Tuesday, April 3, 2018

MAKALAH SOSIOLOGI



BAB  I
PENDAHULUAN


1.1              LATAR BELAKANG

Dalam suatu kajian dalam sosiologi ada beberapa yang harus disoroti sebagai ilmu, guna mengetahui bagaimana tingkat perkembangan manusia, mulai dari kelahiran sampai dia bersosialisasi dalam masyarakat. Manusia, masyarakat dan lingkungan merupakan fokus kajian sosiologi yang dituangkan dalam kepingan tema utama sosiologi dari masa kemasa. Masyarakat terdiri dari beragam kelompok-kelompok orang yang ciri-ciri pembedanya bisa berupa warna kulit, tinggi badan, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, kepercayaan agama atau politik, pendapatan atau pendidikan. Pembedaan ini sering kali dilakukan bahkan mungkin diperlukan.Mengungkap hubungan luar biasa antara keseharian yang dijalani oleh seseorang dan perubahan serta pengaruh yang ditimbulkannya pada masyarakat tempat dia hidup, dan bahkan kepada dunia secara global. Banyak sekali sub kajian dan istilah dalam sosiologi yang membahas perihal tentang, manusia, masyarakat dan lingkungan, salah satunya adalah stratifikasi sosial.

Manusia terdiri dari individu-individu. Individu-individu tersebut terdiri dari berbagai latar belakang yang akan  membentuk suatu  kumpulan masyarakat heterogen. Seperti yang kita ketahui bahwa setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam  masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan  yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Gejala tersebut menimbulkan  lapisan masyarakatl yang merupakan  pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda beda.

Contoh lain dalam  masyarakat di mana kita tinggal, kita dapat menjumpai orang-orang yang termasuk golongan kaya, sedang, dan miskin .Hal ini menjadi salah satu penyebab timbulnya perbedaan- perbedaan. Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial secara umum dapat diartikan sebagai pembedaan atau pengelompokan anggota masyarakat secara vertikal. Stratifikasi sosial merupakan gejala sosial yang sifatnya umum pada setiap masyarakat. Bahkan pada zaman Yunani Kuno, Aristoteles (384–322 SM) telah menyatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara selalu terdapat tiga unsur, yaitu  mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.. Penggolongan tersebut menunjukkan bahwa di dalam masyarakat terdapat tingkatan-tingkatan yang membedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain.
 



1.2              RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut, maka penulis akan membahas
1. Apa itu stratifikasi sosial ?
2. Bagaimana timbulnya lapisan masyarakat ?
3. Mengapa ada  stratifikasi sosial?
4. Bagaimana stratifikasi sosial di Kampung Cikadondong?
5. Apa dampak dari adanya stratifikasi sosial?


1.3              TUJUAN

Tujuan penulis untuk menyusun makalah ini ialah
1.    Untuk mengetahui stratifikasi sosial di Kampung Cikadondong.
2.    Untuk mengetahui kedudukan sosial dan peranan sosial yang ada di Kampung             Cikadondong.
3.    Untuk mempelajari bagaimana cara menyikapi stratifikasi sosial yang ada di        kehidupan  masyarakat.

1.4       MANFAAT

            Manfaat yang dapat di ambil dalam makalah ini adalah
1.      Dapat mengetahui ilmu sosiologi tentang stratifikasi sosial lebih jauh lagi.
2.      Dapat mengetahui keadaan sosial di Kampung Cikadondong.
3.      Dapat mengetahui dampak dari adanya stratifikasi sosial di kehidupan masyarakat.


BAB II
TEORI

2.1       PENGERTIAN LAPISAN MASYARAKAT(STRATIFIKASI SOSIAL)
Menurut Pitirim A.Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat. Pitirim A.Sorokin juga mengatakan bahwa lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur. Lapisan-lapisan kelas secara bertingkat dapat di bedakan menjadi tiga unsur, yaitu kelas atas, menengah, dan kelas bawah. Golongan yang berada dalam kelas atas adalah golongan yang memiliki banyak uang, kekuasaan, dan mungkin juga kehormatan.
            Bentuk-bentuk lapisan masyarakat berbeda-beda dan banyak sekali. Lapisan-lapisan tersebut tetap ada sekalipun dalam masyarakat kapitalistis, demokratis, komunistis, dan lain sebagainya. Lapisan  masyarakat tadi mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama di dalam  suatu organisasi bersama. Misalnya pada masyarakat-masyarakat yang bertaraf kebudayaan masih bersahaja. Lapisan  masyarakat mula-mula di dasarkan pada perbedaan seks, perbedaan antara pemimpin dengan yang di pimpin, golongan budak dan bukan budak, pembagian kerja, dan bahkan juga suatu perbedaan berdasarkan kekayaan.
Lapisan masyarakat memiliki banyak bentuk-bentuk kongkrit. Akan tetapi, secara prinsipil bentuk-bentuk tersebut dapat di klasifikasikan ke dalam tiga macam kelas yaitu yang ekonomis, politis, dan yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya, ketiga bentuk kelompok tadi mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainya, di mana terjadi saling mempengaruhi. Misalnya, mereka yang termasuk ke dalam suatu lapisan atas dasar ukuran politis biasanya juga merupakan orang-orang yang menduduki suatu lapisan tertentu atas dasar ekonomis. Dimikian pula mereka yang kaya biasanya menempati jabatan-jabatan yang senantiasa penting. Akan tetapi hal itu tergantung pada sistem nilai yang berlaku serta berkembang dalam masyarakat bersangkutan.


2.2       TERJADINYA LAPISAN MASYARAKAT
Sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Akan tetapi, ada pula yang dengan sengaja di susun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan, kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.
Secara teoritis, semua manusia di anggap sederajat. Akan  tetapi, sesuai dengan kenyataan  hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah dimikian. Perbedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.
Pedoman berikut untuk meneliti pokok-pokok terjadinya proses lapisan dalam masyarakat.
1.     Pada sistem pertentangan yang ada dalam masyarakat, sistem dimikian hanya mempunyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi  objek penyelidikan.
2.      Sistem lapisan dapat di analisis dalam arti-arti sebagai berikut.
a.  Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti penghasilan, kekayaan, dan keselamataan.
b.  Sistem pertanggaan yang di ciptakan oleh para warga masyarakat.
c. Kriteria sistem pertentengan dapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, dan wewenang atau kekuasaan.
d.  Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi.
e.  Mudah sukarnya bertukar kedudukan.
f.  Solidaritas di antara individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat seperti:
·  Pola-pola interaksi (struktur klik,keanggotaan organisasi, perkawinan dan sebagainya).
·  Kesamaan atau ketidaksamaan sistem percayaan, sikap dan nilai-nilai.
·  Kesadaran akan kedudukan masing-masing.
·  Aktifitas sebagai organ kolektif.

Sistem lapisan masyarakat yang dengan sengaja di susun untuk mengajar suatu tujuan bersama. Hal itu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti pemerintah, prusahaan, partai politik, angkatan bersenjata atau perkumpulan.kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam sistem lapisan. Unsur tersebut memepunyai sifat yang lain dari uang, tanah, benda-benda ekonomis, ilmu pengetahuan, atau kehormatan.
Akan tetapi, apabila suatu masyarakat hendak hidup dengan teratur, kekuasaan dan wewenang  yang ada harus di bagi dengan teratur pula sehingga jelas bagi setiap orang di tempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang dalam organisasi, secara vertikal dan horizontal. Apabila kekuasaan dan wewenang tidak di bagi secara teratur, kemungkinan besar sekali akan terjadi pertentangan-pertentangan yang dapat membahayakan keutuhan masyarakat.

2.3       SIFAT SISTEM LAPISAN MASYARAKAT
            Sifat sistem lapisan di dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social stratification) dan terbuka (open social stratification). Sistem lapisan yang bersifat tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah. Di dalam sistem demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Sebaliknya di dalam sistem terbuka, setiap masyarakat mempunyai  kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau, bagi mereka yang tidak beruntung jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan dibawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk di jadikan landasan pembagunan masyarakat dari pada sistem yang tertutup.

2.4       KELAS-KELAS DALAM MASYARAKAT (SOCIAL CLASSES)
   Kelas sosial adalah semua  orang dan keluarga  yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu di ketahui serta di akui oleh masyarakat umum.
            Ada beberapa pendapat tentang kelas sosial, yaitu:
·      Kurt.B.Mayer, istilah kelas sosial hanya di pergunakan untuk lapisan yang bersandarkan atas unsur-unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan kemasyarakatan di namakan kelompok kedudukan (status group).
·      Max Weber, membuat perbedaan antara dasar-dasar ekonomis dan dasar-dasar kedudukan sosial, dan tetap menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis di baginya lagi dalam kelas yang bersandarkan atas pemilikan tanah dan benda-benda, sarta kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dan menggunakan kecakapanya. Adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus  dari masyarakat dan di namakan stand.
·      Joseph Schumpeter, terbentuknya kelas dalam masyarakat di perlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata, akan tetapi makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainya hanya dapat di mengerti dengan benar apabila di ketahui riwayat terjadinya.

Definisi lain dari kelas adalah berdasarkan beberapa kriteria tradisional, yaitu:
1.      Besar jumlah anggotanya,
2.      Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya,
3.      Kelanggengan,
4.      Tanda/lambang-lambang yang merupakan ciri khas,
5.      Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu terhadap kelompok lain),
6.      Antagonisme tertentu.
Sehubungan dengan kriteria tersebut di atas, kelas menyediakan kesempatan atau fasilitas-fasilitas hidup tertentu. ( life chances ) bagi anggotanya.

2.5       DASAR LAPISAN MASYARAKAT
            Di antara lapisan  teratas dengan lapisan  terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan teratas tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang di hargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukan yang tinggi itu bersifat komulatif. Artinya mereka yang mempunyai banyak uang akan mudah sekali dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan, kekuasaan, dan mungkin juga kehormatan.
            Kriteria-kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan adalah:
1.      Ukuran kekayaan, yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan paling atas
2.     Ukuran kekuasaan, yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan atasan
3.      Ukuran kehormatan, orang yang paling di segani dan dihormati mendapat tempat yang teratas. Ukuran ini dijumpai di masyarakat masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa
4.      Ukuran ilmu  pengetahuan, ukuran ini terkadang menyebabkan akibat yang negatif karena bukan mutu pengetahuannya yang di lihat melainkan gelar kesarjanaannya.


2.6       UNSUR-UNSUR LAPISAN MASYARAKAT
            Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah kedudukan ( status ) dan peranan ( role ). Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur  dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antar individu-individu tersebut. Dalam hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan peranan individu mempunyai arti yang penting karena langgengnya masyarakat tergantung pada keseimbangan kepentingan-kepentingan individu termaksud. Untuk gambaran yang agak lebih mendalam, kedua hal tersebut akan dibicarakan.

1.      Kedudukan ( status ).
Kadang-kadang di bedakan antara pengertian kedudukan ( status ) dengan kedudukan sosial ( social status ). Kedudukan di artikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial diartikan adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu.

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan yaitu sebagai berikut:
1. Ascribed Status
·         Kedudukan yang diperoleh berdasarkan keturunan, kelahiran
·         Masyarakat tidak dapat memilih
·         Bukan berdasar pada kemampuan
2. Achieved Status
·         Kedudukan yang diperoleh berdasarkan usaha yang sengaja
·         Berdasarkan pada kemampuan

3.Assigned Status
·         Kedudukan yang diberikan
·         Berdasarkan jasa seseorang yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat

2.      Peranan ( role )
Peranan ( role ) merupakan aspek dinamis kedudukan ( status). Apabila seseorang meleksanakan hak dan kewajibanya sesuai dengan kedudukanya, dia menjankan suatu peranan. Pembeda antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.keduanya tidak dapat di pisah-pisahkan karena yyang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sabagai mana halnya dalam kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang perbuatnya bagi masyarakat serta kesempata-kesempatan apa yang di berikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karna ia mengatur prilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batass-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbutan orang lain hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan juga di atur oleh norma-norma yang berlaku.
                         Peranan yang melekat pada seseorang harus di bedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat yaitu social position merupakan unsur statis yang menunjukan tepat individu pada organisasi masyarakat.
          Peranan mencakup tiga hal, yaitu nsebagai berikut;
a.  Peranan meliputi norma-norma yang di hubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat di lakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat di katakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.


2.7       LAPISAN YANG SENGAJA DISUSUN
            Di mana telah diterangkan bahwa ada lapisan yang sengaja disusun, dalam suatu organisasi formal oleh mereka yang berwenang untuk itu. Secara panjang lebar hal itu disusun oleh Chester F. Barnard dalam karangannya yang berjudul The Function of Status Sistem. Menurut Barnard, sistem pembagian kedudukan pada pokoknya diperlukan secara mutlak agar organisasi dapat bergerak secara teratur untuk mencapai tujuan yang di niatkan oleh para penciptanya.
            Sistem kedudukan dalam organisasi formal timbul karena perbedaan-perbedaan kebutuhan, kepentingan, dan kemampuan individual yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Perbedaan kemampuan individu. Kemampuan khusus yang di miliki seseorang dan di akui oleh masyarakat menyebabkan yang bersangkutan memiliki kedudukan tertentu.
2. Perbedaan-perbedaan yang menyangkut kesukaran-kesukaran untuk melakukan bermacam-macam jenis pekerjaan.
3. Perbedaan kepentingan masing-masing jenis pekerjaan.
4. Keinginan pada kedudukan yang formal sebagai alat sosial atau alat organisasi.
5. Kebutuhan akan perlindungan bagi seseorang.


2.8       MOBILITAS SOSIAL ( SOCIAL  MOBILITY )

1. Pengertian Umum dan jenis-jenis Gerak Sosial
            Gerak  sosial atau social mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial ( social strukture ) yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencangkup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
 Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua yaitu, gerak sosial horizontal dan gerak sosial vertikal. Gerak sosial harizontal merupakan peraliahan individu atau objek-objek sosial lainnya yang sederajat. Contohnya adalah seseorang yang beralih kewarganegaraan beralih pekerjaan yang sederajat atau mungkin juga peralihan, atau gerak objek-objek sosial. Gerak sosial vertikal adalah sebagai perpidahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan  sosial ke kedudukan yang lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu yang naik ( social climbing ) dan yang turun ( social sinking ).
- Gerak sosial vertikal naik mempunyai dua bentuk utama yaitu:
a.       Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan tersebut telah ada.
b.      Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian di tempatkan pada derajat yang lebih tinggi, dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.

- Gerak sosial vertikal yang menurun mempunyai dua bentuk utama yaitu:
a.     Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya.
b.      Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.

2. Tujuan Penelitian Gerak Sosial
            Para sosiologi meneliti gerak sosial untuk mendapatkan keterangan-keterangan perihal keteraturan dan kekuasaan struktur sosial. Para sosiologi  mempunyai perhatian yang khusus terhadap kesulitan-kesulitan yang secara relatif di dalami oleh individu-individu dan kelompok-kelompok sosial dalam mendapatkan kedudukan yang terpandang oleh masyarakat dan yang merupakan objek dari  suatu persaingan.
            Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak di capai, tergantung pada usaha dan kemampuan si individu. Memang benar bahwa anak seorang pengusaha misalnya mempunyai peluang yang lebih baik dan lebih besar dari pada anak seorang tukang sapu jalan. Akan tetapi, kedudukan dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi anak tukang sapu untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan yang semula di punyainya. Bahkan sebaliknya, sifat terbuka dalam sistem lapisan dapat mendorong dirinya untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi dan lebih terpandang dalam masyarakat,. Namun, kenyataanya tidak seideal itu. Dalam masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitan-kesulitan, misalnya birokrasi, biaya, kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat,dan lain sebagainya.

3. Beberapa Prinsip Umum Gerak Sosial Yang Vertikal
            Gerak sosial horizontal seperti pindah pekerjaan yang sederajat, perpindahan penduduk
( urbanisasi, transmigrasi, dan lain sebagainya ), bukan di bicarakan dengan panjang lebar. Bukan karena sengaja terebut tidak penting,  tetapi karena gerak sosial vertikal lebih penting untuk dijadikan landasan bagi pembangunan. Prinsip-prinsip umum yang sangat penting bagi gerak sosial vertikal adalah sebagai berikut:
a.       Hampir tak ada masyarakat yang sifat sistem lapisan mutlak tertutup, dimana sama sekali tak ada gerak sosial yang vertikal.
b.      Berapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin gerak sosial yang vertikal dilakukan dengan yang sebebas-bebasnya. Paling tidak banyak akan ada hambatan-hambatan. Apabila proses gerak sosial termasuk dapat dilakukan dengan sebebas-bebasnya, tak mungkin ada stratifikasi sosial yang menjadi ciri tetap dan umum dari setiap masyarakat.
c.       Gerak sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tak ada. Setiap masyarakat mempunyai ciri-ciri sendiri bagi gerak sosialnya yang vertikal.
d.      Laju gerak sosial vertikal yang di sebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik, serta pekerjaan berbeda.
e.       Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal yang di bedakan faktor-faktor ekonomis, politik dan pekerjaan, tak ada kecendrungan yang kontinu perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial

4. Saluran Gerak Sosial Vertikal
            Menurut Paritim A. Sorokin, gerak sosial vertikal mempunyai saluran-saluran dalam masyarakat. Proses gerak sosial vertikal melalui saluran tadi disebut social circulation. Saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata, lembaga keagamaan, pendidikan, organisasi politik, ekonomi dan keahlian.
            Angkatan  bersenjata memainkan peranan penting dalam masyarakat dengan sistem militerisme, atau yang berada dalam  keadaan perang, baik melawan musuh dari luar maupun perang saudara.
            Lembaga keagamaan merupakan salah satu saluran penting dalam gerak sosial vertikal. Setiap ajaran agama menganggap manusia mempunyai keadaan sederajat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemuka-pemuka agama  bekerja keras  untuk menaikan kedudukan orang-orang dari lapisan rendah dalam masyarakat.
            Lembaga pendidikan seperti sekolah, pada umumnya merupakan saluran kongkrit gerak sosial yang vertikal. Bahkan sekolah-sekolah dapat di anggap sebagai social elevator yang bergerak dari kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi. Kadang-kadang di jumpai dimana sekolah-sekolah tertentu hanya dapat di masuki oleh golongan-golongan masyarakat yang tertentu, misalnya dari lapisan atas, atau dari suatu ras tertentu. Sekolah-sekolah yang demikian bila dapat di masuki oleh lapisan yang rendah akan menjadi saluran gerak sosial yang vertikal.
            Organisasi politik seperti partai politik dapat memberi peluang besar bagi para anggotanya untuk naik dalam pertanggaan kedudukan. Apabila ia mempunyai kemampuan beragitasi, berorganisasi, dan sebagainya. Pada masyarakat yang demokratis dimana lembaga pemilihan  umum memegang peranan penting dalam pembentukan kepemimpinan, organisasi-organisasi politik mempunyai peranan yang sama, walaupun dalam bentuk yang lain.
            Bagaimana juga dengan wujudnya suatu organisasi ekonomi umpamanya perusahaan mobil, perusahaan impor ekspor, dan lain-lainnya. Organisasi-organisasi tersebut memegang peranan sebagai saluran gerak sosial yang vertikal. Betapapun ukuran-ukuran yang menjadi dasar sistem lapisan dalam masyarakat biasanya orang-orang kayalah yang menduduki lapisan tinggi. Gejala ini juga di jumpai pada masyarakat tradisional, yang sering di hubungkan dengan upacara-upacara adat yang harus di lakukan.


2.9       PERLUNYA SISTEM LAPISAN MASYARAKAT
            Manusia pada umumnya bercita-cita agar ada perbedaan kedudukan dan peranan dalam masyarakat itu tidak ada. Akan tetapi, cita- cita tersebut selalu akan tertumbuk pada kenyataan yang berlainan. Setiap masyarakat harus menempatkan individu-individu pada tempat-tempat tertentu dalam struktur sosial dan mendorong mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai akibat penempatan tersebut. Dengan demikian, masyarakat menghadapi dua persoalan. yaitu, menempatkan individu-indiiduu tersebut, dan mendorong agar mereka melaksanakan kewajibannya.
            Apabila semua kewajiban selalu sesuai dengan keinginan si individu, dan sesuai pula dengan kemampuan-kemampuannya dan seterusnya, persoalannya tak akan selalu sulit untuk di laksanakan. Akan tetapi kenyataan bukanlah demikian. Kedudukan dan peranan tertentu sering memerlukan kemampuan dan latihan-latihan tertentu. Pentingnya kedudukann dan peranan tersebut juga tidak selalu sama. Maka, tak akan dihindarkan bahwa masyarakat harus menyediakan beberapa macam sistem pembalasan jasa sebagai pendorong agar individu mau melaksanakan kewajiban-kewajjibannya yang sesuai dengan posisinya dalam masyarakat.
            Dengan demikian, mau tidak mau ada sistem lapisan masyarakat karena gejala tersebut sekaligus memecahkan persoalan yang di hadapi masyarakat yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan serta dengan peranannya. Pengisian tempat-tempat tersebut merupakan daya pendorong agar masyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya. Akan tetapi, wujudnya dalam setiap masyarakat juga berlainan karena tergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-masing masyarakat. Jelas bahwa kedudukan dan peranan yang di anggap tertinggi oleh setiap masyarakat adalah kedudukan dan peranan yang di anggap terpenting secara memerlukan kemampuan dan latihan-latihan yang maksimal. 


2.10     PENDEKATAN DALAM STRATIFIKASI SOSIAL

Ada tiga pendekatan dalam mempelajari stratifikasi sosial:

1.    Metode obyektif
       Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi pendapatannya, lama atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.

2.    Metode subyektif
       Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat yang menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.

3.    Metode reputasi
       Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu
.
Dengan demikian, ada tiga pendekatan dalam memplajari stratifikasi sosial, yaitu: metode obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian seseorang dalam bermasyarakat.

2.11    TEORI-TEORI STRATIFIKASI SOSIAL
Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari stratifikasi sosial:

1. Teori Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap bahwa  evolusi sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat untuk berkembang, yang disebutnya sebagai ”kapitalis adaptif”.

2. Teori Surplus Lenski
Sosiolog Gerhard Lenski mengemukakan bahwa makhluk yang mementingkan diri   sendiri dan selalu berusaha untuk mensejahterakan dirinya.

3. Teori Kelangkaan
Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin intensnya stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.

4. Teori Marxian
   Menekankan pemilikan kekayaan pribadi sebagi penentu struktur strtifikasi.

5. Teori Weberian
Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam hubungan   pemilikan modal.

Dengan demikian, ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial, diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme, teori Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian mengarah kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan teori Weberian yang mengaeah kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.


2.12     BENTUK-BENTUK STRATIFIKASI SOSIAL
Terbentuknya stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan adanya sesuatu yang dihargai dan dianggap bernilai. Pada dasarnya sesuatu yang dihargai selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Keadaan ini menjadikan bentuk-bentuk stratifikasi sosial semakin beragam. Selain itu, semakin kompleksnya kehidupan masyarakat semakin kompleks pula bentuk-bentuk stratifikasi yang ada. Secara garis besar bentuk-bentuk stratifikasi sosial sebagai berikut.

a)      Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Dalam stratifikasi ini dikenal dengan sebutan  kelas sosial. Kelas sosial dalam ekonomi didasarkan pada jumlah pemilikan kekayaan atau penghasilan. Secara umum klasifikasi kelas sosial terdiri atas tiga kelompok sebagai berikut.
1)    Kelas sosial atas, yaitu kelompok orang memiliki kekayaan banyak, yang dapat memenuhi segala kebutuhan hidup bahkan secara berlebihan. Golongan kelas ini dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan, bentuk rumah, gaya hidup yang dijalankan, dan lain-lain.
2)    Kelas sosial menengah, yaitu kelompok orang berkecukupan yang sudah dapat memenuhi kebutuhan pokok (primer), misalnya sandang, pangan, dan papan. Keadaan golongan kelas ini secara umum tidak akan sama dengan keadaan kelas atas.
3)   Kelas sosial bawah, yaitu kelompok orang miskin yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan primer. Golongan kelas bawah biasanya terdiri atas pengangguran, buruh kecil, dan buruh tani.

b)      Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelompok tingkatan sosial berdasarkan status sosialnya. Oleh karena itu, anggota masyarakat yang memiliki kedudukan sosial yang terhormat menempati kelompok lapisan tertinggi. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak memiliki kedudukan sosial akan menempati pada lapisan lebih rendah. Contoh: seorang tokoh agama atau tokoh masyarakat akan menempati posisi tinggi dalam pelapisan sosial.

c)      Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik
Apabila kita berbicara mengenai politik, maka pembicaraan kita berhubungan erat dengan sistem pemerintahan. Dalam stratifikasi sosial, media politik dapat dijadikan salah satu kriteria penggolongan. Orang-orang yang menduduki jabatan di dunia politik atau pemerintahan akan menempati strata tinggi. Mereka dihormati, disegani, bahkan disanjung-sanjung oleh warga masyarakat. Orang-orang yang menduduki jabatan di pemerintahan dianggap memiliki kelas yang lebih tinggi dibandingkan warga biasa. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik menjadikan masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok lapisan atas yaitu elite kekuasaan disebut juga kelompok dominan (menguasai) sedangkan kelompok lapisan bawah, yaitu orang atau kelompok masyarakat yang dikuasai disebut massa atau kelompok terdominasi (terkuasai).

d)     Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Pekerjaan
Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang dapat dijadikan sebagai dasar pembedaan dalam masyarakat. Seseorang yang bekerja di kantor dianggap lebih tinggi statusnya daripada bekerja kasar, walaupun mereka mempunyai gaji yang sama. Adapun penggolongan masyarakat didasarkan pada mata pencaharian atau pekerjaan sebagai berikut.
1.    Elite yaitu orang kaya dan orang yang menempati kedudukan atau pekerjaan yang dinilai tinggi oleh masyarakat.
2.    Profesional yaitu orang yang berijazah dan bergelar kesarjanaan serta orang dari dunia perdagangan yang berhasil.
3.    Semiprofesional mereka adalah para pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan menengah, mereka yang tidak berhasil mencapai gelar, para pedagang buku, dan sebagainya.
4.    Tenaga terampil mereka adalah orang-orang yang mempunyai keterampilan teknik mekanik seperti pemotong rambut, pekerja pabrik, sekretaris, dan stenografer.
5.    Tenaga tidak terdidik, misalnya pembantu rumah tangga dan tukang kebun.


e)       Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Pendidikan
Antara kelas sosial dan pendidikan saling memengaruhi. Hal ini dikarenakan untuk mencapai pendidikan tinggi diperlukan uang yang cukup banyak. Selain itu, diperlukan juga motivasi, kecerdasan, dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi dan rendahnya  pendidikan akan berpengaruh pada jenjang kelas sosial.

f)       Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Budaya Suku Bangsa
Pada dasarnya setiap suku bangsa memiliki stratifikasi sosial yang berbeda-beda. Misalnya pada suku Jawa. Di Jawa terdapat stratifikasi sosial berdasarkan kepemilikan tanah sebagai berikut.
1.    Golongan wong baku (cikal bakal), yaitu orang-orang keturunan para pendiri desa. Mereka mempunyai hak pakai atas tanah pertanian dan berkewajiban memikul beban anak keturunan para cikal bakal tersebut. Kewajiban seperti itu disebut dengan gogol atau sikep.
2.    Golongan kuli gandok (lindung), yaitu orang-orang yang mempunyai rumah sendiri, tetapi tidak mempunyai hak pakai atas tanah desa.
3.    Golongan mondok emplok, yaitu orang-orang yang mempunyai rumah sendiri pada tanah pekarangan orang lain.
4.    Golongan rangkepan, yaitu orang-orang yang sudah berumah tangga, tetapi belum mempunyai rumah dan pekarangan sendiri.
5.    Golongan sinoman, yaitu orang-orang muda yang belum menikah dan masih tinggal bersama-sama dengan orang tuanya.

Selain itu, stratifikasi sosial pada masyarakat Jawa didasarkan pula atas pekerjaan atau keturunan, yaitu golongan priayi dan golongan wong cilik. Golongan priayi adalah orang-orang keturunan bangsawan dan para pegawai pemerintah serta kaum cendekiawan yang menempati lapisan atas. Sedangkan golongan wong cilik antara lain para petani, tukang, pedagang kecil, dan buruh yang menempati lapisan kelas bawah. Pada tahun 1960-an, Clifford Geertz seorang pakar antropolog Amerika membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok, yaitu santri, abangan, dan priayi. Menurutnya, kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau menganut Kejawen, sedangkan kaum priayi adalah kaum bangsawan.


2.13    DAMPAK STRATIFIKASI SOSIAL
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang digunakan bagi tiap-tiap masyarakat diantaranya : Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggap sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat Batak, di mana marga tanah, yaitu marga yang pertama-tama  membuka tanah, dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi.
Dapat saya uraikan bahwa dampak adanya suatu stratifikasi akan mengakibatkan adanya hukum rimba. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Kelas yang tergolong atas akan memegang peranan kelas bawah yang notabenya harus disamakan, karena sesama makhluk tuhan. Secara teoritis memang semua masyarakat dianggap sederajat, akan tetapi pembedaan tersebut merupakan gejala universal yang merupakan sistem sosial dalam masyarakat. Maka dari itu, meski ada stratifikasi sosial seseorang atau masyarakat harus memegang konsep keadilan.


BAB III
FENOMENA

3.1       SEJARAH KABUPATEN BOGOR
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat kerajaan tertua di Indonesia. Catatan Dinasti Sung di Cina dan prasasti yang ditemukan di Tempuran sungai Ciaruteun dengan  sungai Cisadane, memperlihatkan bahwa setidaknya pada paruh awal abad ke 5 M di wilayah ini telah ada sebuah bentuk pemerintahan. Sejarah lama Dinasti Sung mencatat tahun 430, 433, 434, 437, dan 452 Kerajaan Holotan mengirimkan utusannya ke Cina. Sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya Dari Holotan ke Jayakarta menyimpulkan Holotan adalah transliterasi Cina dari kata Aruteun, dan kerajaan Aruteun adalah salah satu kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa. Prasasti Ciaruteun merupakan bukti sejarah perpindahan kekuasaan dari kerajaan Aruteun ke kerajaan Tarumanagara dibawah Raja Purnawarman, sekitar paruh akhir sabad ke-5.
Prasasti-prasasti lainnya peninggalan Purnawarman adalah prasasti Kebon Kopi di Kecamatan Cibungbulang, Prasasti Jambu di Bukit Koleangkak (Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang), dan prasasti Lebak (di tengah sungai Cidanghiyang, Propinsi Banten). Pada abad ke 6 dan ke 7 Kerajaan Tarumanagara merupakan penguasa tunggal di wilayah Jawa Barat. Setelah Tarumanagara, pada abad-abad selanjutnya kerajaan terkenal yang pernah muncul di Tanah Pasundan (Jawa Barat) adalah Sunda, Pajajaran, Galuh, dan Kawali. Semuanya tak terlepas dari keberadaan wilayah Bogor dan sekitarnya. Sejarah awal mula berdirinya Kabupaten Bogor, ditetapkan tanggal 3 Juni yang diilhami dari tanggal pelantikan Raja Pajajaran yang terkenal yaitu Sri Baduga Maharaja yang dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 1482 selama sembilan hari yang disebut dengan upacara “Kedabhakti”. Nama Bogor menurut berbagai pendapat bahwa kata Bogor berasal dari kata “Buitenzorg” nama resmi dari Penjajah Belanda. Pendapat lain berasal dari kata “Bahai” yang berarti Sapi, yang kebetulan ada patung sapi di Kebun Raya Bogor. Sedangkan pendapat ketiga menyebutkan Bogor berasal dari kata “Bokor” yang berarti tunggul pohon enau (kawung). Dalam versi lain menyebutkan nama Bogor telah tampil dalam sebuah dokumen tanggal 7 April 1952, tertulis “Hoofd Van de Negorij Bogor” yang berarti kurang lebih Kepala Kampung Bogor, yang menurut informasi kemudian bahwa Kampung Bogor itu terletak di dalam lokasi Kebun Raya Bogor yang mulai dibangun pada tahun 1817. Asal mula adanya masyarakat Kabupaten Bogor, cikal bakalnya adalah dari penggabungan sembilan Kelompok Pemukiman oleh Gubernur Jendral Baron Van Inhof pada tahun 1745, sehingga menjadi kesatuan masyarakat yang berkembang menjadi besar di waktu kemudian. Kesatuan masyarakat itulah yang menjadi inti masyarakat Kabupaten Bogor.
Pusat Pemerintahan Bogor semula masih berada di wilayah Kota Bogor yaitu tepatnya di Panaragan, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982, Ibu Kota Kabupaten Bogor dipindahkan dan ditetapkan di Cibinong. Sejak tahun 1990 pusat kegiatan pemerintahan menempati Kantor Pemerintahan di Cibinong.

3.2       KAMPUNG CIKADONGDONG

           Kampung Cikadongdong merupakan bagian dari Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Kampung ini secara teretorial berada pada wilayah Dusun II, RW. 9, Kampung Cikadongdong terdiri dari 2 RT. Berpenduduk 47 KK, dengan jumlah penduduk sekitar ± 473 jiwa. Adapun batas-batas Kampung Cikadongdong:

1)      Utara : Kampung Batu Beulah
2)      Selatan : Kampung Cigamea
3)      Timur : Kampung Cimanggu
4)      Barat : Kali Cianten

Mata Pencaharian Masyarakat Kampung Cikadongdong
         Sebagian besar masyarakat kampung Cikadongdong bekerja sebagai buruh serabutan dan penggarap sawah, hal ini disebabkan karena  kurangnya  lahan persawahan yang berada di Kampung Cikadongdong sehingga mayoritas dari mereka memilih untuk bekerja sebagai buruh serabutan di beberapa daerah di luar Kampung Cikadongdong. Namun, ada juga yang bekerja sebagai peternak kambing, pengrajin kusen, tukang ojek, kuli bangunan, pedagang.

Sarana dan Prasarana Kampung Cikadongdong
         Kampung Cikadongdong merupakan bagian kecil dari Desa Situ Udik, sehingga untuk sarana dan prasarana yang tersedia di kampung ini tidaklah begitu lengkap, namun tetap ada. Sarana dan prasarana yang tersedia di kampung Cikadongdong di antaranya terdapat masjid, lapangan sepak bola, pos ronda, dan sarana irigasi. Sebagian besar masyarakat Kampung Cikadongdong telah memiliki media informasi elektronik sendiri, seperti televisi, VCD, dan radio.

Sejarah Kampung
          Nama Kampung Cikadongdong menurut persepsi mitos masyarakat setempat, dikarenakan pada zaman dahulu tedapat sebuah pohon kedondong besar yang tumbuh di dalam wilayah kampung tersebut, sehingga masyarakat memberi nama kampung tersebut Kampung Cikadongdong. Pada mulanya Kampung Cikadongdong hanya ditinggali oleh empat kepala keluarga. Mereka adalah keluarga Bapak Oyot Traimah, keluarga Bapak Jaison, keluarga Bapak Salihin, dan keluarga Bapak Satian. Dari keempat KK inilah kemudian terjadi sebuah regenerasi aktif yang hingga kini mencapai 47 KK.

Karateristik Masyarakat
         Mayoritas masyarakat Kampung Cikadongdong merupakan warga asli daerah Desa Situ Udik, sehingga tingkat kekerabatan di antara mereka masih sangat tinggi (genealogis), misalnya saja dapat kita lihat dari persebaran bangunan perumahan yang pada umumnya rumah-rumah yang bersebelahan adalah masih mempunyai hubungan secara keluarga. Sebagai contoh, Pak Mukhlis yang menjabat sebagai Ketua RT rumahnya berdekatan dengan rumah ibunya dan empat saudaranya yang saling bersebelahan satu sama lain. Masyarakat Kampung Cikadongdong sangat memegang teguh prinsip gotong-royong dan musyawarah untuk mufakat dalam kehidupan sehari-harinya, hal ini terlihat ketika akan memperbaiki Marjid Darrusalaam. Sebelum memulai pekerjaan mereka bermusyawarah untuk membahas pembelian material dan kemudian dalam melakukan perbaikan pun dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat setempat.

         Secara garis besar, mayoritas kehidupan masyarakat di kampung ini dilandasi oleh nilai-nilai religius yang kuat. Hal ini dibuktikan seluruh masyarakat Kampung Cikadongdong menganut agama yang sama yaitu Islam. Kegiatan majelis ta’lim dan pengajian selalu diadakan rutin mingguan, dengan seorang kyai yang memimpin kegiatan tersebut.

         Rata-rata pendidikan masyarakat Kampung Cikadongdong hanya sampai jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) saja, namun ada juga lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menenah Atas (SMA) yang jumlahnya sedikit dan jarang. Hal ini umumnya disebabkan faktor ekonomi keluarga yang tidak mendukung untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, karena faktor keterbatasan biaya sekolah. Sebagian besar masyarakat Kampung Cikadongdong bermata pencaharian sebagai buruh tani, karena hanya sebagian kecil saja m`syarakat Kampung Cikadongdong yang memiliki sawah sendiri.


3.3       PELAPISAN MASYARAKAT DI KAMPUNG CIKADONGDONG
           Pelapisan masyarakat di Kampung Cikadongdong merupakan pelapisan sosial terbuka yang memberikan peluang pada warganya untuk mengadakan gerak perubahan di dalam  pelapisan sosial, sehingga individu-individu dalam sistem sosial kemasyarakatan mempunyai peluang untuk melakukan mobilisasi sosial/ gerak sosial. Pelapisan sosial tersebut didasarkan oleh tingkat pengetahuan, kehormatan, kekuasaan, dan kekayaan yang dimiliki oleh individu dalam masyarakat, dimana biasanya individu tersebut mempunyai akses terhadap sumber daya.

          Dari empat dasar tersebut yang paling dominan di Kampung Cikadongdong adalah dasar pengetahuan; yaitu pengetahuan religius tentang Agama Islam. Secara faktual di lapangan, memang pembedaan dan ketidaksamaan sudah terjadi secara otomatis dalam hal yang bertalian dengan umur dan jenis kelamin (sex) yang merupakan pembedaan yang melekat semenjak mereka lahir, cara pembedaan ini merupakan sebuah bentuk konsekuensi logis dari adanya pembedaan di atas yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kedekatan tempat tinggal (dalam hal ini hubungannya dengan akses) turut menjadi faktor penentu ”kemudahan” hidup sesorang. Barang siapa yang rumahnya berdekatan dengan rumah Pak RT, tokoh masyarakat, “elite lokal”, tentunya akses informasi (komunikasi) menjadi mudah, misalnya ketika pemberian bantuan subsidi tunai (BLT dari penarikan subsidi BBM), orang-orang yang bertempat tinggal di sebelah Pak RT tentunya akan mengetahui lebih cepat daripada orang-orang yang bertempat tinggal jauh dari rumah Pak RT.

3.4       DIFERENSIASI DAN KETIDAKSAMAAN SOSIAL
            Diferensiasi dan ketidaksamaan sosial merupakan hal pokok yang pasti ada ketika kita membahas stratifikasi sosial. Ketika ada pembedaan dan ketidaksamaan dalam  masyarakat, pandangan Marxist menyatakan  tentunya menyebabkan masyarakat tersebut menjadi berkelas-kelas/bertingkat-tingkat, sehingga muncul pelapisan-pelapisan dalam masyarakat. Ada yang berada pada golongan atas, menengah dan bawah, yang mempunyai kemampuan untuk mengakses “sumber daya” berbeda-beda, dimana kelas lapisan atas lebih mendominasi daripada kelas menengah atau bahkan kelas bawah. Ada kecenderungan golongan bawah untuk berusaha naik menggantikan kedudukan golongan atas dan golongan atas juga berusaha mempertahankan posisinya bahkan lebih meningkatkan lagi, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi lapisan golongan atas untuk turun menjadi golongan menengah bahkan golongan bawah dengan beberapa faktor yang dapat menyebabkan semua ini terjadi. Adapun yang di temukan di Kampung Cikadongdong, diferensiasi dan ketidaksamaan sosial mengacu pada:

1)      Pengetahuan (pondok pesantren)

2)      Jenis Kelamin (alamiah).

3)      Umur (alamiah).

4)      Kekayaan.

5)      Kedekatan wilayah tempat tinggal dengan elit lokal.


Diferensiasi Sosial

         Penjelasan lebih lanjut mengenai diferensiasi sosial di Kampung Cikadongdong adalah sebagai berikut:

1)      Jenis Kelamin: Di Kampung Cikadongdong laki-laki dipandang lebih bisa untuk menjadi pemimpin dibandingkan perempuan, karena menurut pandangan mereka kaum pria mempunyai figur yang lebih kuat untuk bisa dijadikan seorang pemimpin dalam membimbing kaum wanita dan anak-anak di kesehariannya, juga selain itu masyarakat Kampung Cikadongdong berusaha untuk menerapkan apa yang terkandung dalam ajaran Islam, bahwa kaum pria lebih kuat dibandingkan kaum wanita. Contohnya bisa menjadi imam masjid sedangkan perempuan yang dipimpin atau dengan kata lain jadi makmumnya.

2)      Umur: Di Kampung Cikadongdong orang yang lebih tua akan lebih dihormati oleh masyarakat setempat karena mereka menggolongkan orang yang dianggap lebih tua itu kepada kaum sesepuh yang patut untuk banyak didengarkan nasihat-nasihat dari mereka. Contohnya dalam kerja bakti orang tua yang mengatur pekerjaan anak mudanya.

3)      Pengetahuan: Orang yang mempunyai pengetahuan ilmu agama yang lebih mapan akan lebih dipercaya untuk memimpin kegiatan yang bersifat religius sehingga mereka bisa menyalurkan ilmu agama yang mereka miliki kepada masyarakat Kampung Cikadongdong. Contohnya lulusan pesantren lebih dipercaya untuk menjadi imam di masjid.

4)      Kekayaan: Kepemilikan seseorang terhadap sumber daya yang berkaitan dengan hal kekayaan yang dimiliki oleh beberapa orang di kampung tersebut, dapat membantu warga setempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, sehingga pada kenyataannya warga tidak begitu kesulitan dalam mencukupi kebutuhannya baik primer maupun yang sekunder. Contohnya banyak warga yang membeli kebutuhan hidupnya di warung-warung terdekat.

5)      Kedekatan wilayah: Orang-orang yang tinggal dekat dengan kepala RT dan tokoh masyarakat lainnya dapat membantu dalam penyebaran informasi tentang suatu hal, sehingga informasi tersebut dapat mencapai tujuan yaitu kepada penduduk yang lain dengan lebih cepat tersebar secara merata.

Ketidaksamaan Sosial
Ketidaksamaan sosial yang terdapat di Kampung Cikadongdong antara lain:

1)      Jenis kelamin: karena laki-laki lebih sering shalat di masjid dibandingkan perempuan maka laki-laki lebih cepat menerima informasi-informasi penting yang disampaikan di masjid, baik disampaikan secara langsung (dari mimbar masjid) oleh kyai maupun dari interaksinya dengan orang lain ketika berada di lingkungan masjid.

2)      Umur: orang yang lebih tua umumnya akan mendapat pengetahuan lebih cepat dari anak muda karena mereka biasa menganggap suatu hal yang baru lebih serius daripada anak muda yang masih menganggap hal seperti itu sebagai hal yang kurang begitu penting bagi mereka dengan tidak memikirkan apa dampak yang akan terjadi bagi mereka.

3)      Pengetahuan: orang yang memiliki pengetahuan agama yang lebih mapan akan lebih cepat dalam mengambil tindakan tentang suatu hal yang berkaitan dengan masalah agama yang terjadi di Kampung Cikadongdong daripada orang yang tidak memiliki pengetahuan agama, karena mereka akan lebih cenderung untuk hanya mengikuti dalam penyeselaian masalah tersebut.

4)      Kekayaan: orang yang memiliki modal untuk berwirausaha atau harta akan lebih mudah mengakses sumber daya dibandingkan orang yang tidak memiliki apa-apa karena intensitas mereka yang lebih banyak untuk bertemu dengan orang-orang yang berada di lapisan manapun.

5)      Kedekatan wilayah: orang yang bertempat tinggal dekat ketua RT atau tokoh masyarakat akan lebih cepat memperoleh informasi daripada yang tinggal lebih jauh dan bisa turut berperan sebagai penyebar informasi yang ada kepada masyarakat yang lainnya.


3.5       DASAR-DASAR TERJADINYA STRATIFIKASI SOSIAL DI KAMPUNG
            CIKADONDONG

Dasar Kekayaan
          Suatu masyarakat yang memiliki kekayaan cukup banyak dapat dikategorikan termasuk orang yang cukup terpandang oleh sekitarnya. Ukuran kekayaan itu dapat dilihat dari kepemilikan tanah, mobil pribadi dan sebagainya. Namun, pada penelitian yang dilakukan di Kampung Cikadongdong tidak ditemukan ukuran kekayaan yang seperti disebutkan di atas. Untuk masyarakat yang terpandang karena kekayaan, ukuran kekayaannya dapat dilihat dari kepemilikan mereka terhadap luas lahan persawahan, ternak  kambing maupun kerbau, pendapatan dari usaha sendiri seperti toko.

Dasar Kekuasaan
          Di Kampung Cikadongdong, masyarakat yang memiliki kekuasaan dalam politik lokal setempat atau yang mempunyai wewenang besar dalam memutuskan suatu perkara mengenai masyarakat akan lebih dihormati keberadaannya. Sebagai contoh lapangan adalah Pak Mukhlis dalam hal ini beliau menjabat sebagai Ketua RT dan Pak Harun. Oleh karena keberadaan mereka sangat berarti dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, maka kekuasaan ini dapat dijadikan modal penting untuk mengatur kehidupan antar warga Kampung Cikadongdong.

Dasar Kehormatan
          Pada umumnya orang yang paling dihormati oleh masyarakat Kampung Cikadongdong adalah orang-orang yang termasuk ke dalam golongan tua, karena anggapan masyarakat setempat mereka mempunyai pengalaman hidup yang lebih banyak dibandingkan dengan kaum yang masih muda dan juga mereka beranggapan bahwa orang yang termasuk ke dalam golongna tua itu di dalam riwayat hidupnya pernah berjasa terhadap keberadaan Kampung Cikadongdong. Sebagai contoh dalam hal ini adalah Ibu Asni, beliau termasuk salah satu warga yang dihormati dan disegani karena dengan melihat usianya belhau dianggap sebagai orang yang dituakan oleh masyarakat setempat. Mengingat masih berlakunya sebuah norma, bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih tua.

Dasar Pengetahuan
          Di Kampung Cikadongdong, masyarakat menempatkan orang yang memiliki pengetahuan agama tinggi sebagai orang yang paling dihormati. Hal ini disebabkan karena keadaan religius masyarakat setempat yang sangat kuat dengan dibuktikan seluruh penduduk Kampung Cikadongdong memeluk agama Islam


3.6       STARTIFIKASI SOSIAL DALAM DINAMIKA SOSIAL


Dinamika Ekonomi
         Ada beberapa kaum pemuda Kampung Cikadongdong yang merasa dirinya kurang bisa memenuhi kebutuhan kehidupannya di dalam bidang ekonomi, sehingga kaum pemuda tersebut memilih jalan untuk melakukan migrasi ke kota yang biasa dikenal dengan urbanisasi. Harapan yang dihasilkan dari migrasi ke kota itu adalah mereka bisa mendapatkan penghasilan yang cukup atau lebih dibandingkan penghasilan mereka yang ada di desa, sehingga adanya migrasi dapat berpengaruh besar terhadap perubahan dinamika ekonomi di Kampung Cikadongdong.

Dinamika Religi-Kultural
        Masuknya budaya kota yang dianggap ”lebih” daripada budaya kehidupan pedesaan seperti lifestyle atau gaya hidup yang berlebihan dari model busana sampai teknologi ternyata tetap tidak mempengaruhi Religi-Kultural Kampung Cikadongdong, karena sebagian besar dari mereka tetap berpegang teguh terhadap nilai agama dan budaya yang sangat kuat yaitu Islam. Meskipun dalam kenyataannya ada juga para pemuda kampung tersebut yang mengikuti gaya hidup perkotaan, namun secara keseluruhan nilai-nilai Dinamika Religi-Kultural di Kampung Cikadongdong tidak banyak berubah.

Dinamika Politik
         Kancah dunia perpolitikan yang terjadi di Indonesia dengan sistem multi partai yaitu 36 partai, ternyata tidak mempunyai pengaruh besar terhadap dinamika perpolitikan lokal Kampung Cikadongdong. Karena sebagian besar dari mereka memilih dengan mengikuti pilihan dari tokoh masyarakat yang dianggap disegani oleh warga setempat karena pengaruh dari tokoh masyarakat di bidang religi tersebut yang sangat kuat, sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengikuti pilihan dari tokoh masyarakat yang ada.


3.7       PELAPISAN MASYARAKAT YANG ADA DI KAMPUNG CIKADONGDONG

Bidang Politik
          Pada bidang politik adalah termasuk di dalamnya orang-orang yang mempunyai kedudukan secara formal berkaitan dengan struktur pemerintahan baik di Kampung Cikadongdong secara intern maupun hubungannya secara ekstern dengan struktur pemerintahan pada tingkat desa. Dalam bidang politik di Kampung Cikadongdong, yang berada di lapisan teratas adalah

1)      Kepala Desa
2)      Kepala Dusun
3)      Kepala RW

         Di lapisan kedua dalam bidang politik adalah Kepala RT,  secara formal karena mereka tetap mempunyai kaitan secara langsung dengan pihak yang lebih atas dalam struktur pemerintahan desa yaitu dalam hal ini kepala RW untuk melaksanakan tugas administrasinya sebagai kepala RT. Selain itu, pada lapisan menengah adalah tokoh masyarakat sekitar yang dihormati keberadaan mereka dalam masyarakat walaupun secara informal karena mereka memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi masyarakat dalam  mendukung terciptanya suasana yang teratur di lingkungan tersebut.

         Dan di lapisan paling bawah adalah kepala keluarga karena pemerintahan paling sederhana di masyarakat adalah di tingkat keluarga dan kepala keluargalah yang memiliki andil paling besar di dalam keluarga, sehingga kepala keluarga mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya baik secara material maupun immaterial.

Bidang Ekonomi

          Pada bidang ekonomi, yang menjadi ukuran terdeferensiasinya suatu  masyarakat adalah kepemilikan seseorang terhadap suatu sumber daya yang bisa menghasilkan  keuntungan, baik secara materiil maupun immateriil. Orang-orang masyarakat Kampung Cikadongdong ke dalam  lapisan yang teratas yakni:

1)      Orang-orang yang mempunyai sawah karena lahan persawahan adalah sebagai tempat penting bagi masyarakat setempat untuk mengais kehidupan di kampung tersebut.

2)      Orang-orang yang mempunyai toko karena toko juga merupakan lahan bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan secara meteriil bagi sang pemilik toko.

3)      Orang-orang yang mempunyai kerbau karena pandangan  penduduk setempat siapa yang bisa untuk membeli kerbau adalah hanya orang-orang yang beruang saja, bahkan dengan adanya kerbau si pemilik bisa menyewakannya untuk menggarap sawah.

Pada lapisan menengah:

1)      Orang yang bekerja sebagai tukang ojek karena walaupun mereka tidak memiliki komoditas yang besar untuk mencari penghasilan tetapi dengan bekerja sebagai tukang ojek mereka setidaknya bisa mencukupi kehidupannya sehari-hari dengan jerih payah keringatnya sendiri. Sebagian besar tukang ojek di Kampung Cikadongdong membeli motor dengan cara kredit, sehingga dengan penghasilan yang mereka dapatkan mereka juga masih mempunyai kewajiban untuk melunasi uang kreditan motor tiap bulannya.

2)      Orang yang memiliki warung. Berbeda dengan toko, yang disebut warung di sini adalah yang berukuran yang lebih kecil dan yang disediakan juga relatif seadanya atau kurang lengkap.

Sedangkan untuk pelapisan di tingkat bawah ditempati oleh buruh tani karena tidak mempunyai lahan atau tempat usaha yang tetap bahkan alat transportasi yang memadai.

Bidang Religi-Kultural
         Di Kampung Cikadongdong terlihat jelas pelapisannya berdasarkan  religi-kultural, dikarenakan pada intinya Kampung Cikadongdong merupakan bagian dari Desa Situ Udik yang dilangsir merupakan desa yang religius, selain itu juga disebabkan karena masyarakat di kampung tersebut seluruhnya memeluk Agama Islam. Pelapisan pada tingkat atas ialah Ustadz/Haji yang menjadi pengajar, dengan alasan karena mereka termasuk orang-orang yang paling utama mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam hal agama. Terbukti dengan terpercayanya mereka untuk dapat mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat Kampung Cikadongdong pada khususnya atau juga terkadang mereka juga mangajarkan di luar kampung tersebut.

         Pada lapisan yang menengah ditempatkan pada orang yang lulusan pesantren tetapi tidak mengajar. Adanya rasa segan yang tinggi dari masyarakat setempat karena merupakan mereka termasuk orang lulusan pesantren walaupun tidak mengajar ilmu agama bagi masyarakat. Sedangkan untuk lapisan pada tingkatan yang paling bawah ditempatkan santri atau yang menjadi murid-murid para guru ngaji setempat.







3.8       MOBILISASI SOSIAL DI KAMPUNG CIKADONGDONG

Terjadinya Mobilisasi Sosial di Kampung Cikadongdong


          Pergerakan sosial atau yang biasa disebut dengan mobilitas sosial kerap terjadi antar lapisan masyarakat yang ada pada Kampung Cikadongdong, baik dari lapisan yang bawah naik menjadi lapisan menengah atau ke lapisan  teratas bahkan sebaliknya. Gerak sosial horisontal yaitu peralihan status individu atau kelompok dari suatu kelompok sosial lainnya yang sederajat. Sebagai contohnya adalah Pak Isa yang pada awalnya bekerja sebagai tukang becak di Jakarta tetapi karena telah diberlakukannya peraturan dilarangnya becak beroperasi di Jakarta maka Pak Isa kembali ke kampung dan membuka usaha sendiri yaitu memproduksi krupuk pangsit kecil-kecilan.

         Menurut kajian yang  bahwa dari banyaknya mobilitas sosial yang terjadi di masyarakat tersebut sebagian besar didominasi oleh pergerakan dari orang-orang yang termasuk lapisan bawah atau menengah naik ke lapisan yang atas (sosial climbing), sedangkan sangat sedikit terjadi mobilitas sosial ke bawah (sosial sinking).

Sebagai contoh gerak sosial vertikal naik (sosial climbing) adalah:

1)      Pak Haji Ujang menjadi orang yang cukup terpandang di Kampung Cikadongdong karena pengetahuan dalam bidang agama yang diperolehnya dari pesantren tempat ia menuntut ilmu cukup meningkat dibandingkan sebelumnya.

2)      Ibu Wawat menjadi warga yang cukup disegani karena ia menikah dengan Pak Uci yang memiliki toko yang cukup besar. Sehingga ia memiliki cukup uang untuk membantu warga disekitarnya dengan cara memberikan sumbangan kepada janda dan anak yatim.

3)      Pak Mukhlis cukup disegani karena beliau belum lama ini menjabat sebagai Ketua RT. Selain itu beliau cukup disegani karena pengetahuan yang dimilikinya dalam hal mendirikan bangunan.

Dan sebagai contoh untuk gerak sosial vertikal turun (social sinking) adalah:

1)      Mbah Isran dulu cukup dipandang karena kemampuannya mengobati orang yang sakit melalui ilmu perdukunannya. Tetapi karena perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki masyarakat sudah cukup meningkat maka mereka lebih mempercayai bidang kedokteraan dalam berbagai masalah kesehatan maupun penyakit yang tejadi disekitar lingkungan masyarakat kampung Cikadongdong. Saat ini, Mbah Isran bekerja sebagai penjaga tambak ikan air tawar milik orang lain.

2)      Pak Sumpena mengalami mobilitas sosial sinking karena beliau sudah  tidak menjabat sebagai ketua RT lagi. Saat ini, beliau bekerja sebagai petani penggarap.


Faktor-Faktor Penyebab Mobilitas Sosial

Beberapa faktor yang menyebabkan gerak sosial naik terjadi adalah:

1)      Atas dasar kekuasaaan; karena dengan kekuasaan yang mereka miliki, mereka dapat lebih menguasai dalam hal struktur pemerintahan terhadap masyarakat Kampung Cikadongdong. Selain itu, dalam hal kekuasaan mencakup di dalamnya faktor tentang politik lokal.

2)      Atas dasar pengetahuan (ilmu agama); karena makin banyaknya ilmu pengetahuan tentang agama yang dimiliki oleh seseorang, maka orang tersebut dapat melakukan gerak sosial dari lapisan yang bawah menjadi lapisan yang lebih tinggi. Selain itu, dalam hal pengetahuan juga mencakup di dalamnya tentang religi-kultural setempat.

3)      Atas dasar kekayaan; karena dengan kekayaan mereka bisa untuk menyekolahkan anak mereka, sehingga mereka pun akan melakukan gerak sosial dari lapisan bawah menjadi lapisan yang lebih atas lagi.

Beberapa faktor yang menyebabkan gerak sosial turun terjadi adalah:

1)      Atas dasar religi-kultural; karena suasana religi sudah sangat menjamur di Kampung Cikadondong, maka ilmu mengenai perdukunan sudah tidak dipercaya lagi keafsahannya. Akibat dari itu semua, beberapa orang yang dahulu sempat dianggap memiliki ilmu tersebut sekarang sudah tidak disegani lagi.

2)      Atas dasar kekuasaan; karena masa jabatan suatu pemerintahan ditentukan secara berkala, maka orang-orang yang telah habis masa jabtannya mereka secara otomatis akan melakukan mobilitas sosial turun.

3.9       DAMPAK STRATIFIKASI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

           Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada pembeda-bedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Di sekitar kita ada orang yang menempati jabatan tinggi seperti gubernur dan wali kota dan jabatan rendah seperti camat dan lurah. Di sekolah ada kepala sekolah dan ada staf  sekolah. Di rt atau rw kita ada orang kaya, orang biasa saja dan ada orang miskin. Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain-lain. Perbedaan ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain. Beragamnya orang yang ada di suatu lingkungan akan memunculkan stratifikasi sosial (pengkelas-kelasan) atau diferensiasi sosial (pembeda-bedaan).

           Stratifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan  hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise, dan Stratifikasi sosial ini memiliki dampak positif maupun negatif yaitu :

Dampak Positif :

Orang - orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata.

 Contoh : Seorang anak miskin berusaha berlajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.

Dampak Negatif :

Dampak  Negatif ada 3 aspek yaitu :

1)      Konflik antar Kelas

2)      Konflik Antar Kelompok Sosial

3)      Konflik Antar Generasi


Konflik Antar Kelas

Dalam masyarakat, terdapat lapisan - lapisan sosial karena ukuran - ukuran seperti kekayaan, kekuasaan dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan - lapisan tadi disebut kelas - kelas sosial, apabila terjadi perbedaan kepentingan maka akan muncul konflik antar kelas.

Contoh : Demontrasi buruh yang menuntut kenaikan upah, menggambarkan adanya konflik antar kelas antara buruh dengan pengusaha

Konflik Antar Kelompok Sosial

Di dalam masyarakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam diantaranya, kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku dan ras. Bila, salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain makan akan terjadi pemaksaan
 Contoh : Tawuran antar pelajar

Konflik Antargenerasi

Konflik antar generasi terjadi antar generasi tua yang mempertahankan nilai - nilai lama dan generasi muda yang ingin mengadakan perubahan

Contoh : Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan oleh generasi muda tetapi bertentangan dengan generasi tua.




BAB IV
KESIMPULAN


4.1 KESIMPULAN
            Dari fenomena-fenomena dan teori- teori yang telah dibahas dalam  bab sebelumnya dapat di simpulkan bahwa stratifikasi sosial itu ada sejak jaman dahulu hingga sekarang dengan gaya yang berbeda. Dalam  kehidupan masyarakat pasti ada yang  namanya stratifikasi sosial. Faktor-faktor yang banyak mempengaruhi stratifikasi sosial ialah
1. Kekayaan (materi)
2. Kekuasaan (power)
3. Kehormatan/kebangsawanan
4. Tingkat pendidikan (pengetahuan)

Di sadari ataupun tidak, hal itu sudah menjadi suatu kebiasaan yang tidak bisa di tinggalkan. Mobilisasi sosial pun tak luput dari kehidupan masyarakat, karena nasib masyarakat dapat berubah jika kita mau berusaha.Semuanya  menghasilkan dampak yang berbeda-beda, tinggal bagaimana kita menyikapi dampak tersebut. Maka dari itu kita sebagai makhluk individu beserta makhluk sosial harus bisa menerima dan berusaha untuk menjalankan hidup dan meningkatkan kesejahteraan hidup demi untuk diri kita sendiri, oranglain, masyarakat, bangsa dan negara. Kita tak boleh iri dengan apa yang dicapai dan yang dimiliki oleh orang lain namun kita justru harus semangat untuk merubah kehidupan  ke yang  lebih baik lagi. Dalam kehidupan, perbedaan ada untuk penyeimbang hidup. Maka jangan   menyalahi  perbedaan – perbedaan  karena perbedaan itu ada agar kita lebih bijak dalam  menghadapi kehidupan.






No comments:

Post a Comment

buku bimbingan

                                                                                                                                            ...

082126189815

Name

Email *

Message *