BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan sosial dengan
kata lain perubahan sosial merupakan gejala yang melekat disetiap kehidupan
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan yang terjadi dalam masyarakat
Indonesia, dimana pada masa lalu dalam kehidupan keluarga suami merupakan
tulang punggung dan mempunyai posisi yang dominan dalam berbagai urusan dalam
rumah tangga, termasuk juga dalam hal ekonomi keluarga, sehingga apabila suami
tidak bekerja maka suatu keluarga dalam ekonomi akan mengalami kesulitan.
Sedangkan dalam masyarakat modern saat ini posisi seorang suami tidak terlalu
dominan.
Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam mayarakat dapat diketahui
dengan cara membandingkan keadaan masyarakat pada waktu tertentu dengan keadaan
dimasa lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat akan
menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur yang ada pada masyarakat.
Sehingga akan mengubah sturktur dan fungsi dari unsur-unsur sosial masyarakat
tertentu.
Permasalahahan selanjutnya yang akan dibahas dalam hal ini adalah
modernisasi. Modernisasi merupakan persoalan-persoalan yang berhubungan erat
dengan pembagian aktivitas untuk mengisi waktu-waktu senggang dan sebagainya.
Awal proses modrenisasi biasanya berupa industrialisasi yang dampak negatifnya
dapat menimbulkan pengangguran, mulai pudarnya nilai dan norma serta upacara
tradisi pada masyarakat dan sebagainya.
Modernisasi pada hakekatnya atau dalam pelaksanaanya menggunakan
unsur-unsur yang datang dari masyarakat luar. Terkadang kita selalu keliru
dalam membedakan modernisasi debgab westernisasi. Sebetulnya yang membedakan
istilah tersebut adalah dalam prosesnya dimana modernisasi pada hakekatnya
menggunakan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berasal dari barat. Sedangkan
westernisasi adalah segala hal tata cara kehidupan kebarat-baratan.
Pada makalah ini
kami akan coba mengemukakan beberapa teori yang berkaitan dengan perubahan
sosial dan pembangunan. Kemudian setelah itu kami pun akan mencoba menganalisa
masalah dampak buruk internet serta solusi atas masalah itu.
B. Rumusan
Masalah
Adapun batasan masalah dalam
makalah ini adalah:
- Apa pengertian teori-teori pembangunan?
- Bagaimanakah teori-teori mengenai pembangunan ?
C.
Tujuan
Makalah inii dibuat dengan tujuan
sebagai berikut:
- Mengetahui pengertian dan ruang lingkup pembangunan
- Mengetahui tentang teori-teori pembangunan
BAB II
PEMBAHASAN
Teori-teori Pembangunan : Sebuah Analisis
Komparatif
Kemajuan ekonomi merupakan komponen utama pembangunan, tetapi bukan
satu-satunya komponen. Proses pembangunan harus mampu membawa umat manusia
melampaui pengutamaan materi dan aspek-aspek keuangan dari kehidupan
sehari-hari. Pembangunan harus difahami sebagai suatu proses yang
multidimensional, yang melibatkan segenap pengorganisasian dan peninjauan
kembali atas sistem-sistem ekonomi dan sosial secara keseluruhan. Selain
peningkatan pendapatan dan output, proses pembangunan itu juga berkenaan dengan
serangkaian perubahan yang bersifat mendasar atas struktur-struktur
kelembagaan, social, dan administrasi, sikap-sikap masyarakat dan bahkan
seringkali juga merambah adat-istiadat, kebiasaan, dan system kepercayaan yang
hidup dalam masyarakat yang
bersangkutan.
Lima teori utama yang menyoroti soal pembangunan, yang acapkali saling
bersaing satu sama lain mengenai sejarah terakhirdan evolusi intelektual
didalam pemikiran akedemik mengenai bagaimana dan mengapa pembangunan itu dapat
berlangsung, atau tidak dapat berlangsung.
A.
TEORI-TEORI
UTAMA PEMBANGUNAN EKONOMI : LIMA PENDEKATAN
Kepustakaan pembangunan ekonomi pasca perang dunia : oleh empat aliran
pemikiran yang bersaing satu sama lain. Keempat pendekatan iu adalah : (1)
model-model pertumbuhan- bertahap- linier (linear-stages-of-growt models); (2)
kelompok teori dan pola-pola perubahan structural (the structural
changetheories and patterns); (3) revolusi ketergantungan internasional
(international dependence revolution); (4) kontrarevolusi pasar bebas neoklasik
(neoclassical free-market counterrevolution). Selain empat pendekatan ini
muncul bibit-bibit baru untuk pendekatan yang kelima yaitu (5) pertumbuhan ekonomi
baru atau endogen (new or endogenous theory of economic growth).
Para teorisi
dasawarsa 1950-an dan 1960-an cenderung memandang proses pembangunan sebagai
serangkaian tahapan pertumbuhan ekonomi yang berurutan yang pasti akan dialami
oleh setiap Negara yang menjalankan pembangunan. Pada dasawarsa ini
pembangunannya diidentik dengan pertumbuhan ekonomi agregat secara cepat.
Pada dasawarsa 1970-an, pendekatan tahapan linier ini tergusur oleh dua
aliran pemikiran ekonomi (yang lebih berbau ideolis dari pada akademis).
Pemikiran yang pertama “menitikberatkan” pada teori dan pola perubahan
structural. Aliran pemikiran yang kedua adalah revolusi ketergantungan
internasional. Aliran ini bersifat radikal dan lebih berorientasi politik.
Revolusi ini memandang keterbelakangan Negara-negara berkembang sebagai akibat
pola hubungan kekuasaan internasional yang tidak adil, yang dalam menjalankan
oprasinya juga dibantu oleh segmen-segmen domestic tertentu. Perhatian utama
teori ini ditunjukkan pada pentingnya menyusun kebijakan baru untuk
menghapuskan kemiskinan secara total, menyediakan kesempatan kerja yang lebih
berfariasi, dan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan.
Sepanjang dasawarsa 1080-an, yang paling menonjol adalah pendekatan
keempat. Kontrarevolusi neoklasik dalam pemikiran ekonomi ini menekankan pada
peranan menguntungkan yang yang dimainkan oleh pasar-pasar bebas, perekonomian
terbuka, dan swastanisasi perusahaan-perusahaan milik pemerintah atau Negara
yang tidakefisien dan boros. Menurut teori ini kegagalan diakibatkan oleh terlalu banyaknya campur tangan dan regulasi
pemerintah dalam kehidupan perekonomian nasional.
Penghujung dasawarsa 1980-an dan awal dekade 1990-an, sejumlah kecil
ekonomi neoklasik dan institusional mulai mengembangkan pendekatan kelima.
Teori ini bermaksud menjelaskan mengapa meskipun konsep-konsep neoklasik
seperto pasar bebas dan otonomi sector swasta begitu gencar didengungkan, tapi
peran pemerintah dalam keseluruhan proses pembangunan masih tetap sangat besar.
B.
TEORI TAHAP LINIER
1.
Tahap – tahap Pertumbuhan Rostow
Politik perang dingin yang berkobar pada tahun 1950-an dan 1060-an yang
memicu persaingan sengit di kalangan Negara-negara besar untuk mencari pengikut
setia dikalangan Negara-negara yang baru saja merdeka, maka muncullah
model-model pertumbuhan ekonomi bertahap (stages-of-growth model of
development). Tokoh penganjur tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang terkenal
adalah W.W.Rostow, menurut beliau masyarakat mempunyai lima buah tahapan
ekonomi yang ada, yakni : tahap masyarakat tradisional, penyusunn kerangka
dasar tahap tinggal landas menuju pertumbuhan berkesinambungan yang berlangsung
secra otomtis, tahapan tinggal landas, tahap menuju kematangan ekonomi, dan
tahap konsumsi masal yang tinggi.
Adapun mekanisme perekonomian yang mengandalkan peningkatan investasi
demi mempercepat pertumbuhan ekonomi, dapt diterangkan dalam model pertumbuhan
harrod-Domar (harrod-domar growth model).
2.
Model Pertumbuhan Harrod-Domar
Setiap perekonomian harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian
tertentu dari pendapatan nasionalnyauntuk menambah atau menggantikan
barang-barang modal yang telah susut atau rusak, untuk memacu pertumbuhan
ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap
cadangan atau stok modal (capital
stock).
Agar bisa tumbuh dengan pesat, maka setiap perekonomian haruslah menabung
dan menginvestasikan sebanyak mungkin dari GNP nya. Semakin banyak ditabung dan
di investasikan maka semakin cepat tingkat pertumbuhannya. Akan tetapi, tingkat
pertumbuhan maksimal yang dapat dijangkau pada setiap tingkat tabungan dan
investasi amat tergantung kepada tingkat
produktivitas investasi tersebut.
3.
Kendala dan Batasan
Menurut Rostow langkah utama atau kunci untuk memacu pertumbuhan ekonoi
dan proses pembanunan adalah peningkatan total tabungan nasional dan investasi.
Hambatan utama atau kendala terhadap kemajuan pembangunan ekonomi, menurut
kelompok teori ini adalah relative terbatasnya peluang pembentukan modal-modal
baru apalagi dinegara miskin. Dalam rangka menciptakan kemajuan ekonomi
bersama, maka program pemberian bantuan teknis dan financial secara
besar-besaran seperti Marsha Plan harus diadakan lagi, kali ini khusus untuk
Negara-negara terbelakang di Dunia Ketiga.
4. Syarat-syarat yang Diperlukan dan yang Harus
Ada : Beberapa Kritik terhadap Model Pertumbuhan Bertahap
Gagasan-gagasan dasar tentang pembangunan yang terkandung dalam
teori-teori pertumbuhan bertahap tersebut tidak selalu berlaku. Alasan utama
tidak berlakunya teori tersebut bukan karena tabungan dan investasi tidak lagi
merupakan syarat penting bagi pemacuan pertumbuhan ekonomi, akan tetapi karena
dalam kenyataanya telah terbukti bahwa pengadaan tabungan dan investasi itu
saja belumlah syarat cukup untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Mengingat begitu
banyaknya kegagalan dan mulai munculnya ke kecewaan terhadap teori-teori
ekonomi pembangunan (terutama dikalangan kaum intelektual di Dunia Ketiga) maka
muncullah pendekatan yang lebih barudan radikal yang mencoba mengkombinasikan
factor-faktor ekonomi dan istitusional ke dalam suatu model system baru
mengenai kemajuan dan keterbelakangan internasional.
C.
MODEL PERUBAHAN STRUKTURAL
Model perubahan structural tersebut dalam analisisnya menggunakan
perangkat-perangkat neoklasik berupa konsep-konsep harga dan alokasi sumber
daya, serta metode-metode ekonometri untuk menjelaskan terjadinya proses
transformasi.
Aliran pendekatan perubahan stuktural ini didukung oleh W. Athur Lewis
(surplus tenaga kerja dua sektor) dan Hoilis B. chenery yang sangat terkenal
dengan analisis empirisnya tentang “pola-pola pembangunan”
1)
Teori Pembangunan Lewis
a. Model Dasar
Teori ini membahas proses pembangunan di Negara-negara dunia ketiga yang
mengalami kelebihan penawaran tenaga kerja selama akhir dasawarsa 1960-an dan
1970-an. Menurut model ini, peekonomian yang terbelakan terdiri dari dua
sector, yakni (1) sector tradisional, yaitu sector pedesaan subsistenyang
kelebihan penduduk dan ditandai dengan produktivitas marjinal tenaga kerja sama
dengan nol- merupakan situasi yang memungkinkan lewis untuk mendifinisikan
kondisi surplus tenaga kerja yang ditarik dari sector pertanian dan sector itu
tidak akan kehilangan outputnya sedikitpun.(2) sector industry perkotaan ,
modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat penampungan
tenaga kerja yang ditransfer sedikit demi sedikit dari sector sebstensi .
Perhatian utama dari model ini diarahkan pada terjadinya proses
pengalihan tenaga kerja, serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerpan
tenaga kerja di sector yang modern. Adapun laju atau kecepatan terjadi
perluasan tersebut ditentukan oleh tingkat investasi di bidang industry dan
akumulasi modal secara keseluruhan di sector modern.
b. Kritik terhadap model lewis
Tiga dari asumsi-asumsi lewis yang utama ternyata sama sekali tidak cocok
dengan kenyataan institusional dan ekonomis di sebagian besar Negara dunia
ketiga sekarang ini. Pertama, model ini secara implisit mengasumsikan bahwa
tingkat pengalihan tenaga kerjadan penciptaan kesempatan kerja di sector modern
pasti sebanding dengan tingkat akumlasi modal sector modern
Asumsi kedua,
yang sering dan patut dipersoalkan dari model tersebut adalah adanya dugaan
bahwa dipedesaan terjadi kelebihan tenaga kerja, sedangkan di daerah perkotaan
terjadipenyerapan factor-faktoe produsi secara optimal.
Asumsi ketiga, yaitu degaan tentang pasar tenaga kerja yang kompetitif
disektor modern akan menjamin keberadaan upah riil di perkotaan yang konstan
sampai pada suatu titik diman surplus penawaran tenaga kerja habis terpakai ,
tidak dapat diterima.
2)
Perubahan Structural dan Pola-Pola Pembangunan
Analisis
pola pembangunan memusatkan perhatiannya pada proses yang mengubah struktur
ekonomi, industry, dan kelembagaan secara bertahap pada suatu perekonomian yang
terbelakang, sehingga memungkinkan tampilnya industry-industri baru untuk
menggantikan kedudukan sector perekonomian sebagai penggerak roda pembangunan.
Pola ini
mensyaratkan bahwa selain akumulasi modal untuk pengadaan sumber daya fisik
maupun sumber daya manusia, diperlukan juga suatu rangkain perubahan yang
saling berkaitan dalam struktur perekonomian Negara yang bersangkutan demi
terselenggaranya transisi yang bersifat mendasar dari system ekonomi
tradisional ke system ekonomi modern.
D.
REVOLUSI KETERGANTUNGAN INTERNASIONAL
Model-model
ketergantungan internasional memandang Negara-negara Dunia Ketiga sebagai
korban kekuatan factor kelembagaan, politik, ekonomi, baik yang bersekala domestic
maupun internasional. Mereka semua telah terjebak galam ketergantungan dan
dominasi Negara-negara kaya.
1.
Model Ketergantungan Neokolonial
Model ini menghubungkan keberadaan dan
kelanggengan Dunia Ketiga kepada evolusi sejarah hubungan internasional yang
sama sekali tidak seimbang antara Negara-negara kaya dengan Negara-negara
miskin dalam suatu system kapitalis internasional.
2.
Model Paradigma Palsu
Model
ini menghubungkan keterbelakangan dunia ketiga dengan kesalahan dan
ketidaktepatan saran yang diberikan oleh para pengamat atau
“pakar”internasional yang bernaung dibawah lembaga-lembaga bantuan Negara maju
dan organisai-organisasi donor multinasional. Para pakar ini menawarkan
konsep-konsep yang serbah canggih, struktur teori yang bagus , dan model-model
ekonometrik yang serbah rumit tentang pembangunan yang dalam prakteknya
seringkali hanya menjurus kepada terciptanya kebijakan-kebijakan yang tidak
tepat guna atau bahkan melenceng sama sekali.
3.
Tesis Pembangunan-Dualisme
Dualisme (dualism) adalah sebuah konsep yang
dibahas secara luas dalam ilmu ekonomi pembangunan. Konsep ini menunjukkan
adanya jurang pemisah yang kian lama terus melebar antara Negara-negara kaya
dan miskin, serta diantara orang-orang kaya dan miskin pada berbagai tingkat
disetiap Negara. Konsep dualism ini terdapat 4 elemen kunci sebagai berikut :
Ø Di
setiap tempat dan konteks selalu saja ada sejumlah elemen “superior” &
“inferior”. Elemen tersebut hadir secara bersamaan dalam waktu dan tempat yang
sama.
Ø Koeksistensi
tersebut bukanlah suatu hal yang bersifat sementara atau transisional,
melainkan sesuatu yang bersifat baku, permanen atau kronis. Koeksistensi ini
juga bukan merupakan fenomena sesaat yang akan mengikis seiring dengan berlalunya
waktu.
Ø Kadar
superiorritas serta inferioritas dari masing-masing elemen tersebut bukan hanya
tidak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang, melainkan cenderung meningkat.
Ø Hubungan
saling keterkaitan antara elemen-elemen yang superior dengan elemen-elemen
lainnya yang inferior tersebut terbentuk dan berlangsung sedemikian rupa,
sehingga keberadaan elemen-elemen superior sangat sedikit atau sms sekali tidak
membawa manfaat untuk meningkatkan kedudukan elemen-elemen inferior.
E.
KONTRAREVOLUSI NEOKLASIK
1. Tantangan Bagi Pendekatan Statis: Pasar
Bebas, Pilihan Rasional, Dan Ramah Terhadap Pasar
Kontrarevolusi ini antara lain terwujud berupa aliran pemikiran
makroekonomi yang lebih mementingkan sisi penawaran, teori rasional ekspektasi,
gelombang swastanisai perusahaan-perusahaan milik Negara di Negara-negara maju,
serta munculnya himbauan yang sangat gencar bagi ditanggalkannya, paling tidak
sebagian, campur tangan pemerintah dalam perekonomian yang terwujud dalam
berbagai bentuk , seperti kepemilikan perusahan-perusahaan milik pemerintah,
perencanaan secara ekstensif atas perekonomian nasional, dan regulasi terhadap
aneka kegiatan di Negara-negara yang sedang berkembang.
Tantangan neoklasik terhadap pembangunan yang ortodoks dapat dipilah
menjadi 3 komponen, yakni: pendekatan pasar bebas, pendekatan pilihan rasional,
serta pendekatan ramah terhadap pasar. Pasar bebas hadir dan beroprasi secara
penuh, pelaksanaan swastanisasi perusahaan milik pemerintah, promosi
perdagangan bebas dan pengembangan ekspor, menarik para investasi asing.
Analisa Pasar Bebas, menyatakan bahwa pasar-pasar itu sendiri sudah dan
selalu efisien, pasar produk dapat memberikan sinyal terbaik tentang investasi
apa yang harus digarap dan kegiatan apa sja yang layak di garap. Pendekatan”ramah
terhadap pasar” merupakan varians terbaru dari kontrarevolusi neoklasik, yang
terutama dikembangkan oleh Bank Dunia dan para ekonomnya.
2.
Teori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional (“Lama”)
Argument pasar bebas neoklasik adalah keyakinan bahwasanya liberalisasi
(pembukaan) pasar-pasar nasional akan merangsang investasi, baik itu investasi
domestic maupun luar negri. Model pertumbuhan neoklasik solow merupakan pilar
yang sangat mewarnai teori pertumbuhan neoklasik. Pada intinyamodel ini
merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar, dengan menambahkan factor
kedua, yakni tenaga kerja serta memperkenalkan variable independen. Ketiga
yakni teknologi, ke dalam persamaan pertumbuhan.
Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional (“Lama”), pertumbuhan
output itu selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga factor: kenaikan
kuantitas dan kualitas tenaga kerja, penambahan modal, serta penyempurnaan
teknologi.
F.
TEORI PERTUMBUHAN YANG BARU
1. Motivasi untuk Memunculkan Teori
Pertumbuhan yang Baru
Lemahnya kinerja teori-teori neoklasik dalam usahanya melacak
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang menimbulkan rasa tidak puas
terhadap teori-teori tradisional itu. Teori neoklasik berpendapat bahwasanya
sebagian besar pertumbuhan ekonomi tersebut bersumber dari hal-hal yang
bersifat “eksogen” atau proses-proses kemajuan tekhnologi yang sepenuhnya
independen. Namun pendapat tersebut mengalami dua kelemahan yang bersifat cukup
mendasar.
Pertama, berdasarkan kerangka analisis neoklasik, kita tidak mungkin
menganalisis determinan-determinan (berbagai factor penyebab) kemajuan
tekhnologi karena hal itu terlanjur dinyatakan independent atau terpisah sama
sekali dari keputusan para pelaku ekonomi. Kedua, teori ini gagal untuk
menjelaskan perbedaan yangbegitu mencolok atas residua tau sisa pertumbuhan
diantara Negara-negara yang tingkat kemajuan tekhnologisnya setara. Itu berarti
teori tersebut memaksakan dibangunya suatu keyakinan atas dasr proses-proses
eksternal yang kurang dipahami dengan baik. Sebagai akibatnya, cukup banyak
pernyataan yang dirumuskannya tidak memiliki dukungan teoritis maupun empiris.
Pendekatan ini membuat pendekatan baru
yaitu konsep pertumbuhan endogen (endogenous growth) atau secara sederhana disebut
teori pertumbuhan baru.
2.
Pertumbuhan endogen
Model-model pertumbuhan endogen menyatakan
bahwa pertumbuhan GNP itu sebernya merupakan suatu konsekwensi alamiah atas
adanya ekuilibrium jangka panjang. Motivasi pokok tumbuhnya teori ini adalah
untuk menjelaskan ketimpangan pertumbuhan ekonomi antarnegara. Pertumbuhan
endogen berusaha menjelaskan berbagi factor yang menentukan besar kecilnya µ,
tingkat pertumbuhan GDP yang sebelumnya memang belum ditelaah dalam persamaan
[ertumbuhan neoklasik solow, hal itu hanya dinyatakan sebagai suatu yang
bersifat eksogen (residu solow).
G. TEORI-TEORI PEMBANGUNAN: USAHA MEMPERTEMUKAN
BERBAGAI PERBEDAAN
Masing-masing pendekatan memiliki keungulan dan kelemahannya sendiri,
namun kenyataan akan masih adanya kontroversi, baik itu secara idealogis.
Teoritis, maupun empiris. Justru menjadi bidang studi tersebut semakin
menantang dan memikat. Ilmu ekonomi pembangunan tidak memiliki
doktrin-doktrin atau paradigm baku yang
telah diterima secara universal.
Meskipun masih dalam taraf formatif atau pemantapan, teori pertumbuhan
yang baru juga telah menyodorkan konsep-konsep penting, terutama fokusnya
mengenai sumber-sumber pertumbuhan ekonomi endogen, yang memungkinkan kita
untuk lebih memahami divergensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang antar
Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang. Model pertumbuhan endogen
telah memodifikasi dan mengembangkan sendiri asumsi-asumsinya sehingga tidak
lagi bias disamakan dengan asumsi-asumsi yang masih dianut oleh teoripertumbuhan
tradisional.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kemajuan ekonomi merupakan komponen utama pembangunan, tetapi bukan
satu-satunya komponen. Proses pembangunan harus mampu membawa umat manusia
melampaui pengutamaan materi dan aspek-aspek keuangan dari kehidupan
sehari-hari. Pembangunan harus difahami sebagai suatu proses yang
multidimensional, yang melibatkan segenap pengorganisasian dan peninjauan
kembali atas sistem-sistem ekonomi dan sosial secara keseluruhan. Selain
peningkatan pendapatan dan output, proses pembangunan itu juga berkenaan dengan
serangkaian perubahan yang bersifat mendasar atas struktur-struktur
kelembagaan, social, dan administrasi, sikap-sikap masyarakat dan bahkan
seringkali juga merambah adat-istiadat, kebiasaan, dan system kepercayaan yang
hidup dalam masyarakat yang
bersangkutan.
Lima teori utama yang menyoroti soal pembangunan, yang acapkali saling
bersaing satu sama lain mengenai sejarah terakhirdan evolusi intelektual
didalam pemikiran akedemik mengenai bagaimana dan mengapa pembangunan itu dapat
berlangsung, atau tidak dapat berlangsung.
Masing-masing pendekatan memiliki keungulan dan kelemahannya sendiri,
namun kenyataan akan masih adanya kontroversi, baik itu secara idealogis.
Teoritis, maupun empiris. Justru menjadi bidang studi tersebut semakin
menantang dan memikat. Ilmu ekonomi pembangunan tidak memiliki
doktrin-doktrin atau paradigm baku yang
telah diterima secara universal.
DAFTAR
PUSTAKA
Suryana.2000.Ekonomi
pembangunan problematika dan pendekatan,Jakarta:Salemba Empat
Sukirno
Sadono.1985.Ekonomi Pembangunan : Proses,masalah dan dasar kebijaksanaan.Jakarta:
FE UI
Hasibuan Malayu
SP.1987.Ekonomi Pembangunan dan perekonomian Indonesia.Bandung:Armiko
Todarao
Michael,Smith Stephen.2004.Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga ,Edisi
Kedelapan.Jakarta:PT Gelora aksara Pratama.
http:://pertumbuhan-ekonomi-tahap
perkembangan ( blogspot ).com ( di akses pada tanggal 20 Feb 2013 )
artikelnya sangat bermanfaat, jangan lupa kunjungi juga teori pembangunan menerut ekonom klasik dibawah yah
ReplyDelete1. Teori Pembangunan Adam Smith
2. Teori Pembangunan David Ricardo
3. Teori Pembangunan Malthus
4. Teori Pembangunan John Stuart Mill
5. Teori Pembangunan Karl Marx