BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Dalam suatu kajian
dalam sosiologi ada beberapa yang harus disoroti sebagai ilmu, guna mengetahui
bagaimana tingkat perkembangan manusia, mulai dari kelahiran sampai dia
bersosialisasi dalam masyarakat. Manusia, masyarakat dan lingkungan merupakan
fokus kajian sosiologi yang dituangkan dalam kepingan tema utama sosiologi dari
masa kemasa. Masyarakat terdiri dari beragam kelompok-kelompok orang yang
ciri-ciri pembedanya bisa berupa warna kulit, tinggi badan, jenis kelamin,
umur, tempat tinggal, kepercayaan agama atau politik, pendapatan atau
pendidikan. Pembedaan ini sering kali dilakukan bahkan mungkin diperlukan.Mengungkap hubungan luar biasa antara
keseharian yang dijalani oleh seseorang dan perubahan serta pengaruh yang
ditimbulkannya pada masyarakat tempat dia hidup, dan bahkan kepada dunia secara
global. Banyak sekali sub kajian dan istilah dalam sosiologi yang membahas
perihal tentang, manusia, masyarakat dan lingkungan, salah satunya adalah
stratifikasi sosial.
Manusia
terdiri dari individu-individu. Individu-individu tersebut terdiri dari
berbagai latar belakang yang akan membentuk suatu kumpulan masyarakat heterogen. Seperti yang
kita ketahui bahwa setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu
terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang
lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada
kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal
lainnya. Gejala tersebut menimbulkan
lapisan masyarakatl yang merupakan
pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang
berbeda beda.
Contoh lain dalam masyarakat di mana kita tinggal, kita dapat
menjumpai orang-orang yang termasuk golongan kaya, sedang, dan miskin .Hal ini
menjadi salah satu penyebab timbulnya perbedaan- perbedaan. Stratifikasi sosial
atau pelapisan sosial secara umum dapat diartikan sebagai pembedaan atau
pengelompokan anggota masyarakat secara vertikal. Stratifikasi sosial merupakan
gejala sosial yang sifatnya umum pada setiap masyarakat. Bahkan pada zaman
Yunani Kuno, Aristoteles (384–322 SM) telah menyatakan bahwa di dalam tiap-tiap
negara selalu terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat,
dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.. Penggolongan tersebut menunjukkan
bahwa di dalam masyarakat terdapat tingkatan-tingkatan yang membedakan antara
manusia yang satu dengan manusia yang lain.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Dari
latar belakang tersebut, maka penulis akan membahas
1.
Apa itu stratifikasi sosial ?
2.
Bagaimana timbulnya lapisan masyarakat ?
3.
Mengapa ada stratifikasi sosial?
4.
Bagaimana stratifikasi sosial di Kampung Cikadondong?
5.
Apa dampak dari adanya stratifikasi sosial?
1.3
TUJUAN
Tujuan
penulis untuk menyusun makalah ini ialah
1.
Untuk
mengetahui stratifikasi sosial di Kampung Cikadondong.
2.
Untuk
mengetahui kedudukan sosial dan peranan sosial yang ada di Kampung Cikadondong.
3.
Untuk
mempelajari bagaimana cara menyikapi stratifikasi sosial yang ada di kehidupan masyarakat.
1.4 MANFAAT
Manfaat
yang dapat di ambil dalam makalah ini adalah
1.
Dapat
mengetahui ilmu sosiologi tentang stratifikasi sosial lebih jauh lagi.
2.
Dapat
mengetahui keadaan sosial di Kampung Cikadondong.
3.
Dapat
mengetahui dampak dari adanya stratifikasi sosial di kehidupan masyarakat.
BAB II
TEORI
2.1 PENGERTIAN LAPISAN MASYARAKAT(STRATIFIKASI SOSIAL)
Menurut Pitirim A.Sorokin, stratifikasi sosial adalah
perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara
bertingkat. Pitirim A.Sorokin juga mengatakan bahwa lapisan dalam masyarakat
itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Lapisan-lapisan kelas secara bertingkat dapat di bedakan menjadi tiga unsur,
yaitu kelas atas, menengah, dan kelas bawah. Golongan yang berada dalam kelas
atas adalah golongan yang memiliki banyak uang, kekuasaan, dan mungkin juga
kehormatan.
Bentuk-bentuk lapisan masyarakat
berbeda-beda dan banyak sekali. Lapisan-lapisan tersebut tetap ada sekalipun
dalam masyarakat kapitalistis, demokratis, komunistis, dan lain sebagainya.
Lapisan masyarakat tadi mulai ada sejak manusia mengenal
adanya kehidupan bersama di dalam suatu organisasi
bersama. Misalnya pada masyarakat-masyarakat yang bertaraf kebudayaan masih
bersahaja. Lapisan masyarakat mula-mula di dasarkan pada
perbedaan seks, perbedaan antara pemimpin dengan yang di pimpin, golongan budak
dan bukan budak, pembagian kerja, dan bahkan juga suatu perbedaan berdasarkan
kekayaan.
Lapisan masyarakat memiliki banyak bentuk-bentuk
kongkrit. Akan tetapi, secara prinsipil bentuk-bentuk tersebut dapat di
klasifikasikan ke dalam tiga macam kelas yaitu yang ekonomis, politis, dan yang
didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya, ketiga
bentuk kelompok tadi mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainya, di
mana terjadi saling mempengaruhi. Misalnya, mereka yang termasuk ke dalam suatu
lapisan atas dasar ukuran politis biasanya juga merupakan orang-orang yang
menduduki suatu lapisan tertentu atas dasar ekonomis. Dimikian pula mereka yang
kaya biasanya menempati jabatan-jabatan yang senantiasa penting. Akan tetapi
hal itu tergantung pada sistem nilai yang berlaku serta berkembang dalam
masyarakat bersangkutan.
2.2 TERJADINYA LAPISAN MASYARAKAT
Sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya
dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Akan tetapi, ada pula yang dengan sengaja
di susun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alasan terbentuknya lapisan
masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur,
sifat keaslian keanggotaan, kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga
harta dalam batas-batas tertentu.
Secara teoritis, semua manusia di anggap sederajat. Akan tetapi, sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya
tidaklah dimikian. Perbedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang
merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.
Pedoman berikut untuk meneliti pokok-pokok terjadinya proses lapisan
dalam masyarakat.
1. Pada sistem pertentangan yang ada dalam
masyarakat, sistem dimikian hanya mempunyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat
tertentu
yang menjadi objek penyelidikan.
2.
Sistem lapisan dapat di analisis dalam arti-arti sebagai berikut.
a. Distribusi
hak-hak istimewa yang objektif seperti penghasilan, kekayaan, dan keselamataan.
b. Sistem
pertanggaan yang di ciptakan oleh para warga masyarakat.
c. Kriteria sistem
pertentengan dapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat
tertentu, milik, dan wewenang atau kekuasaan.
d. Lambang-lambang
kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan pada
suatu organisasi.
e. Mudah sukarnya
bertukar kedudukan.
f. Solidaritas di
antara individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki kedudukan yang
sama dalam sistem sosial masyarakat seperti:
· Pola-pola interaksi (struktur
klik,keanggotaan organisasi, perkawinan dan sebagainya).
· Kesamaan atau ketidaksamaan sistem
percayaan, sikap dan nilai-nilai.
· Kesadaran akan kedudukan masing-masing.
· Aktifitas sebagai organ kolektif.
Sistem lapisan masyarakat yang dengan sengaja di susun
untuk mengajar suatu tujuan bersama. Hal itu biasanya berkaitan dengan
pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi-organisasi formal,
seperti pemerintah, prusahaan, partai politik, angkatan bersenjata atau
perkumpulan.kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam sistem lapisan.
Unsur tersebut memepunyai sifat yang lain dari uang, tanah, benda-benda ekonomis, ilmu
pengetahuan, atau kehormatan.
Akan tetapi, apabila suatu masyarakat hendak hidup dengan
teratur, kekuasaan dan wewenang
yang ada harus di bagi dengan teratur pula
sehingga jelas bagi setiap orang di tempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang
dalam organisasi, secara vertikal dan horizontal. Apabila kekuasaan dan
wewenang tidak di bagi secara teratur, kemungkinan besar sekali akan terjadi pertentangan-pertentangan
yang dapat membahayakan keutuhan masyarakat.
2.3 SIFAT SISTEM LAPISAN MASYARAKAT
Sifat sistem lapisan di dalam suatu
masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social stratification) dan terbuka
(open social stratification). Sistem lapisan yang bersifat tertutup membatasi
kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik
yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah. Di dalam sistem demikian,
satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah
kelahiran. Sebaliknya di dalam sistem terbuka, setiap masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan
sendiri untuk naik lapisan, atau, bagi mereka yang tidak beruntung jatuh dari
lapisan yang atas ke lapisan dibawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini
memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk di
jadikan landasan pembagunan masyarakat dari pada sistem yang tertutup.
2.4 KELAS-KELAS DALAM MASYARAKAT (SOCIAL CLASSES)
Kelas sosial adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu
lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu di ketahui serta di akui oleh
masyarakat umum.
Ada beberapa pendapat tentang kelas
sosial, yaitu:
·
Kurt.B.Mayer, istilah kelas
sosial hanya di pergunakan untuk lapisan yang bersandarkan atas unsur-unsur
ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan kemasyarakatan di
namakan kelompok kedudukan (status group).
·
Max Weber, membuat
perbedaan antara dasar-dasar ekonomis dan dasar-dasar kedudukan sosial, dan
tetap menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat
ekonomis di baginya lagi dalam kelas yang bersandarkan atas pemilikan tanah dan
benda-benda, sarta kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dan menggunakan
kecakapanya. Adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dan di namakan stand.
·
Joseph Schumpeter, terbentuknya
kelas dalam masyarakat di perlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan
keperluan-keperluan yang nyata, akan tetapi makna kelas dan gejala-gejala
kemasyarakatan lainya hanya dapat di mengerti dengan benar apabila di ketahui
riwayat terjadinya.
Definisi lain dari kelas adalah berdasarkan beberapa
kriteria tradisional, yaitu:
1.
Besar jumlah anggotanya,
2.
Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya,
3.
Kelanggengan,
4.
Tanda/lambang-lambang yang merupakan ciri khas,
5.
Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu terhadap kelompok lain),
6.
Antagonisme tertentu.
Sehubungan dengan
kriteria tersebut di atas, kelas menyediakan kesempatan atau
fasilitas-fasilitas hidup tertentu. ( life chances ) bagi anggotanya.
2.5 DASAR LAPISAN MASYARAKAT
Di antara lapisan teratas dengan lapisan terendah, terdapat lapisan yang
jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan teratas tidak hanya memiliki satu
macam saja dari apa yang di hargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukan yang
tinggi itu bersifat komulatif. Artinya mereka yang mempunyai banyak uang akan
mudah sekali dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan, kekuasaan, dan mungkin
juga kehormatan.
Kriteria-kriteria yang biasa dipakai
untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan adalah:
1. Ukuran kekayaan, yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan
paling atas
2. Ukuran kekuasaan, yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang
terbesar menempati lapisan atasan
3. Ukuran kehormatan, orang yang paling di segani dan dihormati mendapat tempat
yang teratas. Ukuran ini dijumpai di masyarakat masyarakat tradisional.
Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa
4. Ukuran ilmu pengetahuan, ukuran ini terkadang menyebabkan
akibat yang negatif karena bukan mutu pengetahuannya yang di lihat melainkan
gelar kesarjanaannya.
2.6 UNSUR-UNSUR LAPISAN MASYARAKAT
Hal yang mewujudkan unsur dalam
teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah kedudukan ( status )
dan peranan ( role ). Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti yang
penting bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur
hubungan timbal balik antar individu-individu tersebut. Dalam hubungan timbal
balik tersebut, kedudukan dan peranan individu mempunyai arti yang penting
karena langgengnya masyarakat tergantung pada keseimbangan kepentingan-kepentingan
individu termaksud. Untuk
gambaran yang agak lebih mendalam, kedua hal tersebut akan dibicarakan.
1. Kedudukan
( status ).
Kadang-kadang di bedakan antara pengertian kedudukan (
status ) dengan kedudukan sosial ( social status ). Kedudukan di artikan
sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan
sosial diartikan adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat
sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan,
prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Secara abstrak,
kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan
yaitu sebagai berikut:
1. Ascribed Status
· Kedudukan yang diperoleh berdasarkan
keturunan, kelahiran
· Masyarakat tidak dapat memilih
· Bukan berdasar pada kemampuan
2. Achieved Status
· Kedudukan yang diperoleh berdasarkan
usaha yang sengaja
· Berdasarkan pada kemampuan
3.Assigned Status
·
Kedudukan yang diberikan
·
Berdasarkan jasa seseorang yang telah memperjuangkan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat
2. Peranan
( role )
Peranan ( role ) merupakan aspek dinamis
kedudukan ( status). Apabila seseorang meleksanakan hak dan kewajibanya sesuai
dengan kedudukanya, dia menjankan suatu peranan. Pembeda antara kedudukan
dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.keduanya tidak dapat
di pisah-pisahkan karena yyang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.
Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sabagai mana
halnya dalam kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai
macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu
sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang perbuatnya bagi masyarakat
serta kesempata-kesempatan apa yang di berikan oleh masyarakat kepadanya.
Pentingnya peranan adalah karna ia mengatur prilaku seseorang. Peranan
menyebabkan seseorang pada batass-batas tertentu dapat meramalkan
perbuatan-perbutan orang lain hubungan-hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat.
Peranan juga di atur oleh norma-norma yang berlaku.
Peranan yang
melekat pada seseorang harus di bedakan dengan posisi dalam pergaulan
kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat yaitu social position
merupakan unsur statis yang menunjukan tepat individu pada organisasi
masyarakat.
Peranan mencakup tiga hal, yaitu
nsebagai berikut;
a. Peranan meliputi norma-norma
yang di hubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan
dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan merupakan suatu konsep
tentang apa yang dapat di lakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi.
c. Peranan juga dapat di katakan
sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
2.7 LAPISAN YANG SENGAJA DISUSUN
Di mana telah diterangkan bahwa ada
lapisan yang sengaja disusun, dalam suatu organisasi formal oleh mereka yang
berwenang untuk itu. Secara panjang lebar hal itu disusun oleh Chester F.
Barnard dalam karangannya yang berjudul The Function of Status Sistem. Menurut
Barnard, sistem pembagian kedudukan pada pokoknya diperlukan secara mutlak agar
organisasi dapat bergerak secara teratur untuk mencapai tujuan yang di niatkan
oleh para penciptanya.
Sistem kedudukan dalam organisasi formal
timbul karena perbedaan-perbedaan kebutuhan, kepentingan, dan kemampuan
individual yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Perbedaan kemampuan individu.
Kemampuan khusus yang di miliki seseorang dan di akui oleh masyarakat
menyebabkan yang bersangkutan memiliki kedudukan tertentu.
2. Perbedaan-perbedaan yang
menyangkut kesukaran-kesukaran untuk melakukan bermacam-macam jenis pekerjaan.
3. Perbedaan kepentingan masing-masing
jenis pekerjaan.
4. Keinginan pada kedudukan yang
formal sebagai alat sosial atau alat organisasi.
5. Kebutuhan akan perlindungan bagi
seseorang.
2.8 MOBILITAS SOSIAL ( SOCIAL MOBILITY )
1. Pengertian Umum dan jenis-jenis Gerak Sosial
Gerak sosial atau social mobility adalah suatu
gerak dalam struktur sosial ( social strukture ) yaitu pola-pola tertentu yang
mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencangkup
sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara
individu dengan kelompoknya.
Tipe-tipe gerak
sosial yang prinsipil ada dua yaitu, gerak sosial horizontal dan gerak sosial vertikal.
Gerak sosial harizontal merupakan peraliahan individu atau objek-objek sosial
lainnya yang sederajat. Contohnya adalah seseorang yang beralih kewarganegaraan
beralih pekerjaan yang sederajat atau mungkin juga peralihan, atau gerak
objek-objek sosial. Gerak sosial vertikal adalah sebagai perpidahan individu
atau objek sosial dari suatu kedudukan
sosial ke kedudukan yang lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan
arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu yang naik ( social climbing ) dan yang turun ( social sinking ).
- Gerak sosial vertikal naik mempunyai dua bentuk utama
yaitu:
a. Masuknya individu-individu yang
mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan
tersebut telah ada.
b. Pembentukan suatu kelompok baru, yang
kemudian di tempatkan pada derajat yang lebih tinggi, dari kedudukan
individu-individu pembentuk kelompok tersebut.
- Gerak sosial vertikal yang menurun mempunyai dua bentuk
utama yaitu:
a. Turunnya kedudukan individu ke kedudukan
yang lebih rendah derajatnya.
b. Turunnya derajat sekelompok individu yang
dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
2. Tujuan Penelitian Gerak Sosial
Para sosiologi meneliti gerak sosial
untuk mendapatkan keterangan-keterangan perihal keteraturan dan kekuasaan
struktur sosial. Para sosiologi
mempunyai perhatian yang khusus terhadap kesulitan-kesulitan yang secara
relatif di dalami oleh individu-individu dan kelompok-kelompok sosial dalam
mendapatkan kedudukan yang terpandang oleh masyarakat dan yang merupakan objek
dari suatu persaingan.
Dalam sistem lapisan terbuka,
kedudukan yang hendak di capai, tergantung pada usaha dan kemampuan si
individu. Memang benar bahwa anak seorang pengusaha misalnya mempunyai peluang
yang lebih baik dan lebih besar dari pada anak seorang tukang sapu jalan. Akan
tetapi, kedudukan dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi anak tukang
sapu untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan yang semula di
punyainya. Bahkan sebaliknya, sifat terbuka dalam sistem lapisan dapat
mendorong dirinya untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi dan lebih
terpandang dalam masyarakat,. Namun, kenyataanya tidak seideal itu. Dalam
masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitan-kesulitan, misalnya birokrasi,
biaya, kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat,dan lain sebagainya.
3. Beberapa Prinsip Umum Gerak Sosial
Yang Vertikal
Gerak sosial horizontal seperti
pindah pekerjaan yang sederajat, perpindahan penduduk
( urbanisasi,
transmigrasi, dan lain sebagainya ), bukan di bicarakan dengan panjang lebar.
Bukan karena sengaja terebut tidak penting,
tetapi karena gerak sosial vertikal lebih penting untuk dijadikan
landasan bagi pembangunan. Prinsip-prinsip umum yang sangat penting bagi gerak
sosial vertikal adalah sebagai berikut:
a.
Hampir tak ada masyarakat yang sifat sistem lapisan mutlak tertutup, dimana
sama sekali tak ada gerak sosial yang vertikal.
b.
Berapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin gerak
sosial yang vertikal dilakukan dengan yang sebebas-bebasnya. Paling tidak
banyak akan ada hambatan-hambatan. Apabila proses gerak sosial termasuk dapat
dilakukan dengan sebebas-bebasnya, tak mungkin ada stratifikasi sosial yang
menjadi ciri tetap dan umum dari setiap masyarakat.
c.
Gerak sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tak ada. Setiap
masyarakat mempunyai ciri-ciri sendiri bagi gerak sosialnya yang vertikal.
d. Laju
gerak sosial vertikal yang di sebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik,
serta pekerjaan berbeda.
e.
Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal yang di
bedakan faktor-faktor ekonomis, politik dan pekerjaan, tak ada kecendrungan
yang kontinu perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial
4. Saluran Gerak Sosial Vertikal
Menurut Paritim A. Sorokin, gerak
sosial vertikal mempunyai saluran-saluran dalam masyarakat. Proses gerak sosial
vertikal melalui saluran tadi disebut social
circulation. Saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata, lembaga
keagamaan, pendidikan, organisasi politik, ekonomi dan keahlian.
Angkatan bersenjata memainkan peranan penting dalam
masyarakat dengan sistem militerisme, atau yang berada dalam keadaan perang, baik melawan musuh dari luar
maupun perang saudara.
Lembaga keagamaan merupakan salah
satu saluran penting dalam gerak sosial vertikal. Setiap ajaran agama
menganggap manusia mempunyai keadaan sederajat. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pemuka-pemuka agama bekerja keras untuk menaikan kedudukan orang-orang dari
lapisan rendah dalam masyarakat.
Lembaga pendidikan seperti sekolah,
pada umumnya merupakan saluran kongkrit gerak sosial yang vertikal. Bahkan
sekolah-sekolah dapat di anggap sebagai social
elevator yang bergerak dari kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke
kedudukan yang paling tinggi. Kadang-kadang di jumpai dimana sekolah-sekolah
tertentu hanya dapat di masuki oleh golongan-golongan masyarakat yang tertentu,
misalnya dari lapisan atas, atau dari suatu ras tertentu. Sekolah-sekolah yang
demikian bila dapat di masuki oleh lapisan yang rendah akan menjadi saluran
gerak sosial yang vertikal.
Organisasi politik seperti partai
politik dapat memberi peluang besar bagi para anggotanya untuk naik dalam
pertanggaan kedudukan. Apabila ia mempunyai kemampuan beragitasi,
berorganisasi, dan sebagainya. Pada masyarakat yang demokratis dimana lembaga
pemilihan umum memegang peranan penting
dalam pembentukan kepemimpinan, organisasi-organisasi politik mempunyai peranan
yang sama, walaupun dalam bentuk yang lain.
Bagaimana juga dengan wujudnya suatu
organisasi ekonomi umpamanya perusahaan mobil, perusahaan impor ekspor, dan
lain-lainnya. Organisasi-organisasi tersebut memegang peranan sebagai saluran
gerak sosial yang vertikal. Betapapun ukuran-ukuran yang menjadi dasar sistem
lapisan dalam masyarakat biasanya orang-orang kayalah yang menduduki lapisan tinggi.
Gejala ini juga di jumpai pada masyarakat tradisional, yang sering di hubungkan
dengan upacara-upacara adat yang harus di lakukan.
2.9 PERLUNYA SISTEM LAPISAN MASYARAKAT
Manusia pada umumnya bercita-cita
agar ada perbedaan kedudukan dan peranan dalam masyarakat itu tidak ada. Akan
tetapi, cita- cita tersebut selalu akan tertumbuk pada kenyataan yang
berlainan. Setiap masyarakat harus menempatkan individu-individu pada
tempat-tempat tertentu dalam struktur sosial dan mendorong mereka untuk melaksanakan
kewajiban-kewajibannya sebagai akibat penempatan tersebut. Dengan demikian,
masyarakat menghadapi dua persoalan. yaitu, menempatkan individu-indiiduu
tersebut, dan mendorong agar mereka melaksanakan kewajibannya.
Apabila semua kewajiban selalu sesuai
dengan keinginan si individu, dan sesuai pula dengan kemampuan-kemampuannya dan
seterusnya, persoalannya tak akan selalu sulit untuk di laksanakan. Akan tetapi
kenyataan bukanlah demikian. Kedudukan dan peranan tertentu sering memerlukan
kemampuan dan latihan-latihan tertentu. Pentingnya kedudukann dan peranan
tersebut juga tidak selalu sama. Maka, tak akan dihindarkan bahwa masyarakat
harus menyediakan beberapa macam sistem pembalasan jasa sebagai pendorong agar
individu mau melaksanakan kewajiban-kewajjibannya yang sesuai dengan posisinya
dalam masyarakat.
Dengan demikian, mau tidak mau ada
sistem lapisan masyarakat karena gejala tersebut sekaligus memecahkan persoalan
yang di hadapi masyarakat yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat yang
tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan kewajiban
yang sesuai dengan kedudukan serta dengan peranannya. Pengisian tempat-tempat
tersebut merupakan daya pendorong agar masyarakat bergerak sesuai dengan
fungsinya. Akan tetapi, wujudnya dalam setiap masyarakat juga berlainan karena
tergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-masing masyarakat. Jelas bahwa
kedudukan dan peranan yang di anggap tertinggi oleh setiap masyarakat adalah
kedudukan dan peranan yang di anggap terpenting secara memerlukan kemampuan dan
latihan-latihan yang maksimal.
2.10 PENDEKATAN
DALAM STRATIFIKASI SOSIAL
Ada
tiga pendekatan dalam mempelajari stratifikasi sosial:
1. Metode obyektif
Yaitu suatu
penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi pendapatannya,
lama atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.
2. Metode
subyektif
Dalam metode
ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat yang
menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.
3. Metode reputasi
Dalam metode
ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan
masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu
.
Dengan demikian, ada tiga pendekatan dalam memplajari
stratifikasi sosial, yaitu: metode obyektif yang mengarah kepada secara
fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada kedudukan dalam masyarakat
sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian seseorang dalam
bermasyarakat.
2.11 TEORI-TEORI STRATIFIKASI SOSIAL
Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari
stratifikasi sosial:
1. Teori Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap bahwa
evolusi sosial secara umum terjadi
karena sifat kecenderungan masyarakat untuk berkembang, yang disebutnya sebagai
”kapitalis adaptif”.
2. Teori Surplus Lenski
Sosiolog Gerhard Lenski mengemukakan bahwa makhluk yang mementingkan diri sendiri dan selalu berusaha untuk
mensejahterakan dirinya.
3. Teori
Kelangkaan
Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin
intensnya stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.
4. Teori Marxian
Menekankan pemilikan kekayaan pribadi sebagi
penentu struktur strtifikasi.
5. Teori Weberian
Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam
hubungan pemilikan modal.
Dengan demikian, ada 5 teori yang
harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial, diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan
perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme, teori
Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah
penduduk, teori Marxian mengarah kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi
sosial, sedangkan teori Weberian yang mengaeah kepada stratifikasi
tidak berlandasan kepemilikan.
2.12
BENTUK-BENTUK STRATIFIKASI
SOSIAL
Terbentuknya
stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan adanya sesuatu yang dihargai
dan dianggap bernilai. Pada dasarnya sesuatu yang dihargai selalu berubah-ubah
sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Keadaan ini menjadikan
bentuk-bentuk stratifikasi sosial semakin beragam. Selain itu, semakin
kompleksnya kehidupan masyarakat semakin kompleks pula bentuk-bentuk
stratifikasi yang ada. Secara garis besar bentuk-bentuk stratifikasi sosial
sebagai berikut.
a) Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria
Ekonomi
Dalam
stratifikasi ini dikenal dengan sebutan kelas
sosial. Kelas sosial dalam ekonomi didasarkan pada jumlah pemilikan kekayaan
atau penghasilan. Secara umum klasifikasi kelas sosial terdiri atas tiga
kelompok sebagai berikut.
1)
Kelas sosial atas, yaitu kelompok orang memiliki kekayaan banyak, yang dapat
memenuhi segala kebutuhan hidup bahkan secara berlebihan. Golongan kelas ini
dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan, bentuk rumah, gaya hidup yang
dijalankan, dan lain-lain.
2)
Kelas sosial menengah, yaitu kelompok orang berkecukupan yang sudah dapat
memenuhi kebutuhan pokok (primer), misalnya sandang, pangan, dan papan. Keadaan
golongan kelas ini secara umum tidak akan sama dengan keadaan kelas atas.
3) Kelas
sosial bawah, yaitu kelompok orang miskin yang masih belum dapat memenuhi
kebutuhan primer. Golongan kelas bawah biasanya terdiri atas pengangguran,
buruh kecil, dan buruh tani.
b) Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria
Sosial
Stratifikasi
sosial berdasarkan kriteria sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam
kelompok tingkatan sosial berdasarkan status sosialnya. Oleh karena itu,
anggota masyarakat yang memiliki kedudukan sosial yang terhormat menempati
kelompok lapisan tertinggi. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak memiliki
kedudukan sosial akan menempati pada lapisan lebih rendah. Contoh: seorang
tokoh agama atau tokoh masyarakat akan menempati posisi tinggi dalam pelapisan
sosial.
c) Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria
Politik
Apabila kita
berbicara mengenai politik, maka pembicaraan kita berhubungan erat dengan
sistem pemerintahan. Dalam stratifikasi sosial, media politik dapat dijadikan
salah satu kriteria penggolongan. Orang-orang yang menduduki jabatan di dunia
politik atau pemerintahan akan menempati strata tinggi. Mereka dihormati,
disegani, bahkan disanjung-sanjung oleh warga masyarakat. Orang-orang yang
menduduki jabatan di pemerintahan dianggap memiliki kelas yang lebih tinggi
dibandingkan warga biasa. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik
menjadikan masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok lapisan atas
yaitu elite kekuasaan disebut juga kelompok dominan (menguasai) sedangkan
kelompok lapisan bawah, yaitu orang atau kelompok masyarakat yang dikuasai
disebut massa atau kelompok terdominasi (terkuasai).
d)
Stratifikasi Sosial Berdasarkan
Kriteria Pekerjaan
Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang dapat dijadikan sebagai dasar
pembedaan dalam masyarakat. Seseorang yang bekerja di kantor dianggap lebih
tinggi statusnya daripada bekerja kasar, walaupun mereka mempunyai gaji yang
sama. Adapun penggolongan masyarakat didasarkan pada mata pencaharian atau
pekerjaan sebagai berikut.
1.
Elite yaitu orang kaya dan orang yang menempati kedudukan atau pekerjaan yang
dinilai tinggi oleh masyarakat.
2. Profesional
yaitu orang yang berijazah dan bergelar kesarjanaan serta orang dari dunia
perdagangan yang berhasil.
3.
Semiprofesional mereka adalah para pegawai kantor, pedagang, teknisi
berpendidikan menengah, mereka yang tidak berhasil mencapai gelar, para
pedagang buku, dan sebagainya.
4. Tenaga
terampil mereka adalah orang-orang yang mempunyai keterampilan teknik mekanik
seperti pemotong rambut, pekerja pabrik, sekretaris, dan stenografer.
5. Tenaga
tidak terdidik, misalnya pembantu rumah tangga dan tukang kebun.
e)
Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria
Pendidikan
Antara kelas sosial dan pendidikan saling memengaruhi. Hal ini dikarenakan
untuk mencapai pendidikan tinggi diperlukan uang yang cukup banyak. Selain itu,
diperlukan juga motivasi, kecerdasan, dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi
dan rendahnya pendidikan akan
berpengaruh pada jenjang kelas sosial.
f)
Stratifikasi Sosial Berdasarkan
Kriteria Budaya Suku Bangsa
Pada
dasarnya setiap suku bangsa memiliki stratifikasi sosial yang berbeda-beda.
Misalnya pada suku Jawa. Di Jawa terdapat stratifikasi sosial berdasarkan
kepemilikan tanah sebagai berikut.
1. Golongan
wong baku (cikal bakal), yaitu orang-orang keturunan para pendiri desa. Mereka
mempunyai hak pakai atas tanah pertanian dan berkewajiban memikul beban anak
keturunan para cikal bakal tersebut. Kewajiban seperti itu disebut dengan gogol
atau sikep.
2.
Golongan kuli gandok (lindung), yaitu orang-orang yang mempunyai rumah sendiri,
tetapi tidak mempunyai hak pakai atas tanah desa.
3. Golongan
mondok emplok, yaitu orang-orang yang mempunyai rumah sendiri pada tanah
pekarangan orang lain.
4. Golongan
rangkepan, yaitu orang-orang yang sudah berumah tangga, tetapi belum mempunyai
rumah dan pekarangan sendiri.
5.
Golongan sinoman, yaitu orang-orang muda yang belum menikah dan masih tinggal
bersama-sama dengan orang tuanya.
Selain itu, stratifikasi sosial pada masyarakat Jawa
didasarkan pula atas pekerjaan atau keturunan, yaitu golongan priayi dan
golongan wong cilik. Golongan priayi adalah orang-orang keturunan bangsawan dan
para pegawai pemerintah serta kaum cendekiawan yang menempati lapisan atas.
Sedangkan golongan wong cilik antara lain para petani, tukang, pedagang kecil,
dan buruh yang menempati lapisan kelas bawah. Pada tahun 1960-an, Clifford
Geertz seorang pakar antropolog Amerika membagi masyarakat Jawa menjadi tiga
kelompok, yaitu santri, abangan, dan priayi. Menurutnya, kaum santri adalah
penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara
nominal atau menganut Kejawen, sedangkan kaum priayi adalah kaum bangsawan.
2.13 DAMPAK STRATIFIKASI SOSIAL
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan
sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan
sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan
terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah
kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang
kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.
Alasan-alasan yang digunakan bagi tiap-tiap masyarakat diantaranya : Pada
masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama adalah kepandaian
berburu. Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam, maka
kerabat pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggap sebagai orang-orang yang menduduki
lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat Batak, di mana
marga tanah, yaitu marga yang pertama-tama membuka tanah, dianggap
mempunyai kedudukan yang tinggi.
Dapat saya uraikan bahwa dampak adanya suatu stratifikasi
akan mengakibatkan adanya hukum rimba. Siapa yang kuat, dialah yang menang.
Kelas yang tergolong atas akan memegang peranan kelas bawah yang notabenya
harus disamakan, karena sesama makhluk tuhan. Secara teoritis memang semua
masyarakat dianggap sederajat, akan tetapi pembedaan tersebut merupakan gejala
universal yang merupakan sistem sosial dalam masyarakat. Maka dari itu, meski
ada stratifikasi sosial seseorang atau masyarakat harus memegang konsep
keadilan.
BAB III
FENOMENA
3.1 SEJARAH KABUPATEN BOGOR
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat
kerajaan tertua di Indonesia. Catatan Dinasti Sung di Cina dan prasasti yang
ditemukan di Tempuran sungai Ciaruteun dengan sungai Cisadane, memperlihatkan bahwa
setidaknya pada paruh awal abad ke 5 M di wilayah ini telah ada sebuah bentuk
pemerintahan. Sejarah lama Dinasti Sung mencatat tahun 430, 433, 434, 437, dan
452 Kerajaan Holotan mengirimkan utusannya ke Cina. Sejarawan Prof. Dr. Slamet
Muljana dalam bukunya Dari Holotan ke Jayakarta menyimpulkan Holotan adalah
transliterasi Cina dari kata Aruteun, dan kerajaan Aruteun adalah salah satu
kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa. Prasasti Ciaruteun merupakan bukti sejarah
perpindahan kekuasaan dari kerajaan Aruteun ke kerajaan Tarumanagara dibawah
Raja Purnawarman, sekitar paruh akhir sabad ke-5.
Prasasti-prasasti lainnya peninggalan Purnawarman adalah prasasti
Kebon Kopi di Kecamatan Cibungbulang, Prasasti Jambu di Bukit Koleangkak (Pasir
Gintung, Kecamatan Leuwiliang), dan prasasti Lebak (di tengah sungai
Cidanghiyang, Propinsi Banten). Pada abad ke 6 dan ke 7 Kerajaan Tarumanagara
merupakan penguasa tunggal di wilayah Jawa Barat. Setelah Tarumanagara, pada
abad-abad selanjutnya kerajaan terkenal yang pernah muncul di Tanah Pasundan
(Jawa Barat) adalah Sunda, Pajajaran, Galuh, dan Kawali. Semuanya tak terlepas
dari keberadaan wilayah Bogor dan sekitarnya. Sejarah awal mula berdirinya
Kabupaten Bogor, ditetapkan tanggal 3 Juni yang diilhami dari tanggal
pelantikan Raja Pajajaran yang terkenal yaitu Sri Baduga Maharaja yang
dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 1482 selama sembilan hari yang disebut dengan
upacara “Kedabhakti”. Nama Bogor menurut berbagai pendapat bahwa kata Bogor
berasal dari kata “Buitenzorg” nama resmi dari Penjajah Belanda. Pendapat lain
berasal dari kata “Bahai” yang berarti Sapi, yang kebetulan ada patung sapi di
Kebun Raya Bogor. Sedangkan pendapat ketiga menyebutkan Bogor berasal dari kata
“Bokor” yang berarti tunggul pohon enau (kawung). Dalam versi lain menyebutkan
nama Bogor telah tampil dalam sebuah dokumen tanggal 7 April 1952, tertulis
“Hoofd Van de Negorij Bogor” yang berarti kurang lebih Kepala Kampung Bogor,
yang menurut informasi kemudian bahwa Kampung Bogor itu terletak di dalam
lokasi Kebun Raya Bogor yang mulai dibangun pada tahun 1817. Asal mula adanya
masyarakat Kabupaten Bogor, cikal bakalnya adalah dari penggabungan sembilan
Kelompok Pemukiman oleh Gubernur Jendral Baron Van Inhof pada tahun 1745,
sehingga menjadi kesatuan masyarakat yang berkembang menjadi besar di waktu
kemudian. Kesatuan masyarakat itulah yang menjadi inti masyarakat Kabupaten
Bogor.
Pusat Pemerintahan Bogor semula masih berada di wilayah Kota Bogor
yaitu tepatnya di Panaragan, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 1982, Ibu Kota Kabupaten Bogor dipindahkan dan ditetapkan di Cibinong.
Sejak tahun 1990 pusat kegiatan pemerintahan menempati Kantor Pemerintahan di
Cibinong.
3.2 KAMPUNG CIKADONGDONG
Kampung Cikadongdong merupakan bagian dari Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Kampung ini secara teretorial berada pada wilayah Dusun II, RW. 9, Kampung Cikadongdong terdiri dari 2 RT. Berpenduduk 47 KK, dengan jumlah penduduk sekitar ± 473 jiwa. Adapun batas-batas Kampung Cikadongdong:
1) Utara : Kampung Batu Beulah
2) Selatan : Kampung Cigamea
3) Timur : Kampung Cimanggu
4) Barat : Kali Cianten
Mata Pencaharian Masyarakat Kampung Cikadongdong
Sebagian besar masyarakat kampung Cikadongdong bekerja sebagai buruh serabutan dan penggarap sawah, hal ini disebabkan karena kurangnya lahan persawahan yang berada di Kampung Cikadongdong sehingga mayoritas dari mereka memilih untuk bekerja sebagai buruh serabutan di beberapa daerah di luar Kampung Cikadongdong. Namun, ada juga yang bekerja sebagai peternak kambing, pengrajin kusen, tukang ojek, kuli bangunan, pedagang.
Sarana dan Prasarana Kampung Cikadongdong
Kampung Cikadongdong merupakan bagian kecil dari Desa Situ Udik, sehingga untuk sarana dan prasarana yang tersedia di kampung ini tidaklah begitu lengkap, namun tetap ada. Sarana dan prasarana yang tersedia di kampung Cikadongdong di antaranya terdapat masjid, lapangan sepak bola, pos ronda, dan sarana irigasi. Sebagian besar masyarakat Kampung Cikadongdong telah memiliki media informasi elektronik sendiri, seperti televisi, VCD, dan radio.
Sejarah Kampung
Nama Kampung Cikadongdong menurut persepsi mitos masyarakat setempat, dikarenakan pada zaman dahulu tedapat sebuah pohon kedondong besar yang tumbuh di dalam wilayah kampung tersebut, sehingga masyarakat memberi nama kampung tersebut Kampung Cikadongdong. Pada mulanya Kampung Cikadongdong hanya ditinggali oleh empat kepala keluarga. Mereka adalah keluarga Bapak Oyot Traimah, keluarga Bapak Jaison, keluarga Bapak Salihin, dan keluarga Bapak Satian. Dari keempat KK inilah kemudian terjadi sebuah regenerasi aktif yang hingga kini mencapai 47 KK.
Nama Kampung Cikadongdong menurut persepsi mitos masyarakat setempat, dikarenakan pada zaman dahulu tedapat sebuah pohon kedondong besar yang tumbuh di dalam wilayah kampung tersebut, sehingga masyarakat memberi nama kampung tersebut Kampung Cikadongdong. Pada mulanya Kampung Cikadongdong hanya ditinggali oleh empat kepala keluarga. Mereka adalah keluarga Bapak Oyot Traimah, keluarga Bapak Jaison, keluarga Bapak Salihin, dan keluarga Bapak Satian. Dari keempat KK inilah kemudian terjadi sebuah regenerasi aktif yang hingga kini mencapai 47 KK.
Karateristik Masyarakat
Mayoritas masyarakat Kampung Cikadongdong merupakan warga asli daerah Desa Situ Udik, sehingga tingkat kekerabatan di antara mereka masih sangat tinggi (genealogis), misalnya saja dapat kita lihat dari persebaran bangunan perumahan yang pada umumnya rumah-rumah yang bersebelahan adalah masih mempunyai hubungan secara keluarga. Sebagai contoh, Pak Mukhlis yang menjabat sebagai Ketua RT rumahnya berdekatan dengan rumah ibunya dan empat saudaranya yang saling bersebelahan satu sama lain. Masyarakat Kampung Cikadongdong sangat memegang teguh prinsip gotong-royong dan musyawarah untuk mufakat dalam kehidupan sehari-harinya, hal ini terlihat ketika akan memperbaiki Marjid Darrusalaam. Sebelum memulai pekerjaan mereka bermusyawarah untuk membahas pembelian material dan kemudian dalam melakukan perbaikan pun dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat setempat.
Secara garis besar, mayoritas kehidupan masyarakat di kampung ini dilandasi oleh nilai-nilai religius yang kuat. Hal ini dibuktikan seluruh masyarakat Kampung Cikadongdong menganut agama yang sama yaitu Islam. Kegiatan majelis ta’lim dan pengajian selalu diadakan rutin mingguan, dengan seorang kyai yang memimpin kegiatan tersebut.
Rata-rata pendidikan masyarakat Kampung Cikadongdong hanya sampai jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) saja, namun ada juga lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menenah Atas (SMA) yang jumlahnya sedikit dan jarang. Hal ini umumnya disebabkan faktor ekonomi keluarga yang tidak mendukung untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, karena faktor keterbatasan biaya sekolah. Sebagian besar masyarakat Kampung Cikadongdong bermata pencaharian sebagai buruh tani, karena hanya sebagian kecil saja m`syarakat Kampung Cikadongdong yang memiliki sawah sendiri.
Mayoritas masyarakat Kampung Cikadongdong merupakan warga asli daerah Desa Situ Udik, sehingga tingkat kekerabatan di antara mereka masih sangat tinggi (genealogis), misalnya saja dapat kita lihat dari persebaran bangunan perumahan yang pada umumnya rumah-rumah yang bersebelahan adalah masih mempunyai hubungan secara keluarga. Sebagai contoh, Pak Mukhlis yang menjabat sebagai Ketua RT rumahnya berdekatan dengan rumah ibunya dan empat saudaranya yang saling bersebelahan satu sama lain. Masyarakat Kampung Cikadongdong sangat memegang teguh prinsip gotong-royong dan musyawarah untuk mufakat dalam kehidupan sehari-harinya, hal ini terlihat ketika akan memperbaiki Marjid Darrusalaam. Sebelum memulai pekerjaan mereka bermusyawarah untuk membahas pembelian material dan kemudian dalam melakukan perbaikan pun dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat setempat.
Secara garis besar, mayoritas kehidupan masyarakat di kampung ini dilandasi oleh nilai-nilai religius yang kuat. Hal ini dibuktikan seluruh masyarakat Kampung Cikadongdong menganut agama yang sama yaitu Islam. Kegiatan majelis ta’lim dan pengajian selalu diadakan rutin mingguan, dengan seorang kyai yang memimpin kegiatan tersebut.
Rata-rata pendidikan masyarakat Kampung Cikadongdong hanya sampai jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) saja, namun ada juga lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menenah Atas (SMA) yang jumlahnya sedikit dan jarang. Hal ini umumnya disebabkan faktor ekonomi keluarga yang tidak mendukung untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, karena faktor keterbatasan biaya sekolah. Sebagian besar masyarakat Kampung Cikadongdong bermata pencaharian sebagai buruh tani, karena hanya sebagian kecil saja m`syarakat Kampung Cikadongdong yang memiliki sawah sendiri.
3.3 PELAPISAN MASYARAKAT DI KAMPUNG CIKADONGDONG
Pelapisan masyarakat di Kampung Cikadongdong merupakan pelapisan sosial terbuka yang memberikan peluang pada warganya untuk mengadakan gerak perubahan di dalam pelapisan sosial, sehingga individu-individu dalam sistem sosial kemasyarakatan mempunyai peluang untuk melakukan mobilisasi sosial/ gerak sosial. Pelapisan sosial tersebut didasarkan oleh tingkat pengetahuan, kehormatan, kekuasaan, dan kekayaan yang dimiliki oleh individu dalam masyarakat, dimana biasanya individu tersebut mempunyai akses terhadap sumber daya.
Dari empat dasar tersebut yang paling dominan di Kampung Cikadongdong adalah dasar pengetahuan; yaitu pengetahuan religius tentang Agama Islam. Secara faktual di lapangan, memang pembedaan dan ketidaksamaan sudah terjadi secara otomatis dalam hal yang bertalian dengan umur dan jenis kelamin (sex) yang merupakan pembedaan yang melekat semenjak mereka lahir, cara pembedaan ini merupakan sebuah bentuk konsekuensi logis dari adanya pembedaan di atas yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kedekatan tempat tinggal (dalam hal ini hubungannya dengan akses) turut menjadi faktor penentu ”kemudahan” hidup sesorang. Barang siapa yang rumahnya berdekatan dengan rumah Pak RT, tokoh masyarakat, “elite lokal”, tentunya akses informasi (komunikasi) menjadi mudah, misalnya ketika pemberian bantuan subsidi tunai (BLT dari penarikan subsidi BBM), orang-orang yang bertempat tinggal di sebelah Pak RT tentunya akan mengetahui lebih cepat daripada orang-orang yang bertempat tinggal jauh dari rumah Pak RT.
3.4 DIFERENSIASI DAN KETIDAKSAMAAN SOSIAL
Diferensiasi dan ketidaksamaan sosial merupakan hal pokok yang pasti ada ketika kita membahas stratifikasi sosial. Ketika ada pembedaan dan ketidaksamaan dalam masyarakat, pandangan Marxist menyatakan tentunya menyebabkan masyarakat tersebut menjadi berkelas-kelas/bertingkat-tingkat, sehingga muncul pelapisan-pelapisan dalam masyarakat. Ada yang berada pada golongan atas, menengah dan bawah, yang mempunyai kemampuan untuk mengakses “sumber daya” berbeda-beda, dimana kelas lapisan atas lebih mendominasi daripada kelas menengah atau bahkan kelas bawah. Ada kecenderungan golongan bawah untuk berusaha naik menggantikan kedudukan golongan atas dan golongan atas juga berusaha mempertahankan posisinya bahkan lebih meningkatkan lagi, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi lapisan golongan atas untuk turun menjadi golongan menengah bahkan golongan bawah dengan beberapa faktor yang dapat menyebabkan semua ini terjadi. Adapun yang di temukan di Kampung Cikadongdong, diferensiasi dan ketidaksamaan sosial mengacu pada:
1) Pengetahuan (pondok pesantren)
2) Jenis Kelamin (alamiah).
3) Umur (alamiah).
4) Kekayaan.
5) Kedekatan wilayah tempat tinggal dengan elit lokal.
Diferensiasi Sosial
Penjelasan lebih lanjut mengenai diferensiasi sosial di Kampung Cikadongdong adalah sebagai berikut:
1) Jenis Kelamin: Di Kampung Cikadongdong laki-laki dipandang lebih bisa untuk menjadi pemimpin dibandingkan perempuan, karena menurut pandangan mereka kaum pria mempunyai figur yang lebih kuat untuk bisa dijadikan seorang pemimpin dalam membimbing kaum wanita dan anak-anak di kesehariannya, juga selain itu masyarakat Kampung Cikadongdong berusaha untuk menerapkan apa yang terkandung dalam ajaran Islam, bahwa kaum pria lebih kuat dibandingkan kaum wanita. Contohnya bisa menjadi imam masjid sedangkan perempuan yang dipimpin atau dengan kata lain jadi makmumnya.
2) Umur: Di Kampung Cikadongdong orang yang lebih tua akan lebih dihormati oleh masyarakat setempat karena mereka menggolongkan orang yang dianggap lebih tua itu kepada kaum sesepuh yang patut untuk banyak didengarkan nasihat-nasihat dari mereka. Contohnya dalam kerja bakti orang tua yang mengatur pekerjaan anak mudanya.
3) Pengetahuan: Orang yang mempunyai pengetahuan ilmu agama yang lebih mapan akan lebih dipercaya untuk memimpin kegiatan yang bersifat religius sehingga mereka bisa menyalurkan ilmu agama yang mereka miliki kepada masyarakat Kampung Cikadongdong. Contohnya lulusan pesantren lebih dipercaya untuk menjadi imam di masjid.
4) Kekayaan: Kepemilikan seseorang terhadap sumber daya yang berkaitan dengan hal kekayaan yang dimiliki oleh beberapa orang di kampung tersebut, dapat membantu warga setempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, sehingga pada kenyataannya warga tidak begitu kesulitan dalam mencukupi kebutuhannya baik primer maupun yang sekunder. Contohnya banyak warga yang membeli kebutuhan hidupnya di warung-warung terdekat.
5) Kedekatan wilayah: Orang-orang yang tinggal dekat dengan kepala RT dan tokoh masyarakat lainnya dapat membantu dalam penyebaran informasi tentang suatu hal, sehingga informasi tersebut dapat mencapai tujuan yaitu kepada penduduk yang lain dengan lebih cepat tersebar secara merata.
Ketidaksamaan Sosial
Ketidaksamaan sosial yang terdapat di Kampung Cikadongdong antara lain:
1) Jenis kelamin: karena laki-laki lebih sering shalat di masjid dibandingkan perempuan maka laki-laki lebih cepat menerima informasi-informasi penting yang disampaikan di masjid, baik disampaikan secara langsung (dari mimbar masjid) oleh kyai maupun dari interaksinya dengan orang lain ketika berada di lingkungan masjid.
2) Umur: orang yang lebih tua umumnya akan mendapat pengetahuan lebih cepat dari anak muda karena mereka biasa menganggap suatu hal yang baru lebih serius daripada anak muda yang masih menganggap hal seperti itu sebagai hal yang kurang begitu penting bagi mereka dengan tidak memikirkan apa dampak yang akan terjadi bagi mereka.
3) Pengetahuan: orang yang memiliki pengetahuan agama yang lebih mapan akan lebih cepat dalam mengambil tindakan tentang suatu hal yang berkaitan dengan masalah agama yang terjadi di Kampung Cikadongdong daripada orang yang tidak memiliki pengetahuan agama, karena mereka akan lebih cenderung untuk hanya mengikuti dalam penyeselaian masalah tersebut.
4) Kekayaan: orang yang memiliki modal untuk berwirausaha atau harta akan lebih mudah mengakses sumber daya dibandingkan orang yang tidak memiliki apa-apa karena intensitas mereka yang lebih banyak untuk bertemu dengan orang-orang yang berada di lapisan manapun.
5) Kedekatan wilayah: orang yang bertempat tinggal dekat ketua RT atau tokoh masyarakat akan lebih cepat memperoleh informasi daripada yang tinggal lebih jauh dan bisa turut berperan sebagai penyebar informasi yang ada kepada masyarakat yang lainnya.
3.5 DASAR-DASAR TERJADINYA STRATIFIKASI SOSIAL DI KAMPUNG
CIKADONDONG
Dasar Kekayaan
Suatu masyarakat yang memiliki kekayaan cukup banyak dapat dikategorikan termasuk orang yang cukup terpandang oleh sekitarnya. Ukuran kekayaan itu dapat dilihat dari kepemilikan tanah, mobil pribadi dan sebagainya. Namun, pada penelitian yang dilakukan di Kampung Cikadongdong tidak ditemukan ukuran kekayaan yang seperti disebutkan di atas. Untuk masyarakat yang terpandang karena kekayaan, ukuran kekayaannya dapat dilihat dari kepemilikan mereka terhadap luas lahan persawahan, ternak kambing maupun kerbau, pendapatan dari usaha sendiri seperti toko.
Dasar Kekayaan
Suatu masyarakat yang memiliki kekayaan cukup banyak dapat dikategorikan termasuk orang yang cukup terpandang oleh sekitarnya. Ukuran kekayaan itu dapat dilihat dari kepemilikan tanah, mobil pribadi dan sebagainya. Namun, pada penelitian yang dilakukan di Kampung Cikadongdong tidak ditemukan ukuran kekayaan yang seperti disebutkan di atas. Untuk masyarakat yang terpandang karena kekayaan, ukuran kekayaannya dapat dilihat dari kepemilikan mereka terhadap luas lahan persawahan, ternak kambing maupun kerbau, pendapatan dari usaha sendiri seperti toko.
Dasar Kekuasaan
Di Kampung Cikadongdong, masyarakat yang memiliki kekuasaan dalam politik lokal setempat atau yang mempunyai wewenang besar dalam memutuskan suatu perkara mengenai masyarakat akan lebih dihormati keberadaannya. Sebagai contoh lapangan adalah Pak Mukhlis dalam hal ini beliau menjabat sebagai Ketua RT dan Pak Harun. Oleh karena keberadaan mereka sangat berarti dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, maka kekuasaan ini dapat dijadikan modal penting untuk mengatur kehidupan antar warga Kampung Cikadongdong.
Dasar Kehormatan
Pada umumnya orang yang paling dihormati oleh masyarakat Kampung Cikadongdong adalah orang-orang yang termasuk ke dalam golongan tua, karena anggapan masyarakat setempat mereka mempunyai pengalaman hidup yang lebih banyak dibandingkan dengan kaum yang masih muda dan juga mereka beranggapan bahwa orang yang termasuk ke dalam golongna tua itu di dalam riwayat hidupnya pernah berjasa terhadap keberadaan Kampung Cikadongdong. Sebagai contoh dalam hal ini adalah Ibu Asni, beliau termasuk salah satu warga yang dihormati dan disegani karena dengan melihat usianya belhau dianggap sebagai orang yang dituakan oleh masyarakat setempat. Mengingat masih berlakunya sebuah norma, bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih tua.
Dasar Pengetahuan
Di Kampung Cikadongdong, masyarakat menempatkan orang yang memiliki pengetahuan agama tinggi sebagai orang yang paling dihormati. Hal ini disebabkan karena keadaan religius masyarakat setempat yang sangat kuat dengan dibuktikan seluruh penduduk Kampung Cikadongdong memeluk agama Islam
3.6 STARTIFIKASI SOSIAL DALAM DINAMIKA SOSIAL
Dinamika Ekonomi
Ada beberapa kaum pemuda Kampung Cikadongdong yang merasa dirinya kurang bisa memenuhi kebutuhan kehidupannya di dalam bidang ekonomi, sehingga kaum pemuda tersebut memilih jalan untuk melakukan migrasi ke kota yang biasa dikenal dengan urbanisasi. Harapan yang dihasilkan dari migrasi ke kota itu adalah mereka bisa mendapatkan penghasilan yang cukup atau lebih dibandingkan penghasilan mereka yang ada di desa, sehingga adanya migrasi dapat berpengaruh besar terhadap perubahan dinamika ekonomi di Kampung Cikadongdong.
Dinamika Religi-Kultural
Masuknya budaya kota yang dianggap ”lebih” daripada budaya kehidupan pedesaan seperti lifestyle atau gaya hidup yang berlebihan dari model busana sampai teknologi ternyata tetap tidak mempengaruhi Religi-Kultural Kampung Cikadongdong, karena sebagian besar dari mereka tetap berpegang teguh terhadap nilai agama dan budaya yang sangat kuat yaitu Islam. Meskipun dalam kenyataannya ada juga para pemuda kampung tersebut yang mengikuti gaya hidup perkotaan, namun secara keseluruhan nilai-nilai Dinamika Religi-Kultural di Kampung Cikadongdong tidak banyak berubah.
Dinamika Politik
Kancah dunia perpolitikan yang terjadi di Indonesia dengan sistem multi partai yaitu 36 partai, ternyata tidak mempunyai pengaruh besar terhadap dinamika perpolitikan lokal Kampung Cikadongdong. Karena sebagian besar dari mereka memilih dengan mengikuti pilihan dari tokoh masyarakat yang dianggap disegani oleh warga setempat karena pengaruh dari tokoh masyarakat di bidang religi tersebut yang sangat kuat, sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengikuti pilihan dari tokoh masyarakat yang ada.
3.7 PELAPISAN MASYARAKAT YANG ADA DI KAMPUNG
CIKADONGDONG
Bidang Politik
Pada bidang politik adalah termasuk di dalamnya orang-orang yang mempunyai kedudukan secara formal berkaitan dengan struktur pemerintahan baik di Kampung Cikadongdong secara intern maupun hubungannya secara ekstern dengan struktur pemerintahan pada tingkat desa. Dalam bidang politik di Kampung Cikadongdong, yang berada di lapisan teratas adalah
Bidang Politik
Pada bidang politik adalah termasuk di dalamnya orang-orang yang mempunyai kedudukan secara formal berkaitan dengan struktur pemerintahan baik di Kampung Cikadongdong secara intern maupun hubungannya secara ekstern dengan struktur pemerintahan pada tingkat desa. Dalam bidang politik di Kampung Cikadongdong, yang berada di lapisan teratas adalah
1) Kepala Desa
2) Kepala Dusun
3) Kepala RW
Di lapisan kedua dalam bidang politik adalah Kepala RT, secara formal karena mereka tetap mempunyai kaitan secara langsung dengan pihak yang lebih atas dalam struktur pemerintahan desa yaitu dalam hal ini kepala RW untuk melaksanakan tugas administrasinya sebagai kepala RT. Selain itu, pada lapisan menengah adalah tokoh masyarakat sekitar yang dihormati keberadaan mereka dalam masyarakat walaupun secara informal karena mereka memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi masyarakat dalam mendukung terciptanya suasana yang teratur di lingkungan tersebut.
Dan di lapisan paling bawah adalah kepala keluarga karena pemerintahan paling sederhana di masyarakat adalah di tingkat keluarga dan kepala keluargalah yang memiliki andil paling besar di dalam keluarga, sehingga kepala keluarga mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya baik secara material maupun immaterial.
Bidang Ekonomi
Pada bidang ekonomi, yang menjadi ukuran terdeferensiasinya suatu masyarakat adalah kepemilikan seseorang terhadap suatu sumber daya yang bisa menghasilkan keuntungan, baik secara materiil maupun immateriil. Orang-orang masyarakat Kampung Cikadongdong ke dalam lapisan yang teratas yakni:
1) Orang-orang yang mempunyai sawah karena lahan persawahan adalah sebagai tempat penting bagi masyarakat setempat untuk mengais kehidupan di kampung tersebut.
2) Orang-orang yang mempunyai toko karena toko juga merupakan lahan bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan secara meteriil bagi sang pemilik toko.
3) Orang-orang yang mempunyai kerbau karena pandangan penduduk setempat siapa yang bisa untuk membeli kerbau adalah hanya orang-orang yang beruang saja, bahkan dengan adanya kerbau si pemilik bisa menyewakannya untuk menggarap sawah.
Pada lapisan menengah:
1) Orang yang bekerja sebagai tukang ojek karena walaupun mereka tidak memiliki komoditas yang besar untuk mencari penghasilan tetapi dengan bekerja sebagai tukang ojek mereka setidaknya bisa mencukupi kehidupannya sehari-hari dengan jerih payah keringatnya sendiri. Sebagian besar tukang ojek di Kampung Cikadongdong membeli motor dengan cara kredit, sehingga dengan penghasilan yang mereka dapatkan mereka juga masih mempunyai kewajiban untuk melunasi uang kreditan motor tiap bulannya.
2) Orang yang memiliki warung. Berbeda dengan toko, yang disebut warung di sini adalah yang berukuran yang lebih kecil dan yang disediakan juga relatif seadanya atau kurang lengkap.
Sedangkan untuk pelapisan di tingkat bawah ditempati oleh buruh tani karena tidak mempunyai lahan atau tempat usaha yang tetap bahkan alat transportasi yang memadai.
Bidang Religi-Kultural
Di Kampung Cikadongdong terlihat jelas pelapisannya berdasarkan religi-kultural, dikarenakan pada intinya Kampung Cikadongdong merupakan bagian dari Desa Situ Udik yang dilangsir merupakan desa yang religius, selain itu juga disebabkan karena masyarakat di kampung tersebut seluruhnya memeluk Agama Islam. Pelapisan pada tingkat atas ialah Ustadz/Haji yang menjadi pengajar, dengan alasan karena mereka termasuk orang-orang yang paling utama mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam hal agama. Terbukti dengan terpercayanya mereka untuk dapat mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat Kampung Cikadongdong pada khususnya atau juga terkadang mereka juga mangajarkan di luar kampung tersebut.
Di Kampung Cikadongdong terlihat jelas pelapisannya berdasarkan religi-kultural, dikarenakan pada intinya Kampung Cikadongdong merupakan bagian dari Desa Situ Udik yang dilangsir merupakan desa yang religius, selain itu juga disebabkan karena masyarakat di kampung tersebut seluruhnya memeluk Agama Islam. Pelapisan pada tingkat atas ialah Ustadz/Haji yang menjadi pengajar, dengan alasan karena mereka termasuk orang-orang yang paling utama mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam hal agama. Terbukti dengan terpercayanya mereka untuk dapat mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat Kampung Cikadongdong pada khususnya atau juga terkadang mereka juga mangajarkan di luar kampung tersebut.
Pada lapisan
yang menengah ditempatkan pada orang yang lulusan pesantren tetapi tidak
mengajar. Adanya rasa segan yang tinggi dari masyarakat setempat karena
merupakan mereka termasuk orang lulusan pesantren walaupun tidak mengajar ilmu
agama bagi masyarakat. Sedangkan untuk lapisan pada tingkatan yang paling bawah
ditempatkan santri atau yang menjadi murid-murid para guru ngaji setempat.
3.8
MOBILISASI SOSIAL DI KAMPUNG
CIKADONGDONG
Terjadinya Mobilisasi Sosial di Kampung Cikadongdong
Pergerakan sosial atau yang biasa disebut dengan mobilitas sosial kerap terjadi antar lapisan masyarakat yang ada pada Kampung Cikadongdong, baik dari lapisan yang bawah naik menjadi lapisan menengah atau ke lapisan teratas bahkan sebaliknya. Gerak sosial horisontal yaitu peralihan status individu atau kelompok dari suatu kelompok sosial lainnya yang sederajat. Sebagai contohnya adalah Pak Isa yang pada awalnya bekerja sebagai tukang becak di Jakarta tetapi karena telah diberlakukannya peraturan dilarangnya becak beroperasi di Jakarta maka Pak Isa kembali ke kampung dan membuka usaha sendiri yaitu memproduksi krupuk pangsit kecil-kecilan.
Menurut kajian yang bahwa dari banyaknya mobilitas sosial yang terjadi di masyarakat tersebut sebagian besar didominasi oleh pergerakan dari orang-orang yang termasuk lapisan bawah atau menengah naik ke lapisan yang atas (sosial climbing), sedangkan sangat sedikit terjadi mobilitas sosial ke bawah (sosial sinking).
Sebagai contoh gerak sosial vertikal naik (sosial climbing) adalah:
1) Pak Haji Ujang menjadi orang yang cukup terpandang di Kampung Cikadongdong karena pengetahuan dalam bidang agama yang diperolehnya dari pesantren tempat ia menuntut ilmu cukup meningkat dibandingkan sebelumnya.
2) Ibu Wawat menjadi warga yang cukup disegani karena ia menikah dengan Pak Uci yang memiliki toko yang cukup besar. Sehingga ia memiliki cukup uang untuk membantu warga disekitarnya dengan cara memberikan sumbangan kepada janda dan anak yatim.
3) Pak Mukhlis cukup disegani karena beliau belum lama ini menjabat sebagai Ketua RT. Selain itu beliau cukup disegani karena pengetahuan yang dimilikinya dalam hal mendirikan bangunan.
Dan sebagai contoh untuk gerak sosial vertikal turun (social sinking) adalah:
1) Mbah Isran dulu cukup dipandang karena kemampuannya mengobati orang yang sakit melalui ilmu perdukunannya. Tetapi karena perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki masyarakat sudah cukup meningkat maka mereka lebih mempercayai bidang kedokteraan dalam berbagai masalah kesehatan maupun penyakit yang tejadi disekitar lingkungan masyarakat kampung Cikadongdong. Saat ini, Mbah Isran bekerja sebagai penjaga tambak ikan air tawar milik orang lain.
2) Pak Sumpena mengalami mobilitas sosial sinking karena beliau sudah tidak menjabat sebagai ketua RT lagi. Saat ini, beliau bekerja sebagai petani penggarap.
Terjadinya Mobilisasi Sosial di Kampung Cikadongdong
Pergerakan sosial atau yang biasa disebut dengan mobilitas sosial kerap terjadi antar lapisan masyarakat yang ada pada Kampung Cikadongdong, baik dari lapisan yang bawah naik menjadi lapisan menengah atau ke lapisan teratas bahkan sebaliknya. Gerak sosial horisontal yaitu peralihan status individu atau kelompok dari suatu kelompok sosial lainnya yang sederajat. Sebagai contohnya adalah Pak Isa yang pada awalnya bekerja sebagai tukang becak di Jakarta tetapi karena telah diberlakukannya peraturan dilarangnya becak beroperasi di Jakarta maka Pak Isa kembali ke kampung dan membuka usaha sendiri yaitu memproduksi krupuk pangsit kecil-kecilan.
Menurut kajian yang bahwa dari banyaknya mobilitas sosial yang terjadi di masyarakat tersebut sebagian besar didominasi oleh pergerakan dari orang-orang yang termasuk lapisan bawah atau menengah naik ke lapisan yang atas (sosial climbing), sedangkan sangat sedikit terjadi mobilitas sosial ke bawah (sosial sinking).
Sebagai contoh gerak sosial vertikal naik (sosial climbing) adalah:
1) Pak Haji Ujang menjadi orang yang cukup terpandang di Kampung Cikadongdong karena pengetahuan dalam bidang agama yang diperolehnya dari pesantren tempat ia menuntut ilmu cukup meningkat dibandingkan sebelumnya.
2) Ibu Wawat menjadi warga yang cukup disegani karena ia menikah dengan Pak Uci yang memiliki toko yang cukup besar. Sehingga ia memiliki cukup uang untuk membantu warga disekitarnya dengan cara memberikan sumbangan kepada janda dan anak yatim.
3) Pak Mukhlis cukup disegani karena beliau belum lama ini menjabat sebagai Ketua RT. Selain itu beliau cukup disegani karena pengetahuan yang dimilikinya dalam hal mendirikan bangunan.
Dan sebagai contoh untuk gerak sosial vertikal turun (social sinking) adalah:
1) Mbah Isran dulu cukup dipandang karena kemampuannya mengobati orang yang sakit melalui ilmu perdukunannya. Tetapi karena perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki masyarakat sudah cukup meningkat maka mereka lebih mempercayai bidang kedokteraan dalam berbagai masalah kesehatan maupun penyakit yang tejadi disekitar lingkungan masyarakat kampung Cikadongdong. Saat ini, Mbah Isran bekerja sebagai penjaga tambak ikan air tawar milik orang lain.
2) Pak Sumpena mengalami mobilitas sosial sinking karena beliau sudah tidak menjabat sebagai ketua RT lagi. Saat ini, beliau bekerja sebagai petani penggarap.
Faktor-Faktor Penyebab Mobilitas Sosial
Beberapa faktor yang menyebabkan gerak sosial naik terjadi adalah:
1) Atas dasar kekuasaaan; karena dengan kekuasaan yang mereka miliki, mereka dapat lebih menguasai dalam hal struktur pemerintahan terhadap masyarakat Kampung Cikadongdong. Selain itu, dalam hal kekuasaan mencakup di dalamnya faktor tentang politik lokal.
2) Atas dasar pengetahuan (ilmu agama); karena makin banyaknya ilmu pengetahuan tentang agama yang dimiliki oleh seseorang, maka orang tersebut dapat melakukan gerak sosial dari lapisan yang bawah menjadi lapisan yang lebih tinggi. Selain itu, dalam hal pengetahuan juga mencakup di dalamnya tentang religi-kultural setempat.
3) Atas dasar kekayaan; karena dengan kekayaan mereka bisa untuk menyekolahkan anak mereka, sehingga mereka pun akan melakukan gerak sosial dari lapisan bawah menjadi lapisan yang lebih atas lagi.
Beberapa faktor yang menyebabkan gerak sosial turun terjadi adalah:
1) Atas dasar religi-kultural; karena suasana religi sudah sangat menjamur di Kampung Cikadondong, maka ilmu mengenai perdukunan sudah tidak dipercaya lagi keafsahannya. Akibat dari itu semua, beberapa orang yang dahulu sempat dianggap memiliki ilmu tersebut sekarang sudah tidak disegani lagi.
2) Atas dasar kekuasaan; karena masa jabatan suatu pemerintahan ditentukan secara berkala, maka orang-orang yang telah habis masa jabtannya mereka secara otomatis akan melakukan mobilitas sosial turun.
3.9 DAMPAK STRATIFIKASI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada pembeda-bedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Di sekitar kita ada orang yang menempati jabatan tinggi seperti gubernur dan wali kota dan jabatan rendah seperti camat dan lurah. Di sekolah ada kepala sekolah dan ada staf sekolah. Di rt atau rw kita ada orang kaya, orang biasa saja dan ada orang miskin. Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain-lain. Perbedaan ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain. Beragamnya orang yang ada di suatu lingkungan akan memunculkan stratifikasi sosial (pengkelas-kelasan) atau diferensiasi sosial (pembeda-bedaan).
Stratifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise, dan Stratifikasi sosial ini memiliki dampak positif maupun negatif yaitu :
Dampak Positif :
Orang - orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata.
Beberapa faktor yang menyebabkan gerak sosial naik terjadi adalah:
1) Atas dasar kekuasaaan; karena dengan kekuasaan yang mereka miliki, mereka dapat lebih menguasai dalam hal struktur pemerintahan terhadap masyarakat Kampung Cikadongdong. Selain itu, dalam hal kekuasaan mencakup di dalamnya faktor tentang politik lokal.
2) Atas dasar pengetahuan (ilmu agama); karena makin banyaknya ilmu pengetahuan tentang agama yang dimiliki oleh seseorang, maka orang tersebut dapat melakukan gerak sosial dari lapisan yang bawah menjadi lapisan yang lebih tinggi. Selain itu, dalam hal pengetahuan juga mencakup di dalamnya tentang religi-kultural setempat.
3) Atas dasar kekayaan; karena dengan kekayaan mereka bisa untuk menyekolahkan anak mereka, sehingga mereka pun akan melakukan gerak sosial dari lapisan bawah menjadi lapisan yang lebih atas lagi.
Beberapa faktor yang menyebabkan gerak sosial turun terjadi adalah:
1) Atas dasar religi-kultural; karena suasana religi sudah sangat menjamur di Kampung Cikadondong, maka ilmu mengenai perdukunan sudah tidak dipercaya lagi keafsahannya. Akibat dari itu semua, beberapa orang yang dahulu sempat dianggap memiliki ilmu tersebut sekarang sudah tidak disegani lagi.
2) Atas dasar kekuasaan; karena masa jabatan suatu pemerintahan ditentukan secara berkala, maka orang-orang yang telah habis masa jabtannya mereka secara otomatis akan melakukan mobilitas sosial turun.
3.9 DAMPAK STRATIFIKASI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada pembeda-bedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Di sekitar kita ada orang yang menempati jabatan tinggi seperti gubernur dan wali kota dan jabatan rendah seperti camat dan lurah. Di sekolah ada kepala sekolah dan ada staf sekolah. Di rt atau rw kita ada orang kaya, orang biasa saja dan ada orang miskin. Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain-lain. Perbedaan ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain. Beragamnya orang yang ada di suatu lingkungan akan memunculkan stratifikasi sosial (pengkelas-kelasan) atau diferensiasi sosial (pembeda-bedaan).
Stratifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise, dan Stratifikasi sosial ini memiliki dampak positif maupun negatif yaitu :
Dampak Positif :
Orang - orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata.
Contoh : Seorang
anak miskin berusaha berlajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa
depan.
Dampak Negatif :
Dampak Negatif ada 3 aspek yaitu :
1) Konflik antar Kelas
2) Konflik Antar Kelompok Sosial
3) Konflik Antar Generasi
Konflik Antar Kelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan - lapisan sosial karena ukuran - ukuran seperti kekayaan, kekuasaan dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan - lapisan tadi disebut kelas - kelas sosial, apabila terjadi perbedaan kepentingan maka akan muncul konflik antar kelas.
Contoh : Demontrasi buruh yang menuntut kenaikan upah, menggambarkan adanya konflik antar kelas antara buruh dengan pengusaha
Konflik Antar Kelompok Sosial
Di dalam masyarakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam diantaranya, kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku dan ras. Bila, salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain makan akan terjadi pemaksaan
Contoh : Tawuran antar pelajar
Dampak Negatif :
Dampak Negatif ada 3 aspek yaitu :
1) Konflik antar Kelas
2) Konflik Antar Kelompok Sosial
3) Konflik Antar Generasi
Konflik Antar Kelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan - lapisan sosial karena ukuran - ukuran seperti kekayaan, kekuasaan dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan - lapisan tadi disebut kelas - kelas sosial, apabila terjadi perbedaan kepentingan maka akan muncul konflik antar kelas.
Contoh : Demontrasi buruh yang menuntut kenaikan upah, menggambarkan adanya konflik antar kelas antara buruh dengan pengusaha
Konflik Antar Kelompok Sosial
Di dalam masyarakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam diantaranya, kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku dan ras. Bila, salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain makan akan terjadi pemaksaan
Contoh : Tawuran antar pelajar
Konflik Antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antar generasi tua yang mempertahankan nilai - nilai lama dan generasi muda yang ingin mengadakan perubahan
Contoh : Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan oleh generasi muda tetapi bertentangan dengan generasi tua.
BAB IV
4.1
KESIMPULAN
Dari
fenomena-fenomena dan teori- teori yang telah dibahas dalam bab sebelumnya dapat di simpulkan bahwa
stratifikasi sosial itu ada sejak jaman dahulu hingga sekarang dengan gaya yang
berbeda. Dalam kehidupan masyarakat
pasti ada yang namanya stratifikasi
sosial. Faktor-faktor yang banyak mempengaruhi stratifikasi sosial ialah
1. Kekayaan (materi)
2. Kekuasaan (power)
3. Kehormatan/kebangsawanan
4. Tingkat pendidikan (pengetahuan)
1. Kekayaan (materi)
2. Kekuasaan (power)
3. Kehormatan/kebangsawanan
4. Tingkat pendidikan (pengetahuan)
Di sadari ataupun
tidak, hal itu sudah menjadi suatu kebiasaan yang tidak bisa di tinggalkan. Mobilisasi
sosial pun tak luput dari kehidupan masyarakat, karena nasib masyarakat dapat
berubah jika kita mau berusaha.Semuanya menghasilkan dampak yang berbeda-beda, tinggal
bagaimana kita menyikapi dampak tersebut. Maka dari itu kita sebagai makhluk
individu beserta makhluk sosial harus bisa menerima dan berusaha untuk
menjalankan hidup dan meningkatkan kesejahteraan hidup demi untuk diri kita sendiri,
oranglain, masyarakat, bangsa dan negara. Kita tak boleh iri dengan apa yang
dicapai dan yang dimiliki oleh orang lain namun kita justru harus semangat
untuk merubah kehidupan ke yang lebih baik lagi. Dalam kehidupan, perbedaan
ada untuk penyeimbang hidup. Maka jangan
menyalahi perbedaan –
perbedaan karena perbedaan itu ada agar
kita lebih bijak dalam menghadapi
kehidupan.
No comments:
Post a Comment