius. Para ahli menganggap bahwa orang yang termasuk kelompok kebudayaan yang sama mempunyai kesamaan cara bertingkah laku dan tampak memiliki sikap dan nilai tertentu. Dengan demikian, kebudayaan dapat memberi petunjuk bagaimana anggota kelompok kebudayaan tertentu akan berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
     Dengan data kebudayaan yang ada, dapat dibuat prediksi atau perkiraan bagaimana anggota dalam kebudayaan tertentu akan berkomunikasi dan merespon orang lain. Masalah yang mungkin terjadi ketika seseorang yang hanya mempunyai data tingkat kebudayaan berhadapan dengan orang lain adalah kesalahpahaman. Ketika berhadapan dengan individu yang spesifik, seseorang harus berhati-hati untuk menerapkan perkiraan tentang orang tersebut berdasar data tingkat kebudayaan. Masing-masing individu yang tergabung dalam suatu kelompok kebudayaan mempunyai kepribadian sendiri-sendiri.
     Para ahli komunikasi berpendapat bahwa dengan hanya menggunakan strategi yang memiliki data tingkat kebudayaan saja, belum cukup untuk dapat dikatakan mampu berkomunikasi secara interpersonal atau pribadi. Dengan demikian berarti seseorang hanya menggeneralisasi data yang diambil dari sebuah kelompok kebudayaan dan tidak membedakan serta menyesuaikan komunikasi dengan individu yang berbeda-beda.
2.            Data tingkat sosiologis ( Sociological-level data ).
     Analisis data tingkat sosiologis didasarkan pada pertimbangan yang dibuat tentang orang lain dengan mengetahui kelompok tempat orang tersebut termasuk. Ada pertimbangan untuk mengelompokkan seseorang ke dalam kelompok tertentu berdasar keanggotaannya pada bentuk kelompok sosial yang dipilihnya. Namun ada juga keanggotaan kelompok yang tidak dipilih sendiri oleh yang bersangkutan, misalnya termasuk ke dalam kelompok orang tua, dewasa, dan remaja. Bagaimanapun juga, anggota yang termasuk kelompok tertentu, baik yang dipilih sendiri maupun tidak mempunyai kesamaan dengan anggota lainnya dalam satu kelompok. Antar kelompok itu sendiri mempunyai perbedaan yang merupakan ciri dari masing-masing bentuk kelompoknya.
     Membuat prediksi berdasar pada analisis data tingkat sosiologis ternyata sulit bila seseorang berkomunikasi dengan yang lainnya. Data tingkat sosiologis merupakan generalisasi dari tingkah laku yang ditemui pada keanggotaan setiap kelompok, yang tidak dapat begitu saja diterapkan pada setiap anggota kelompok.
3.            Data tingkat psikologis ( Psychological-level data ).
     Untuk lebih dapat mengenal perbedaan-perbedaan individu dibutuhkan strategi mengenai data tingkat psikologis. Data tingkat psikologis menuntut adanya saling mengenal antar individu yang terlibat di dalam transaksi komunikasi. Walaupun individu mempunyai sekumpulan data mengenai kebudayaan dan sosiologis seseorang tidak dapat memperkirakan perilaku khusus seseorang yang dihadapinya. Informasi mengenai data tingkat psikologis tidak dapat dipisahkan dari proses keintiman yang terjalin, terkadang seseorang memberikan informasi mengenai dirinya sendiri kepada orang lain, dan mendapatkan informasi balik dari orang lain mengenai dirinya.
     Memperoleh informasi data tingkat psikologis sangat dibutuhkan untuk mengembangkan komunikasi antar pribadi yang terjalin. Dapat dibayangkan bila seseorang menggunakan waktunya untuk terlibat dalam komunikasi antar pribadi dengan orang lain dan tetap merasa hanya memiliki data yang sedikit tentang orang tersebut, maka komunikasi yang dilakukannya tidak dapat melibatkan emosi yang mampu mencerminkan kehangatan, keterbukaan, dan dukungan.
     Di dalam mengembangkan transaksi komunikasi, individu cenderung untuk lebih banyak menggunakan data tingkat psikologis. Dengan kata lain, strategi komunikasi yang dilakukan individu didasarkan pada pengetahuan tentang perbedaan individu-individu yang dihadapi. Setiap individu memiliki karakteristik yang unik dan tidak dapat digeneralisasikan begitu saja.
     Jadi, di dalam komunikasi antar pribadi yang lebih ditekankan adalah strategi komunikasi yang berdasar pada data tingkat psikologis. Data tingkat kebudayaan dan sosiologis digunakan sebagai pelengkap di dalam mengumpulkan data tentang seseorang yang sedang dihadapi.
     Selain kemampuan menganalisis data tingkat psikologis seseorang, di dalam melakukan transaksi komunikasi antar pribadi, juga dibutuhkan kemampuan-kemampuan khusus. Bochner dan Kelly (dalam landt, 1976) mengemukakan 5 kemampuan khusus di dalam menjalin komunikasi antar pribadi, yaitu:
a)      Empati, atau proses kemampuan menangkap hal-hal yang terdapat di dalam komunikasi dengan orang lain melalui analisis isi pembicaraan, nada suara, ekspresi wajah, sehingga seseorang dapat menangkap pikiran dan perasaan yang sesuai dengan orang yang bersangkutan.
b)      Diskripsi, kemampuan untuk membuat pernyataan yang konkrit, spesifik, dan diskriptif.
c)      Kemampuan merasakan dan memahami pernyataan yang dibuat dan mempertanggungjawabkannya sehingga tidak hanya menyalahkan orang lain terhadap perasaan yang dialami.
d)     Sikap kedekatan, keinginan untuk membicarakan perasaan-perasaan pribadi.
e)      Tingkah laku yang fleksibel ketika menghadapi kejadian yang baru dialami.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari batasan tentang komunikasi antar pribadi adalah bahwa komunikasi antar pribadi lebih dari sekedar komunikasi tatap muka, namun dari komunikasi tatap muka lebih memungkinkan untuk dikembangkan menjadi komunikasi antar pribadi. Mengembangkan komunikasi antar pribadi dapat dengan melakukan analisis data tingkat psikologis yang menekankan bahwa individu berbeda-beda, dan pendekatannya juga berbeda-beda. Dari komunikasi tatap muka besar kemungkinan dikembangkan hubungan yang bersifat hangat, terbuka, dan komunikasi tersebut dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkan bagi yang bersangkutan.

C. Proses Pengelolaan Komunikasi Antarpersonal

Menurut Erving Goffman, proses untuk menampilkan diri agar memiliki kesan lebih baik semacam ini disebut proses pengelolaan kesan alias impression management. Dalam komunikasi antarpersonal, proses pengelolaan pesan merupakan cara yang lazim digunakan orang agar bisa menjalin komunikasi yang lancar dengan orang lain.
Setiap orang pasti pernah melakukan proses semacam ini (komunikasi antarpersonal)terlepas dari apa motivasinya. Boleh jadi, kita pun hampir setiap hari mempraktikan komunikasi antarpersonal ini walaupun dengan tanpa sadar karena sudah terotomatisasi.
Ketika hendak meminjam uang, biasanya kita akan berakting sedemikian rupa agar orang lain mau meminjamkan uangnya kepada kita. Demikian pula saat wawancara kerja, proses pengelolaan pesan kita atur sedemikian rupa agar si pewawancara terpukau oleh kehebatan diri kita.
Sejatinya, orang lain akan menilai kita berdasarkan petunjuk-petunjuk yang kita berikan kepada mereka, dan dari penilaian itulah orang akan memperlakukan kita. Ketika orang lain menilai kita sebagai orang terhormat, mereka pun akan memperlakukan kita dengan istimewa dan penuh hormat pula.
Akan tetapi, ketika orang lain menilai kita sebagai orang bodoh atau orang rendahan, mereka pun akan memperlakukan kita dengan kurang hormat dan malah akan mengakali kita untuk kepentingannya. Untuk itulah, kita berusaha menampilkan diri (self presentation) agar orang lain menilai dan memperlakukan kita sebagaimana yang kita inginkan.
Upaya untuk menampilkan diri tersebut, pada kenyataannya, memiliki beberapa tools (peralatan) yang akan membatu seseorang dalam menyampikan pesannya kepada orang lain. Peralatan tersebut dinamakan front, yang meliputi setting (panggung), appearance (penampilan), dan manner (gaya bertingkah laku).
Setting menunjukkan rangkaian peralatan ruang atau barang-barang yang digunakan. Dalam kisah di awal tulisan ini misalnya, setting yang digunakan adalah kafe atau restoran terkenal. Setting dalam komunikasi antarpersonal ini Anda gunakan untuk memberikan kesan kepada sang pacar bahwa Anda adalah lelaki yang mapan, borju, dan sangat memahami selera dia, sehingga dia bisa makin cinta kepada Anda.
Adapun pakaian model terbaru yang Anda gunakan, jam tangan buatan Swiss yang Anda kenakan, parfum mahal yang Anda semprotkan, sepatu impor yang Anda pakai, dan semua aksesoris yang melekat pada tubuh ataupun barang bawaan, semuanya berupa petunjuk artifaktual bagi peralatan yang kedua, yaitu penampilan. Dengan penampilan semacam itu, Anda ingin memberikan kesan pada si dia bahwa Anda pria berselera tinggi, modern, berpendidikan, dan mapan tentunya.
Adapun gaya cara berjalan, cara mempermainkan roman muka, cara memandang, intonasi suara, dan yang sejenisnya menunjukan alat yang ketiga, yaitu gaya bertingkah laku. Manner ini sangat penting dalam membetuk kesan orang lain kepada kita. Dalam kasus di atas, si dia bisa semakin lengket dan kesengsem kepada Anda ketika Anda berhasil menampilkan gaya bertingkah laku yang pas di hatinya.
Jika melihat proses semacam ini (komuniaski antarpersonal), setiap orangtermasuk kita di dalamnyapada hakikatnya adalah sebagai seorang aktor dan aktris andal. Hebatnya lagi, ada banyak orang yang tertipu dengan akting yang kita peragakan he..he..! Itulah mengapa, orang tua seringkali berpesan agar kita jangan langsung percaya kepada orang yang baru ketemu sebagus apa pun penampilan yang dia tunjukkan.
Agama pun memberi nasihat yang sangat pas, Sesungguhnya, Allah tidak memandang kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi memandang hati kalian. (HR Muslim)

D. Pendekatan Komunikasi Antarpersonal

Komunikasi antarpersonal merupakan komunikasi yang terjadi saat tatap muka antara dua orang atau lebih, baik dalam situasi secara terorganisasi ataupun pada kerumunan orang. Komunikasi antarpersonal bersifat interaksi dua arah, individu dan individu, verbal atau non verbal. Komunikasi antarpersonal dilakukan untuk berbagi informasi dan perasaan antara yang satu dengan yang lainnya atau antar individu di dalam kelompok kecil.
Komunikasi antarpersonal yang terjadi antara dua orang merupakan komunikasi dua arah (dua arah intraksi verbal dan nonverbal) yang berhubungan dengan informasi dan perasaan. Sementara itu, komunikasi antarpersonal yang terjadi antara tiga orang atau lebih berhubungan dengan komunikasi dari individu ke beberapa orang atau kelompok kecil, di mana setiap anggota menyadari eksistensi anggota lain, mempunyai minat yang sama, dan bekerja untuk tujuan tertentu.

Pendekatan Komunikasi Antarpersonal

Komunikasi antarpersonal memiliki tiga pendekatan, yaitu sebagai berikut.
  1. Komponen-komponen utama
  2. Hubungan diadik
  3. Pengembangan

E. Komunikasi Antarpersonal - Komponen-komponen Utama

Komunikasi antarpersonal terjadi jika pengirim menyampaikan informasi berbentuk kata-kata kepada penerima dengan memakai medium suara manusia (human voice). Ciri-ciri mengenali komunikasi antarpersonal adalah sebagai berikut.
  1. Bersifat spontan.
  2. Tidak berstruktur.
  3. Kebetulan.
  4. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan.
  5. Identitas keanggotaan tidak jelas.
  6. Terjadi sambil lalu.

Komunikasi Antarpersonal - Hubungan Diadik

Hubungan diadik dalam komunikasi antarpersonal artinya komunikasi yang terjadi antara dua orang yang memiliki hubungan mantap dan jelas. Sifat dari komuniasi antarpersonal ini adalah sebagai berikut.
  1. Spontan dan informal.
  2. Saling menerima feedback secara maksimal.
  3. Partisipan berperan fleksibel.

Komunikasi Antarpersonal - Pengembangan

Komunikasi antarpersonal bisa dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu komunikasi impersonal dan komunikasi pribadi atau intim. Oleh sebab itu, derajat komunikasi antarpersonal berdampak pada keluasan dan kedalaman informasi sehingga bisa mengubah sikap. Berikut ciri-ciri komunikasi antarpersonal menurut Edna Rogers.
  1. Arus pesan dua arah.
  2. Konteks komunikasi dua arah.
  3. Tingkat umpan balik tinggi.
  4. Kemampuan mengatasi selektivitas tinggi.
  5. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak relatif lambat.
  6. Efek yang terjadi perubahan sikap.

Efektivitas Komunikasi Antarpersonal

Komunikasi antarpersonal adalah komunikasi paling efektif dalam mengbah sikap, pendapat, dan perilaku setiap orang. Berikut ini lima ciri efektivitas komunikasi antarpersonal.
  1. Keterbukaan (openess).
  2. Empati (empathy).
  3. Dukungan (supportiveness).
  4. Rasa positif (positiveness).
  5. Kesetaraan (equality).
Sementara itu, empat tingkat ketergantungan komunikasi adalah sebagai berikut.
  1. Peserta komunikasi memilih pasangan sesuai dirinya.
  2. Tanggapan yang diharapkan berbentuk umpan balik.
  3. Individu memiliki kemampuan untuk menanggapi, mengantisipasi bagaimana merespons informasi, dan mengembangkan harapan-harapan tingkah laku partisipan komunikasi.
  4. Adanya pergantian peran untuk mencapai kesamaan pengalaman dalam perilaku empati.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi merupakan media antar individu untuk saling memberikan informasi baik bisa disampaikan secara lisan maupun media lainnya. Komunikasi begitu sangat penting, karena dalam pelaksanaan suatu organisasi adanya komunikasi membantu dalam memahami apa yang dimaksud dari orang yang menyampaikan. Komunikasi ini juga tidak terlepas dari koordinasi. Komunikasi dan koordinasi menjadi satu kesatuan kerja dalam menjalankan program kerja. Sedangkan koordinasi merupakan hubungan manusia dalam menjalankan tugasnya.
Semua program kerja dapat terselesaikan dengan adanya komunikasi dan koordinasi, maka perlu bantuan orang lain. karena kita tahu bahwa yang dibutuhkan organisasi ini adalah SUPERTIM bukan SUPERMAN. Kalau yang bekerja hanya sendirian tanpa meminta bantuan takkan ada yang mampu melaksanakannya. Satu tusuk lidi saja tidak mampu membersihkan tapi dengan kumpulan banyak lidi mampu membersihkan kotoran yang ada. Itulah organisasi yang baik satu sama lain saling berkomunikasi dan koordinasi dalam bekerja.
Komunikasi ini media untuk saling mengingatkan satu sama lain, apalagi dalam mengingatkan kebaikan. Hubungan interpersonal akan menjadi dekat dan baik jika jalinan komunikasi ini berjalan dengan lancar. Jika kita membayangkan seorang pemimpin tidak mau berkomunikasikan kepada staffnya, akan terjadi rasa diacuh atau tidak dipedulikan. Ini berakibat lama-lama akan meretakkan organisasi. Mungkin organisasi bisa berjalan dengan hanya seorang pemimpin yang melaksanakan sendirian tapi tanpa disadari hanya membuat fungsi organisasi rusak. Hal terburuk yang mungkin tercapai akan berguguran satu demi satu pengurus dan meninggalkan organisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Harun, Rochajat dan Sumarno AP (2006). Komunikasi Politik Sebagai Suatu Pengantar. Bandung : CV. Mandar Maju.
Hasan, Erliana (2005). Komunikasi Pemerintahan. Bandung : PT. Refika Aditama.
Mas’oed, Mochtar dan Colin McAndrews (1982). Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ndraha, Taliziduhu (2003). Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) jilid 2. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Widjaja, H.A.W (1986). Komunikasi (Komunikasi dan Hubungan Masyarakat). Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Suharto, Edi (2005). Analisis Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta

No comments:

Post a Comment

buku bimbingan

                                                                                                                                            ...

082126189815

Name

Email *

Message *