Sunday, October 23, 2016

PEMBERDAYAAN PETERNAK SAPI OLEH DINAS PETERNAKAN DI KELURAHAN MARIYAI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT



 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Negara Indonesia adalah Negara Agraris yang memiliki wilayah daratan dengan yang sangat luas dan sangat berpotensi untuk dikembangkan. Seperti dalam UUD 1945 menyatakan bahwa Tanah, air, dan Udara yang menyangkut “hajat hidup orang banyak” dikuasai oleh Negara. (Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid, MA 2003: 44).1[1]
Peternakan sebagai bagian integral dari sektor pertanian mempunyai posisi strategis yang berpihak kepada masyarakat luas dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta perluasan kesempatan kerja, penciptaan lapangan usaha dan pertumbuhan baru.
Berdasarkan jenis sumber daya hewan yang dibudidayakan peternakan dibedakan menjadi tiga, yaitu peternakan hewan besar, kecil dan unggas.


1).        Ternak Besar.
            Hewan ternak besar yang sangat potensial untuk dibudidayakan adalah sapi. Jenis sapi yang  biasa diupayakan penduduk terdiri atas dua jenis, yaitu sapi potong dan sapi perah. Pembudidayaan atau ternak sapi potong banyak dijumpai di Jawa Timur, dan Nusa Tenggara,
sedangakan daerah persebaran ternak sapi perah antara lain Lembang (Jawa Barat), Boyolali (Jawa Tengah), dan Grati (Jawa Timur). Daerah yang paling cocok untuk pemeliharan sapi perah adalah di kawasan pegunungan dan dataran tinggi. Hal ini sangat berkaitan dengan salah satu syarat hidupnya yaitu suhu yang sejuk. Sebagian besar system peternakan sapi yang dilaksanakan di Nusa Tenggara Timur dilakukan dengan cara dibiarkan berkeliaran secara bebas di kawasan padang rumput hanya sewaktu-waktu saja dikandangkan. Dari ternak ini dapat dihasilkan antara lain daging, susu, kulit dan tanduk.
2).        Ternak Kecil
            Ternak kecil terdiri atas jenis hewan domba (biri-biri), kambing, dan kelinci. Usaha pemeliharan domba atau kambing ditemui hampir di seluruh wilayah tanah air, walaupun dalam skala kecil. Di wilayah perdesaan banyak penduduk yang memelihara hewan ini sebagai usaha sampingan pertanian. Ada dua cara pemeliharaan kambing yang umum dilakukan penduduk, yaitu melalui system penggembalaan di kawasan tegalan atau dengan cara dikurung di kandang, hanya sewaktu-waktu dilepas atau digembalakan. Selain dimanfaatkan dagingnya untuk konsumsi masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani, manfaat yang dapat diambil dari pemeliharaan kambing adalah kulit, susu, bulu domba adalah bahan baku kain wool yang relative mahal harganya. Misalnya, bulu biri-biri merino yang sangat terkenal karena sangat tebal dan berkualitas tinggi. Ternak babi banyak diupayakan penduduk di daerah Bali, Nusa Tenggara Timur, Papua, Tapanuli, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Adapun hewan kelinci biasa diupayakan penduduk yang tinggal di wilayah dataran tinggi, karena hewan ini sangat cocok hidup di wilayah sejuk.
3).        Ternak Unggas
            Unggas merupakan kelompok hewan yang bersayap. Beberapa jenis hewan unggas, seperti ayam, itik, bebek, angsa, serta burung banyak diternakan oleh penduduk, baik dalam skala kecil dan sederhana, serta diperuntukkan bagi pemenuhan keperluan keluarga, maupun yang diupayakan secara profesional dengan teknologi peternakan yang moderen. Beberapa jenis komoditas peternakan unggulan antara lain :
·         Itik alabio, dipelihara sebagai ayam pedaging;
·         Ayam ras leghorn, dipelihara sebagai ayam petelor; dan
·         Ayam buras (bukan ra[2]s) atau ayam kampung1
   Pembangunan peternakan turut berkontribusi dalam pembangunan daerah (seperti struktur ekonomi Provinsi Papua Barat triwulan 1-2014 didominasi oleh sector industry pengolahan sebesar 53,00 persen; sector pertanian sebesar 11,65 persen; dan sector bangunan sebesar 8,66 persen) dan pembangunan perdesaan; mendukung ketahanan sumberdaya alam dan lingkungan. Namun, pembangunan peternakan tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri tetapi harus bersinergi secara harmonis dengan mengikutsertakan seluruh pemangku terkait baik petani/kelompok tani, koperasi maupun masyarakat, dunia usaha, akademisi dan juga pemerintah. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging secara nasional, masih harus dilakukan impor kecenderungan semakin meningkat dan diikuti menurunnya populasi sapi potong.
Dalam pengembangan system dan usaha agribisnis peternakan. Peternak merupakan kekuatan kunci sehingga prioritas perhatian dalam pengembangan agribisnis adalah serangkaian upaya memampukan peternak agar berdaya mengelola usahanya secara berkelanjutan dan mampu memberikan sumber kesejahteraan keluarga sepanjang tahun. Upaya memampukan peternak yang dimaksud harus pula dalam kerangka penyelenggaraan pembangunan ekonomi daerah dengan pemanfaatan kekuatan domestik melalui pertumbuhan partisipasi seluas-luasnya.
Usaha peningkatan produktivitas terkait langsung dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan peternak beserta keluarganya. Peningkatan fasilitas untuk mendorong peningkatan kemampuan individu peternak (melalui sistem kebersamaan ekonomi). Kelembagaan ekonomi peternak. Peningkatan pendapatan harus ditempuh dengan pendekatan multiusaha (diversifikasi) yang terintegrasi (karena lahan petani sempit), bukan sebatas diversifikasi yang mengurangi resiko usaha pertanian melainkan yang saling terintegrasi dan bersinergi. Dalam artian pengembangan system dan usaha agribisnis berbasis peternakan sebagai usaha pokok disertai berbagai cabang usaha tani yang sesuai mengarah kepada pendapatan petani yang terdiversifikasi sepanjang tahun.
Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah, pendekatan mekanisme pemberdayaan masyarakat dengan peningkatan peran dan partisipasi masyarakat sebesar-besarnya melalui kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) telah dirancang pemerintah sejak lima tahun yang lalu. Sesuai dengan perkembangan dalam pelaksanaannya, pendekatannya pun telah mengalami penyesuaian dari Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) dan saat ini menjadi penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK).1[3]
Berbagai program kegiatan pada Dinas Peternakan Kabupaten Sorong Pronvisi Papua Barat Tahun 2013 ini, salah satu program peningkatan produksi peternakan dengan kegiatannya pemberdayaan masyarakat peternak Papua dengan sumber dana otonomi khusus. Untuk melengkapi pengetahuan bagi peternak sapi, maka diadakan kegiatan pelatihan ini, dengan harapan peternak yang sudah pernah memiliki pengetahuan tentang cara beternak bisa lebih ditingkatkan, sedangkan yang baru pertama kali mengikuti untuk bisa lebih menambah pengetahuannya.
  Kegiatan pelatihan ini akan dibagi menjadi dua bagian, yakni melalui teori dan berikutnya ada kegiatan praktek lapangan. Dalam praktek lapangan nanti diharapkan bisa melihat langsung bagaimana cara beternak yang baik.
Bagi perwakilan peternak Kabupaten Sorong mempunyai misi sebagai Kabupaten termuka dalam bidang peternakan di Provinsi Papua Barat dimana  populasi ternak sapi di daerah ini memperoleh urutan kedua terbanyak setelah Kabupaten Manokwari karena komoditas unggulan Kabupaten Sorong adalah ternak sapi, maka diharapkan dengan penyerahan ternak tersebut dapat dikembangkan dengan baik dalam pengembangan ternak ini di waktu-waktu yang akan datang.
  Pemberian bantuan ternak sapi bagi masyarakat papua peternak sapi sebanyak 100 ekor yang terdiri dari 17 ekor sapi jantan dan 83 ekor sapi betina, jelasnya usai pelaksanaan kegiatan pelatihan peternakan “Budi daya ternak sapi potong”. Bantuan ini disalurkan melalui dana Otsus tahun 2015 pada 5 distrik yakni Distrik Aimas, Mariat, Klamono, Sayosa dan Distrik Klabot yang masing-masing distrik memiliki 5 kelompok. Sistim pembagiannya dibagi sesuai aturan, maka masing-masing kelompok dan kepala keluarga diberikan 1 ekor betina dan jantannya disesuaikan agar bisa berkembangbiak. Dari sekian banyak bantuan sapi yang telah diberikan pemerintah daerah kepada warga masyarakat asli Papua selama ini, ada beberapa warga yang sudah berhasil dalam mengembangkan ternak sapinya, akan tetapi ada juga yang tidak berhasil karena tergoda untuk menjualnya sehingga sebagai peternak sapi dapat dikatakan gagal.1[4]
     Sesuai dengan program Dinas Peternakan Kabupaten Sorong bukan hanya dari dana otonomi khusus sebagaimana diatur dalam UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus untuk menopang atau berswasembada pada wilayah lainnya.3 Kabupaten Sorong sudah menjadi sumber pembibitan ternak sapi bagi Papua Barat, karena komoditas ternak sapi ini sudah menjadi ternak unggulan, sehingga Kabupaten Sorong bisa mendapat bantuan dari direktif presiden, meskipun pada awalnya hanya daerah Fak-fak, Kebar dan Manokwari dan pada akhirnya bantuan diberikan juga pada Kabupaten Sorong, karena melihat daerah hamparannya yang luas dan strategis untuk menjangkau dan menyumbang kebutuhan-kebutuhan disekitarnya.1[5]
         Berdasarkan uraian data yang ditemukakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PEMBERDAYAAN PETERNAK SAPI OLEH DINAS PETERNAKAN DI KELURAHAN MARIYAI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT”


[1]  Rasyid, Ryaas, Otonomi Daerah, Yogyakarta, 2003, hlm.44
[3] http://www.papuabaratprov.go.id, diakses 29 november 2015, jam 22.10 WIB

[4] http://www.sorongkab.go.id, diakses 29 november 2015, jam 22.30 WIB

[5] Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus

No comments:

Post a Comment

buku bimbingan

                                                                                                                                            ...

082126189815

Name

Email *

Message *